Kamis, 16 November 2017

Menghibur hati yang duka, #JadiBisa dengan Traveloka

Natal terakhir (2016) bersama mendiang Mak uwo (baju biru)
Karena dengan caranya yang misterius pula, hidup akan menyembuhkan luka di hati kita – Fiersa Besari

Teriakan histeris membuncah. Dari segala sudut ruangan, tangisan karena ditinggalkan memenuhi sepanjang malam. Tidak bisa dipastikan siapa-siapa saja yang terus meneriaki diri, berharap punya kesempatan untuk sekali saja mengucap terima kasih.
Jam 8 malam lebih sedikit di 06 November lalu, kehadiran tulang, nantulang, mak uwo, dan pak uwo (sapaan untuk keluarga terdekat di adat batak) yang baru saja tiba dari Medan menjadi riuh tak terkatakan. Padahal katanya, sejak kemarin rumah ini tidak pernah sepi atas kedatangan orang-orang yang ikut bela sungkawa, tidak pernah habis air mata dari mereka yang baru saja terluka.

Entah sudah selelah apa kakak-kakak sepupu saya ini menangis, menatap sekujur tubuh ibunda yang dingin. Mata mereka yang mulai membengkak hanya redup melepas kepergiannya, tidak bisa lagi mendongak walau dikerahkan segenap tenaga. Jika sepasang kaki kita adalah ayah dan ibu, maka kini mereka berjalan dengan satu kaki saja, melewati perjalanan yang masih panjang dengan langkah terseok karena baru saja hilang satu tumpuannya.
---**---
“Aku pulang, ma!” Batin saya saat tiba di Jambi malam itu. Jalan di depan rumah dengan cat oranye sudah dipasang tenda, kursi-kursi berjejer berantakan, tamu-tamu berpakaian hitam ramai melayat. Tampak dari kejauhan Bapak dan Mama saya duduk saling berbincang dengan sanak keluarga. Saya berlari mendapatkan mereka. Lantas pelukan dari keduanya sungguh erat, seakan berbisik “Mak uwo udah nggak ada, nak. Udah sembuh.” Dengan langkah terdesak, Mama menarik tangan saya ke pembaringan Mak uwo yang kaku, wajahnya yang dulu saya kenal selalu sumringah, kini pucat dalam damai. Air mata Mama yang terus jatuh ke pijakan turut mengantarkan kata demi kata untuk Mak uwo, “Kak, liat ini siapa ya datang. Ini Onix kak. Tengoklah mak uwo mu ini nah.” Saya tidak kuat menahan tangis, saya hanya bisa memeluk Mama dan menguatkannya, “Sudah ma” atau “Iya, ma, iya.”
Mak uwo sudah saya anggap sebagai ibu sendiri. Dulu saat SMA, saya sering datang ke rumah ini, lalu mengadu. Kami merayakan Natal dan Tahun Baru bersama-sama di rumah ini, lalu lupa waktu. Mak uwo sering kali datang ke rumah kami, sekedar berbincang atau merayakan ulang tahun adik saya. Semuanya terjadi begitu sederhana, karena saya tau bahwa kasih sayangnya selalu ada.
(*Mak uwo atau Mamak yang tuo adalah sapaan untuk kakak kandung dari ibu kita dalam bahasa batak. Dalam bahasa Jawa disebut Bude).
Kiri Tante-Kanan Mama
Walau dengan tergesa Mama menarik saya, walau tampaknya Mama masih kuat menapaki langkah, saya tau persis ia sedang kelelahan. Ia kelelahan menghadapi luka, melepas kepergian seorang kakak yang tidak akan kembali, merelakan cerita dan tawa yang tidak akan terulang lagi. Raut wajah Mama begitu lelah karena terus melakukan hal sama pada orang-orang terdekat yang baru saja datang.   
Entah kenapa, saya percaya: jika sebuah kehilangan datang dengan cara tak terduga, maka dengan misterius pula, hidup akan menyembuhkan luka di hati kita.
---**---
Mama tidak mengetahui tentang kepulangan saya sebelumnya. Saya tidak berani menanyakan perihal keadaan, apalagi bertanya apakah harus pulang atau tidak. Saya takut mengacaukan pikiran Mama. Setelah  kabar duka pukul 02.00 dini hari yang mengagetkan saya, Bapak sempat menelepon di Minggu siang, “Abang pulang besok, nak. Ndak pengen kau liat mak uwo mu ini? Mama mu udah mau pingsan, nangis terus.“ Saya ingat betul, dari seberang telepon, suara Bapak bergetar. Saya tau jelas Bapak menahan tangisnya agar tidak pecah. Dari kota rantau, naluri ini tidak tega. Kondisi Mama sudah tidak tergambar lagi di benak saya.
Untuk kali pertama, ada keputusan besar yang baru saja saya ambil. Untuk kali pertama, sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan ke tanah Jawa, saya pulang dalam duka. Untuk kali pertama ada yang berbeda dalam cerita perjalanan saya. 

