Aku lupa entitasnya, serupa apa dia? Mungkin hanya pikiran yang terus saja
dibubuhi rasa bersalah, atau sesuatu yang samar, sulit untuk dilihat oleh kasat
mata: hati yang hablur. Hahaha. Cepat sekali dia mengkristal?
Pelak. Kau keliru. Dia hanya belum ingin menampakkan diri, belum berani
memandang mentari kala biasanya, belum berani berdiri memaki salah, ya, karena
dia yang melukis salah. Dia kecolongan!
Kau tahu kapan tiba saatnya ia mengalah pada waktu?
Dia hanya ingin mengakui keadaan, bahwa luka yang ditorehnya masih basah.
Hanya butuh waktu untuk lupa, hanya ingin menyibukkan diri hingga tiba saatnya
hati yang hablur kembali hangat J
Maksudmu, mereda karena mengikuti intuisi?
Kau benar. Ia tidak menghilang, tenang saja. Hanya sedang mencari gudang
transit, meluapkan apa yang dirasa, dan setelah itu melanjutkan perjalanan,
merengkuh hingga sampai ke tujuan, ke arah mana hati berlabuh.
Sehari semalam aku terkatung-katung menunggunya kembali, bahkan dahaga pun
entah berapa kali meraja. Kapan ia pulang? Berhenti untuk diam?
Nanti. Bila nama dinyatakan. Bila ia sudah lupa...
Ia akan menyemat harapan lagi, seperti
biasanya J
Teruntuk Onix Octarina,
Belajarlah menghargai pagi,
selelah apapun malam, ia akan datang lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar