Teruntuk
puan yang baru saya kenal kemarin sore,
Saya lupa
entah sejak kapan saya bisa berekspresi sebebasnya dihadapanmu. Terkadang disaat
kau merasa begitu lelah menghadapi waktu, aku justru memaksamu untuk mengeja
ingatan. Setiap cela dalam baris di pikiran. Aku selalu mendesakmu hingga kau
ingin sekali terlelap begitu saja. Kau tahu, bukan karena lakumu yang lupa
menapakkan jejak karena kesibukan, tapi justru aku yang waktu itu memaksakan
pelangi agar tiba lebih awal. Memaksakan keadaan harus begini dan begitu. Maaf
untuk kata-kata menyebalkan yang kerap saya lontarkan, bahkan peluh yang sering
saya tambahkan padamu.
Teruntuk
puan yang kerap meninggalkan jeda,
Kau selalu
saja begitu, meninggalkan jeda lalu lupa untuk melanjutkannya.
Entah
bagaimana caranya saya bisa menanggalkan rutinitas. Kau tahu untuk apa? Untuk
menunggu ceritamu kembali, yang kerap tidak kau selesaikan, yang lupa kau beri
titik pada ujungnya. Hahaha. Konyol bukan?
Kau
mengingatkanku pada seseorang dengan nama Faradina. Kemiripan itu membuat saya
ingin tahu tentangmu lebih banyak. Saya lupa pernah melakukan kesalahan apa
hingga ia menghilang hanya dalam satu sapuan ombak. Kalian persis. Sama-sama
mengajarkan saya banyak hal, terutama tentang warna.
Kepadamu
puan penyejuk pagi,
Katamu
waktu itu, kau adalah embun yang dingin dan telah kering. Ingat saat itu kita
beradu mulut? Saya mengakui kesetiaan senja, lalu kau menimpali. Oh tidak, aku
tidak ingat sudah berapa banyak perbedaan argumen yang terselip di setiap
percakapan-_-
Berapa pun
itu, saya tidak acuh, karena pada dasarnya kau mengajarkan saya untuk lebih
berani. (berani menghadap senior maksudnya hahaha :p)
Beginilah saya
yang selalu lupa mengkhawatirkan perasaanmu saat kalimat demi kalimat bebas
saya ucapkan.
Beginilah
saya yang kerap lupa harus memilah kata demi kata untuk saya ajukan.
Beginilah saya
yang punya semangat tapi butuh penyemangat.
Inilah
saya, Onix Octarina.
Kepadamu puan si pelupa,
Menangislah, jika memang yang
kau ceritakan waktu itu menyakitkan. Akuilah, jika memang luka itu ada, agar
kau tidak lupa untuk melunak pada luka. Kau yang pelupa, kerap menganggap luka
yang menganga ialah biasa. Kau yang pelupa, kerap membiarkan cemas
mendidih tiap malam.
Kepadamu
puan tanpa nama,
Selamat
ulang tahun untuk yang kesekian kalinya, selamat menempuh pendidikanmu yang
saat ini ada di depan mata, selamat berhak bahagia di usiamu yang tak lagi muda
:p
Tetaplah
menjadi Anisa Rachmawati aka Mb Anon yang saya kenal: menyebalkan, jahat,
tetapi penuh dengan warna. Tetaplah menjadi kakak yang baik untuk saya, yang
sabar menghadapi saya, pun omelannya hihi.
Semoga jutaan
kata “aku baik-baik saja” akan terus menjajah isi kepalamu hingga pagi tiba dan
malam kembali.
I’ll be there.
Tertanda,
Bunga yang manis J
Nb: Pegel ya nulis
sepanjang ini pft-_-“
silaturahim aja yaaa... dah lama gak maen ke sini! Mohon maaf lahir dan batin .... :) :)
BalasHapuseh? hahaha maaf lahir batin juga :)
Hapusanw, alamat blognya apa ya? hehe