Saya bertekad untuk melihat Mak uwo terakhir kali. Awalnya ragu, tapi penerbangan ini #JadiBisa dengan Traveloka. Ya, Traveloka jadi salah satu penghibur hati yang duka, melipur lara dan mengantarkan saya pada sebuah makna: ingin mengucapkan selamat jalan dan sampai jumpa.
Murah kok di traveloka.” Pikir saya dalam hati.
Waktu itu saya cukup kunjungi situs web Traveloka melalui smart phone, dengan mudahnya saya mendapatkan layanan penawaran tiket pesawat dari Semarang ke Jambi untuk 06 November 2017 dengan beragam maskapai penerbangan.
Melalui barisan kolom warna biru yang berisi tanggal dan harga tiket pesawat di hari tersebut, pemesanan jadi cepat sepanjang ada akses internet untuk membeli tiket pesawat kapanpun dan di manapun. Malah, semua kemudahan yang ditawarkan di situs web Traveloka tidak mengharuskan kita membayar biaya lebih.
Mau menghemat waktu pun, #JadiBisa dengan Traveloka. Layanan ini memungkinkan kita yang sedang terdesak seperti saya menggunakan waktu secara efisien. Tidak perlu mengantri dan menunggu lama, kita bisa mendapatkan tiket pesanan dalam hitungan menit.
Saya tidak lagi pikir panjang, malam sebelum keberangkatan saat ingin melakukan pembayaran, saya mendapatkan kemudahan dengan sistem pembayaran tiket yang sangat praktis. Tinggal transfer, kemudian konfirmasi I have already paid, saya sudah mendapatkan kode booking tiket melalui email. Hal serupa juga saya lakukan saat penerbangan untuk kembali ke Semarang pada 10 November lalu. 
Ada lagi kemudahan Traveloka dengan fitur terbarunya di Traveloka App versi 2.5 untuk Android dan iOS: Price Alerts.
Supaya kita tidak melanggar batas bujet demi mendapatkan tiket pesawat sesuai tanggal keberangkatan yang direncanakan, Price Alerts dapat membantu kita dalam kondisi terdesak. Fitur ini membantu mendapatkan tiket pesawat dengan harga termurah sesuai tanggal keberangkatan dan destinasi keinginan. Begitu kita memasukkan batasan harga untuk sebuah penerbangan, maka dengan cepat kita akan memperoleh pemberitahuan jika ada tiket pesawat dengan harga yang sesuai bujet.
Untuk bisa menikmati keuntungan fitur Price Alerts di Traveloka App, kita login ke Traveloka dengan alamat email yang sudah terdaftar, kemudian ikuti step-step berikut ini: 
Pilih Set Price Alerts Now
Atur penerbangan yang diinginkan


Atur notifikasi harga tiket pesawat baru
dan frekuensi pemberitahuan

Tambahkan total bujet sesuai kantong


 

Setelah semua sudah diatur, klik YES atau Save untuk menyimpan data. Sekarang kita bisa dengan mudah merencanakan perjalanan dengan bantuan Price Alert. Kita akan mendapatkan pemberitahuan setiap hari, seminggu sekali, atau jika ada harga tiket pesawat di bawah bujet sesuai yang sudah kita atur.

