Jumat, 27 April 2018

Adopsi Inovasi dari Qlapa: Membawa Ide Baru bagi Usaha Kerajinan Ibu Kun


Penelitian untuk Skripsi membawa saya pada fakta baru tentang kekhawatiran akan keberlanjutan Danau Rawapening di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Akibat pertumbuhan gulma eceng gondok yang tidak terkendali, pendangkalan yang terjadi menjadi ancaman serius. Sekitar 80% dari permukaan air di Rawapening ditumbuhi tanaman eceng gondok dan 5% tanaman air lain. Bahkan, danau ini tercatat sebagai salah satu dari 15 danau prioritas dalam pengelolaannya di Indonesia. 
Dengan luas yang lebih besar daripada Stadion GBK, Rawapening yang berada di perbatasan antara Kota Salatiga dan Ambarawa berperan sebagai sumber baku air minum, irigasi, perikanan, dan pariwisata.
Rawapening yang ditumbuhi gulma eceng gondok
Dokumentasi pribadi
Namun tidak hanya dari sudut permasalahan saja, eceng gondok juga menyimpan potensi yang besar bagi upaya pengembangan ekonomi masyarakat dengan peningkatan keterampilan dalam pembuatan kerajinan eceng gondok. Hal ini diwujudkan melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berbasis rumah yang tersebar di kawasan Lopait, Muncul ataupun kawasan lain di dekat Rawapening.

Setelah kunjungan lapangan oleh dosen pembimbing pada November 2017 lalu, saya menemukan pemanfaatan eceng gondok yang ada saat ini sebagian besar adalah pemanenan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan. Pengepul yang mengumpulkan eceng gondok akan mengeringkannya di sekitar rumah mereka, atau di pinggir rel kereta api atau tepi jalan di depan rumah. UMKM berbasis rumah yang fokus melakukan pembuatan kerajinan dalam bentuk ornamen dalam vas ataupun berbagai wadah, serta furnitur memanfaatkan rumah sebagai tempat produksi dan penjualan kerajinan.

Ibu Kun, penjual sekaligus pembuat kerajinan eceng gondok yang bertempat di tepi jalan raya Semarang-Salatiga menuturkan:
“Kemampuan mengikuti kemauan pasar, disertai kemauan bekerja secara profesional merupakan salah satu kunci untuk bertahan dalam usaha ini”
Terkadang pesanan juga dalam bentuk gambar atau foto, dan beliau mewujudkan ke dalam bentuk karya ataupun produk sesuai yang diinginkan pemesan. 
Adapun tahap pembuatan kerajinan yaitu dari tahap pengambilan eceng gondok di dermaga untuk kemudian dikeringkan. Setelah itu, dibentuk jalinan untuk mempermudah anyaman yang akan dibuat kerajinan handmade eceng gondok. 
Walaupun memberikan dampak positif secara ekonomi bagi masyarakat, usaha rumahan untuk mengolah dan memanfaatkan eceng gondok ini tidak bisa optimal.
Ibu Kun mengeluhkan adanya berbagai resiko dan kekurangan, salah satunya dari faktor Human Capital atau SDM. Kondisi bahwa masih banyaknya eceng gondok basah yang diangkut ke kota lain seperti Yogyakarta dan Pekalongan dibandingkan dengan eceng gondok yang kemudian diolah sendiri di sekitar kawasan Rawapening, menunjukkan kurang mampunya sumber daya manusia setempat untuk memberi nilai tambah. Pengrajin lebih banyak di daerah yang berjarak lebih dari 50 kilometer jauhnya dari sumber bahan baku, sedangkan hanya beberapa orang di sekitar Rawapening yang kemudian bisa mengolah eceng gondok menjadi lebih bernilai ekonomi tinggi. Padahal eceng gondok diambil seberapapun, akan tetap tersedia dan relatif tidak memerlukan biaya besar. 

Bentuk kerajinan tangan yang ‘itu-itu’ saja ternyata belum sepenuhnya bisa memikat hati pembeli. Apalagi saat ini sedang mencuat soal fashion dan OOTD (Outfit of The Day), sehingga para pemburu barang-barang unik tidak melirik ke usaha rumahan milik Ibu Kun. Belajar untuk hal-hal yang baru dalam menciptakan berbagai inovasi juga perlu dilakukan untuk menyesuaikan kemauan pasar.