Apa Saja Keuntungan Menggunakan Price Alerts?
Dengan menggunakan Price Alerts, ada dua keuntungan yang bisa kita dapatkan.
Pertama, kita akan mendapatkan harga tiket pesawat sesuai bujet atau bahkan di bawahnya. Jadi bisa lebih menghemat pengeluaran untuk penerbangan. 
Keuntungan lainnya, kita bisa menghemat waktu dan tenaga. Kenapa? Karena Traveloka akan mengirimkan pemberitahuan sesuai dengan pengaturan yang telah tetapkan sebelumnya. Ini artinya, kita tidak perlu repot mengecek harga tiket secara manual setiap saat.
Praktis, kan?
Semua kemudahan #JadiBisa didapatkan dengan Traveloka
---**---
Hari itu selama transit di Bandara Soekarno Hatta, pun di atas awan mengudara, saya ingat kembali semua waktu bersamanya. Setiap kata yang telah disampaikan Mak uwo dulu adalah warisan yang disiapkan untuk harus dijaga. Dan saya belajar, sekeras apapun menangis tidak akan mengubah yang telah terjadi. Seperti kata Fiersa Besari, tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Kita manusia, wajar untuk terluka. Jangan khawatir, bahkan badai terhebat pun akan reda –
Momen langka bersama Keluarga Besar sesaat setelah pemakaman
Di Bandara Sultan Thaha Jambi
Mengantarkan keluarga yang pulang ke Medan
Abang-abang tangguh bersama tulang *thumbs up*
Tulisan ini saya persembahkan untuk Mak uwo kami tersayang,
Mulai hari ini, senyum canda marah atau kecewamu tidak akan terulang lagi.
Mulai hari ini, akan ada rindu yang tidak akan pernah reda.
Tapi semua tentangmu, segala nasihatmu akan selalu ada di hati kami.
Mulai hari ini, ada hal yang baru kami temukan dari sebuah pulang. Ada makna yang kami mengerti dari sebuah kehilangan. Dan, ada doa yang akan mengubah segala sesuatu, karena saya percaya God grant me the serenity to accept the things i cannot change, and the wisdom to know the difference. 
Every hi has its own bye. With huge love, rest and stay well in peace, you’re blessed and will always be, dear Mak uwo. Terima kasih untuk semua kasih sayangmu, terima kasih yang tidak sempat kami ucapkan dulu akan selalu ada dalam doa ini.
Juga Selamat ulang tahun Mak uwo kami naburju, 16 November 2017 :)


Memang benar adanya, di tengah ketiadaan, kita akan belajar untuk menemukan. Di saat berjauhan, kita akan belajar untuk merindukan – Fiersa Besari



Warm Regards,
OS




-ditulis saat harus berhadapan dengan ingatan-

Selasa, 31 Oktober 2017

Rawa Pening, dan alasan-alasan kenapa saya selalu ingin melihatnya lagi

“Tau kenapa namanya disebut Danau Rawa Pening? Sebelumnya memang seperti rawa yang airnya bening, tapi karena eceng gondok, rawa ini jadi bikin semua orang pening.” Seorang profesor dari Ilmu Lingkungan membuat seisi ruangan pecah dengan gelak tawa karena kalimat pembukanya pagi ini.

Danau yang terletak di Kabupaten Semarang ini tidak pernah kehabisan topik untuk dibahas ulang. Seperti dongeng sebelum tidur, ia selalu menarik untuk diceritakan setiap malam. Parasnya yang elok selalu bikin siapa saja ingin mendatangi, pun saya yang tak pernah bosan memandangnya dari berbagai sisi.

“Lil, pertama kali aku ke Rawa Pening itu pas survei ke Tuntang, jadi kita naik perahu. Baru tau di kabupaten ini ada yang cantik begitu.” Menceritakannya ke Lillah saat kami ke Eling Bening tempo hari rasanya seperti lagu Raisa saja, ku terjebak di ruang nostalgia~


Saya ingat betul, lansekap gunung juga kabut putih yang samar-samar kala itu menjadi alasan kenapa saya jatuh hati pada Rawa Pening pertama kali. Diikuti dengan semilir angin yang menyisir ke setiap celah eceng gondok membuat saya terlena, takut kalau nanti malah terikat dan tidak berhenti menganggumi. Berawal dari survei tugas, saya malah ketagihan untuk ke sini lagi, untuk melihatnya lagi.  



Saya ingat betul, momen itu yang membawa saya kembali lagi untuk melihat Rawa Pening dari sisi lain, dari perspektif kedua untuk meyakinkan apakah indahnya masih sama. Nyatanya, Eling Bening menjadi pilihan tepat bagaimana saya terpatri lagi pada pesona Rawa Pening. Dari ketinggian, saya bersama Lillah menikmati keindahan yang tidak hanya berlatar belakang gunung, tapi juga awan yang berarak di langit, jalan arteri dengan hiruk pikuk kendaraan yang melintasinya, lahan sawah tersebar acak yang mendiami di sekelilingnya, atau rumah penduduk yang tersebar berantakan di dekatnya. 

“Nggak bohong Lil, aku deg-deg-an nih, semacam jatuh hati pada pandangan pertama hahaha.” Celetuk saya saat itu membuat Lillah berkomentar “Wah kacau, Rawa Pening bisa bikin Onix meleleh.”
Seperti magnet yang menghidupi, saya tidak bosan menanti keelokannya hingga menjelang malam, hingga saya menyadari bahwa Rawa Pening akan tetap sama, pun dalam gelap dan kejauhan. 
Bahkan seorang teman pernah mengatakan kalau kami berpose di depan lukisan. Hahaha! 


Kenangan itu membuyarkan saya saat seorang bapak paruh baya memberi argumen di tengah workshop bertajuk Merajut Masa Depan Danau Rawa Pening yang sedang berlangsung. “Kalau kita tidak bersama-sama mengambil langkah tepat, jangan heran kalau nanti 10 tahun lagi anak cucu kita main sepak bola di atas Rawa Pening.”
Entah dianggap sebagai sindiran atau peringatan, bagi saya kalimat itu bisa dijadikan meme di instagram. Lucu, tapi pedas kayak irisan rawit dalam semangkok indomie kornet.

Kekhawatiran akan keberlanjutan Rawa Pening menjadi topik yang dibahas kali ini. Akibat gulma eceng gondok, pendangkalan atau sedimentasi yang terjadi menjadi ancaman serius. Bahkan, danau ini tercatat sebagai salah satu dari 15 danau prioritas dalam pengelolaannya di Indonesia. Miris, bukan?
Bagaimana jadinya jika Rawa Pening tidak bisa lagi dinikmati keindahannya? Bagaimana kalau saya sudah tidak punya alasan lagi untuk ke sana? Bagaimana jika cerita saya terhenti sampai di sini saja? 
Rawa Pening yang tidak seluas Danau Toba ini terletak di 4 wilayah kecamatan, yaitu Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru. Berada di perbatasan antara Salatiga dan Ambarawa, ia menjadi destinasi favorit bagi para pelancong. Sekitar 80% eceng gondok memenuhi permukaannya. Jika hal itu terus terjadi, maka peranannya sebagai reseravoir alami untuk PLTA, sumber baku air minum, irigasi, perikanan, dan pariwisata tidak bisa lagi berfungsi seperti sebelumnya.  
Tentu banyak yang peduli, tentu yang pernah mengabadikan tidak ingin kehilangan. Padahal jika penanganan terhadap pertumbuhan eceng gondok terkendali, akan ada berbagai dampak positif yang dirasakan masyarakat. Tidak hanya saya, tapi juga kita.  
“Keberadaan UMKM Berbasis Rumah kerajinan tangan berbahan baku eceng gondok berpotensi untuk menambah pendapatan rumah tangga, juga mengembalikan kerusakan ekosistem di Rawa Pening. Dengan mengedepankan kearifan lokal, kerajinan tangan itu bisa menjadi ciri khas Kabupaten Semarang jika serius untuk dikembangkan.” Kalimat itu menjadi penutup di penghujung materi yang saya sampaikan di hari yang sudah makin sore ini.
Penuturan ibu Ar, seorang penjual kerajinan sekaligus pengepul eceng gondok di tepi jalan raya mengatakan, jika mendapat order maka beliau segera memesan pada tetangganya dan menjemurnya. Setelah itu menyetor eceng gondok dalam kondisi kering atau sudah dibentuk jalinan yang dijual dalam satuan meter. Ada juga yang sudah dalam kerajinan tangan, seperti furnitur, keranjang, vas, dan lain-lain. 
Saya mulai menyadari satu hal, kalau pesona Rawa Pening bukan terletak pada keindahannya saja, tapi bagaimana kebermanfaatannya bagi banyak orang. Tentang bagaimana ia bisa mendukung perekonomian, mempertahankan lingkungan agar tetap terjaga, membangun kerja sama, mempererat silaturahmi, juga menjaga komitmen bersama.