Melihat penelitian Skripsi yang akan berlanjut ke depan, saya ingin sekali membantu Ibu Kun memperkaya ide dalam membuat kerajinan tangan eceng gondoknya. Untuk bisa terjun ke ranah nasional, Ibu Kun bisa melalui tahap awal seperti pemasaran menggunakan media digital. Oleh karena itu, produk yang dihasilkan setidaknya bisa ikut meramaikan fashion style terkini lewat media sosial seperti instagram. 
Saya ingin mendukung Ibu Kun dalam berinovasi melalui situs jual beli online untuk produk handmade paling terkurasi di Indonesia. Yaps, dengan merekomendasikan produk-produk di Qlapa.com, Ibu Kun bisa mempelajari pola membuat kerajinan yang unik sehingga nantinya dapat memperkenalkan usahanya ke publik.
Qlapa.com adalah rumah produk handmade yang original. Qlapa.com memberi kemudahan mencari produk unik dan etnik secara online dan menjadi marketplace yang mewadahi pengrajin lokal No. 1 di Indonesia! Alexa.com melansir bahwa Qlapa.com menduduki ranking ke 1.644 secara nasional. Qlapa.com memberikan kemudahan, kenyamanan, dan keamanan dalam bertransaksi. Dalam satu genggaman, para online shopper  bisa menemukan produk bernilai untuk berbagai hal: kado, koleksi, dan lifestyle.
Untuk memulainya, langkah pertama yang saya lakukan adalah mengunduh aplikasi Qlapa.com di smartphone kesayangan.
Download aplikasi Qlapa
Setelah itu, di sore Kota Semarang yang sedang teduh ini, saya mencari produk yang pas untuk jadi best practice dalam usaha Ibu Kun. Pilihan pertama jatuh pada Tas Jinjing Bundar Tali Ata yang sedang kekinian, namun saat melihat-lihat lagi, ternyata ada yang lebih detail produknya karena ada tali dengan panjang 55 cm. Siapa tau Ibu Kun bisa sekalian belajar menganyam tali seperti itu, akhirnya saya berubah haluan pada jenis Tas Jinjing Bundar ini.
Masih belum puas dengan satu contoh produk, hati saya tertambat pada Tas Jinjing Oval Punduk. Karya dari perajin lokal dari Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat yang ada di Qlapa.com bisa menjadi referensi untuk produk yang unik, beda, dan punya ciri khas. Tentu bukan maksud saya agar Ibu Kun meniru, namun memodifikasi. Dengan menjadikan contoh tersebut sebagai pilot project, saya yakin inovasi bisa kemudian diasah oleh Ibu Kun dan tenaga kerja di tokonya. Tidak masalah kalau pun tahap pembelajaran untuk usaha Ibu Kun terlihat lambat dengan cara ini, lagipula ia tidak pernah berhenti untuk terus mengembangkan usaha, dan kita perlu belajar darinya.
Tentu sangat mudah menemukan produk handmade unik di Indonesia lewat Qlapa.com, yuk simak kemudahan dalam memesan produk di Qlapa berikut ini! 
Graphic design by Onix Octarina
Graphic design by Onix Octarina
Produk sudah dipesan, sekarang tinggal tunggu kedatangannya saja, lalu akan saya antar ke toko Ibu Kun.
Dengan upaya ‘mengadopsi inovasi dari Qlapa’, akan diperoleh peningkatan pendapatan masyarakat sekitar Rawapening, termasuk Ibu Kun. Manfaat lingkungan dengan adanya pemanfaatan eceng gondok yang dilakukan di rumah-rumah dapat berkontribusi dalam mengendalikan pertumbuhan eceng gondok, sehingga tidak mengganggu pasokan air dan justru membantu kesinambungan Rawapening menjadi habitat yang terjaga.

Double impact ya?
Mari kita dukung ekonomi daerah, keunikan pengrajin lokal, dan karya-karya hebat dari produk handmade Indonesia! 

Senin, 23 April 2018

Trip 3D 2N Live on Board di Labuan Bajo: Murah/Mahal?