Saya, dan seisi ruangan itu mungkin hanya menjadi tombak ide dan diskusi saja. Karena untuk merajut masa depan Rawa Pening butuh uluran setiap tangan yang sedia terlibat. Demi Rawa Pening yang tetap damai, juga menghidupi orang-orang di sekitarnya. Rawa Pening butuh kita semua, dan alasan-alasan kenapa banyak orang ingin melihatnya lagi agar tetap menjadi cerita.
Sebahagia itu di Rawa Pening
Bersama 24 orang lainnya dalam kelompok survei

Regards,
OS


Sumber foto: dokumentasi pribadi

Senin, 30 Oktober 2017

Bolehkah saya membenci?

Ada banyak hal yang bisa saya nikmati setiap pagi, tak hanya untuk memulai hari, tapi juga sebuah makna bahwa pagi tidak pernah terlambat datang walau malam sudah lelah terpatri.
Ketika ada banyak hal yang bisa saya nikmati, kenapa harus ada fakta yang akan merusak mood saya seharian? Yang dilayangkan pada jam 08.47 pagi tadi setelah sebelumnya berbicara kurang dari 1 menit. 
Ketika saya bisa memulai hari dengan lega karena alasan-alasan sederhana, kenapa harus ada fakta yang membuat saya ingin sekali mengeluh padaNya?
Saya kira, yang bisa membuat kecewa hanya malam, tentang bagaimana setiap manusia merenungkan apa saja yang baru terjadi di hari itu.
Nyatanya, pagi juga demikian.  
Bolehkah saya membenci suatu fakta yang tidak menyenangkan pagi ini?
Karena saya tidak berani untuk membenci pagi, bisa saja dia yang mengajarkan, juga menguatkan.

-Semarang, di tengah ruang sempit karena sundutan rokok di dalam kepala-


Regards,
OS,




Sabtu, 30 September 2017

Demi Kereta Api Indonesia Mewujudkan “Good Corporate Governance”

Kebutuhan Transportasi Saat Ini
Tingginya aktivitas masyarakat berpindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi hal yang tidak dapat terelakkan. Transportasi publik menjadi sarana yang dapat mendukung pergerakan atau mobilitas masyarakat saat ini. Dengan alasan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan, kereta api menjadi pilihan masyarakat Indonesia karena merupakan salah satu transportasi massal yang memenuhi standar kelayakan. Kereta api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien dan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan daya angkut baik berupa manusia ataupun barang yang lebih besar dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api yang relatif lebih hemat.
Stasiun Jatinegara-Bogor
Sumber: dokumentasi pribadi

Bagaimana Wajah Kereta Api Indonesia?
PT KAI adalah perusahan satu-satunya milik pemerintah yang menyediakan jasa transportasi kereta api. Perkeretaapian di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan kemacetan. Melihat dari wajah Kereta Api Indonesia saat ini, harapan tersebut tampaknya belum dapat terealisasi. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik, jumlah penumpang kereta api di Jawa dan Sumatera pada Juni 2016 menjapai 29,2 juta orang. Kondisi ini menyebabkan jumlah kereta tidak sesuai dengan kapasitas penumpang karena kurangnya armada. Hal tersebut saya rasakan saat mengggunakan KRL di daerah Jabodetabek dengan pembludakan penumpang setiap harinya. Padahal, commuter line kini sudah menjadi pilihan moda transportasi masyarakat, karena selain cepat, penggunaan kereta lebih murah jika dibandingkan dengan transportasi lain. Selain itu, realita yang ada ditunjukkan dari pelayanan PT. KAI yang terdiri dari dua aspek, yaitu pelayanan internal dan pelayanan eksternal.

Pelayanan Internal
Baik atau buruknya kualitas pelayanan dapat dilihat dari fasilitas di dalam kereta. Meskipun kereta memiliki kelasnya masing-masing (ekonomi, bisnis, eksekutif), namun ketiga kelas tersebut seyogyanya memenuhi standar kenyamanan penumpang terutama kereta api yang memiliki jarak tempuh jauh. Kondisi pelayanan internal KAI dilihat dari perawatan fasilitas kereta yang belum optimal, seperti AC yang mati atau tidak dingin, jumlah kursi yang belum mencukupi, hingga tidak adanya pemecah kaca untuk keselamatan. 

Pelayanan Eksternal
Salah satu fasilitas yang disediakan berkaitan dengan perkeretaapian adalah stasiun kereta untuk tempat naik dan turunnya penumpang. Kondisi Kereta Api Indonesia ini mengalami suatu siklus penurunan. Walaupun beberapa lokomotif kereta sudah dikatakan modern, namun sistem manajerisasi dan pengelolaan kereta api masih belum maksimal. Ini terlihat dari banyaknya lokomotif yang tidak terawat, gerbong kereta yang begitu kotor dan tidak layak pakai, hingga kondisi rel yang tidak memadai. Prasarana jalan rel yang ada saat ini pada umumnya masih jalur tunggal. Jalur ganda baru tersedia di jalur Jakarta-Cikampek, Jakarta-Bogor, Padalarang-Bandung, dan Surabaya kota-Wonokromo.
“Dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan kereta api, penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengutamakan keselamatan dan keamanan orang, pelayanan kepentingan umum, sampai mematuhi jadwal keberangkatan kereta api”- Menurut UU No. 23/2007 Perkeretaapian stasiun kereta api pasal 133 Ayat (1)
Pasal 137 menyebutkan pelayanan angkutan orang dengan kereta api harus memenuhi standar pelayanan minimum mulai dari pelayanan di stasiun keberangkatan, dalam perjalanan, hingga sampai di stasiun tujuan. Namun dalam implementasinya, masih banyak keluhan dari para penumpang. Menurunnya kualitas pelayanan KAI dapat dilihat dari pelayanan jual beli tiket, keamanan, kenyamanan, ketertiban dan sikap dari petugas stasiun. Pelayanan di stasiun dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kurangnya kedisiplinan baik petugas maupun penumpang, faktor alam atau bencana, dan perilaku perorangan yang meliputi keamanan. Selain faktor kriminalitas, bentuk dan luas peron turut menjadi faktor penyumbang turunnya tingkat keamanan di stasiun. Luas peron yang kurang memadai menyebabkan penumpang dan pedagang asongan berdesakan saat menunggu datangnya kereta.

Solusi Cerdas Mewujudkan “Good Corporate Governance”
Salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas pelayanan Kereta Api Indonesia adalah penggunaan teknologi di bidang perkeretaapian yang belum optimal dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa pengelolaan BUMD harus memenuhi beberapa unsur, diantaranya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Mindset yang tadinya product oriented diubah menjadi customer oriented yang artinya kebutuhan pengguna jasa yang harus diwujudkan. Pelayanan prima menjadi kata kunci yang harus selalu dijunjung dalam setiap lini kerja KAI, sehingga dapat mengubah wajah perkeretaapian negeri ini.
Teknologi informasi telah menjadi sumber daya yang harus dikuasai perseroan untuk memberikan gebrakan pelayanan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. KAI saat ini telah melahirkan berbagai layanan berbasis TI seperti Mobile Ticketing, E-Ticketing, E-Gate, E-Parking, boarding pass, Pre Order Meals, dan Railpay.

Sistem Informasi Terintegrasi: Kereta Api Indonesia di Masa Mendatang
Inovasi-inovasi dari PT.KAI yang ada menjadi landasan solusi cerdas untuk memperbaiki sistem kereta api saat ini, yaitu Sistem Informasi Terintegrasi. Dikatakan terintegrasi karena semua laporan yang diberikan masyarakat terpusat pada PT. KAI sehingga memudahkan perseroan untuk menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di lapangan.
Sistem ini merupakan sistem berbasis teknologi yang melibatkan peran publik atau pengguna kereta api untuk ikut serta melaporkan kondisi armada kereta saat menggunakannya, seperti fasilitas dalam kereta yang belum memadai, keterlambatan kereta, atau kinerja kereta api lainnya. Laporan yang berisi narasi, foto, dan lokasi stasiun dapat dikirimkan melalui berbagai media termasuk website, SMS dan juga aplikasi mobile untuk IOS serta Android. Setelah itu, harus diverifikasi oleh administrator untuk kejelasan dan kelengkapan paling lambat 3 hari kerja setelah pelaporan dilakukan. Aplikasi ini tidak akan mengungkap identitas pelapor karena akan berfokus pada materi informasi yang dilaporkan.  
SI-KAI (Aplikasi berbasis teknologi untuk mewujudkan Kereta Api Indonesia di masa mendatang)
Pelayanan adalah hal yang menentukan kenyamanan masyarakat sehingga dapat mempengaruhi pilihan moda transportasi masyarakat. Pelayanan yang buruk dapat menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi tersebut. Sebaliknya, jika pelayanan yang diberikan baik, maka dapat meningkatkan minat masyarakat. 
Sistem Informasi Terintegrasi ini bersifat dua arah, sehingga masyarakat dapat berinteraksi dengan pemerintah secara interaktif dengan prinsip mudah dan terpadu untuk pengawasan pembangunan dan pelayanan transportasi publik. Dengan demikian, fungsi perkeretaapian untuk pelayanan umum kepada masyarakat dapat senantiasa mewujudkan 4 pilar utama yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan.
“Pemeliharaan rel, pemeliharaan sinyal, pemeliharaan fasilitas kereta, semuanya itu menjadi bukan hanya menjadi tanggung jawab PT KAI saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh bersama” – Dharmaningtyas, pengamat transportasi



Referensi:
http://news.liputan6.com
https://swa.co.id

Artikel ini diikutkan dalam lomba Kereta Api Indonesia di Masa Mendatang

Kamis, 28 September 2017

Mahasiswa Manfaatkan Geospasial di Lingkungan Kampus

Ada Apa dengan Kampusmu Saat Ini?
Kampus adalah sarana yang dibangun untuk menunjang suatu proses belajar mengajar yang lebih tinggi setelah mengikuti tingkatan pendidikan dasar, menengah pertama dan menengah atas maupun kejuruan. Sebagai mahasiswa yang sering bolak balik dari kos-kampus, tentu saya menyadari apa saja hal-hal yang pernah terjadi di lingkungan Universitas. Baru saja setelah penerimaan mahasiswa baru tahun 2017, linimasa di media sosial sedang viral dengan publikasi Formasi Mozaik ODM Universitas Diponegoro 2017 di salah satu stasiun swasta Indonesia. Selain sebagai bagian dari penutupan Orientasi Diponegoro Muda, formasi peta Indonesia dan bendera merah putih ini dilakukan untuk merayakan ulang tahun Republik Indonesia ke 72. Ribuan mahasiswa baru Universitas Diponegoro membuat konfigurasi peta Indonesia dan membentuk bendera merah putih raksasa (Kompas Tv, 2017). 
Formasi Bendera Merah Putih oleh Mahasiswa Baru Undip 2017
Sumber: ODM UNDIP 2017

Formasi Peta Indonesia oleh Mahasiswa Baru Undip 2017
Sumber: ODM UNDIP 2017
Sebenarnya sebelum formasi seperti ini mencuat ke publik, pihak panitia penerimaan mahasiswa baru juga melakukan hal yang hampir sama saat saya menginjakkan kaki di Universitas Diponegoro pertama kali pada tahun 2014. Bedanya adalah bentuk formasi dan tingkat kesulitannya saja. Dengan memanfaatkan tanah (Lapangan Stadion Undip) sebagai ruang permukaan bumi sebagai sarana pembentukan formasi mozaik tersebut, secara langsung hal tersebut berkaitan erat dengan geospasial.  
Kenapa? Karena pada dasarnya Informasi Geospasial atau yang sering dikenal dengan data spasial adalah data yang yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference) dengan data atribut terletak dalam berbagai unit spasial.

Mengapa Harus Informasi Geospasial?
Informasi Geospasial dapat meliputi lokasi geografis, dimensi atau ukuran, karakteristik objek baik alam maupun manusia yang berada di permukaan bumi yang dinyatakan dengan sistem koordinat tertentu. Sebagai mahasiswa perencanaan wilayah dan kota, tentu hal ini sudah tidak asing bagi saya. Saat ini, data spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah continental, nasional, regional maupun lokal. Informasi Geospasial diperlukan oleh instansi pemerintah dan masyarakat di semua tingkatan/level untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam semua aspek pembangunan nasional agar dapat menentukan arah kebijakan yang sesuai.

Faktanya, untuk mendukung segala aktivitas yang berhubungan dengan ketersediaan data spasial, DPR RI telah mengesahkan Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Undang-Undang Informasi Geospasial (UUIG). Pasal 2 huruf (c) dan pasal 2 huruf (f) menyebutkan bahwa Informasi Geospasial diselenggarakan berdasarkan asas keterbukaan dan kemanfaatan.
Lahirnya UU Informasi Geospasial membawa konsekuensi perubahan Bakosurtanal menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG), dengan tugas dan fungsi yang lebih besar dari pada Bakosurtanal. BIG menjadi lembaga yang tidak hanya mengkoordinasikan kegiatan survei dan pemetaan untuk menghasilkan peta, namun lebih dituntut pula kepada hasilnya sebagai sumber Informasi Geospasial, yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian program pembangunan nasional dapat direncanakan dan dilaksanakan secara tepat lokasi dan tepat sasaran (Badan Informasi Geospasial, 2012). 

Apa Saja Manfaat Informasi Geospasial?
Pemanfaatan Informasi Geospasial oleh berbagai sektor semakin meningkat seiring kemudahan dan kecepatan teknologi berbasis spasial. Perencanaan berbasis spasial lebih efektif dan efisien apabila dibandingkan dengan perencanaan secara kualititatif. Tidak hanya dalam dunia akademik atau media penting dalam pembangunan saja, kini geospasial dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, kampus misalnya. Persiapan Formasi Mozaik ODM 2017 ini dilakukan oleh tim Fakultas Teknik Geodesi Universitas Diponegoro yang berjumlah 15 orang selama 2 hari dengan berbagai kendala yang dihadapi. Formasi tersebut dibentuk dengan cara kerja sebagai berikut:  
1. Menggunakan peta rupa bumi Indonesia sebagai acuan untuk menentukan titik koordinat dan frame di lapangan.
2. Mengolah data yang sudah diperoleh atau memperkecil skala bentuk pulau Indonesia dan dipindahkan ke titik koordinatnya.
3. Menentukan tempat peletakan alat yang digunakan untuk membentuk formasi dan posisi 0 derajat.
4. Menghitung sudut pusat tempat peletakan alat tersebut menggunakan Ms.Excel yang bertujuan untuk menentukan jarak dan sudut lainnya.  
5. Mengaplikasikan hasil dari tabel Ms.Excel pada frame yang sudah dibuat sebelumnya di lapangan.

Sumber: Kompas Tv 
Menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Undang-Undang Informasi Geospasial, geospasial adalah sifat keruangan yang menunjukkan posisi atau lokasi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Informasi Geospasial yang mencakup peta, merupakan informasi yang sering digunakan oleh masyarakat, mulai dari siswa-siswa tingkat SD hingga Mahasiswa. Bahkan penggunaan Informasi Geospasial ini sudah menjadi gaya hidup yang dibarengi dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 


Sumber pendukung:
http://www.bakosurtanal.go.id
http://tv.kompas.com
ODM UNDIP 2017 (Resi Yuliani, tim Geodesi Undip)


Artikel ini diikutkan dalam lomba Kompetisi Blog #Geospasial untuk Kita dengan tema Gaya hidup memanfaatkan #geospasial

Diberdayakan oleh Blogger.