“Entah sejenak atau waktu yang lama, pada dasarnya kita selalu butuh ruang untuk sebuah jeda” - OS

Semua adalah tentang skripsi. Paket lengkap yang di dalamnya tidak hanya sebuah tulisan ilmiah mahasiswa, tapi juga usaha untuk mengalahkan diri sendiri, melatih kesabaran, melupakan gengsi, memahami attitude, keluar dari zona nyaman, berteman dengan kopi, dan keinginan untuk pantang menyerah.
---
“Kapan sidang, Nix?”
Seorang teman bertanya saat aku sedang mengotak-atik draft proposal di perpustakaan kampus. Aku hanya nyengir dan tidak memberi jawaban.
Baru 15 menit berada dalam fokus, seorang yang lain menghampiri.
“Udah sampe mana, Nix?”
“Sampe capek revisi,” jawabku asal.
Kali kedua ditanya hal yang serupa, aku masih biasa saja. Walaupun sedikit jengkel, namun tidak mengapa. Toh mereka hanya ingin tahu. Namun makin berdiam lama di kursi sudut perpustakan, keberadaanku masih saja kelihatan oleh orang-orang. Entah ingin membuka pembicaraan karena sudah lama tidak bertemu, atau memang hanya sekedar basa-basi.
“Udah halaman berapa? Liat dong,”
Lah wong iki raono attitude opoya, pikirku dalam hati. Aku hanya mengabaikan, namun keingintahuannya yang tidak mendasar ini lama kelamaan bikin geram. “OPOSEH URUS AE SKRIPSIMU DEWE, NGOPO MEH NGURUS SKRIPSINE WONG LIYO, HAH?”
“Nix, oi. Kok diem?” tanyanya lagi.
Aku hanya bisa menatapnya dalam, berharap suara-suara yang tadi menggebu dari hati bisa terdengar. Namun ia berusaha melihat page di layar laptop yang sudah aku tutup 30 derajat.
Kekeuh amat ni bocah.
“Apaansih.” Aku memberanikan diri.
---

Cuplikan cerita soal skripsi yang saat ini tengah aku jalani sebenarnya belum begitu menjenuhkan, namun kadang kala, pertanyaan-pertanyaan sepele dari orang-orang membuatku membutuhkan ruang untuk memahami diri sendiri. Apa ini yang disebut jeda sejenak atau untuk waktu yang lama?  
Memikirkan sebuah jeda, saya sepakat dengan sekte sabtu-minggu-dan tanggal merah adalah kebahagiaan yang hakiki. Karena dari sanalah, kita –para-penjenuh-rutinitas bisa menyegarkan pikiran kembali.  Apalagi jika hari-hari kosong itu diisi dengan kehidupan yang jauh dari hiruk pikuk kota dan gadget yang bisa ditemukan lewat Live on Board seperti ini: 
Berkesempatan menjadi salah satu pemenang lomba menulis yang diadakan oleh Insto, cerita singkat ini dimulai. Pengalaman pertama kali Live on Board yang worth it dan sampai saat ini masih tersimpan dalam memori adalah saat menjelajahi Labuan Bajo pada 23-25 November 2017 lalu. Jujur, 3D 2N berada di atas kapal bersama teman-teman yang baru di kenal menjadi sebuah pilihan yang pas untuk jeda dalam rutinitas.
Berikut itinerary selama 3D 2N saat itu yang bisa jadi referensi:


Day- 1

Day- 2


Day- 3









Melihat rencana perjalanan dan kehidupan selama di kapal, mungkin ada beberapa pertanyaan yang muncul namun sudah aku siapkan. CEK-CEK!
Bagaimana rasanya hidup di atas kapal berhari-hari?
Tentu jika tidak biasa akan merasa mual dan pusing. Namun itu hanya pada awalnya saja, di hari kedua dan seterusnya, kita akan terbiasa dengan kondisi kapal: baik saat melaju, maupun berhenti di malam hari.
Apakah ada listrik, air bersih, dan makanan yang cukup selama di sana?
Jangan khawatir! Sekarang paket Live on Board sudah banyak pilihan dengan menyediakan berbagai fasilitas. Kita cukup menyiapkan diri saja, sahabat~
Apa bisa mencuci dan menjemur pakaian di atas kapal?
Kalau hanya menjemur pakaian renang ala kadarnya ya tentu bisa. Neng, di kapal bukan buat hidup selamanya, kan?
Berapa biaya Live on Board Labuan Bajo?  
Kebetulan sekali, pada saat itu trip gratis hehe. Tapi aku sudah tanya ke tour guide yang baik hati: Mas Akbar. Untuk 3D 2N harganya:
2,5 Jt/pax untuk fasilitas AC
2,1 Jt/pax untuk fasilitas kipas angin.
Dan paket trip minimal untuk 8 orang.
Apa dengan nominal harga itu sudah include fasilitas-fasilitas yang worth it?
            Tentu saja! Yang tidak disediakan oleh pihak tour travel adalah jodoh~ hahaha!
            Perlu dinotice, paket trip tidak termasuk biaya tiket pesawat ya.   
Apa ada hari untuk menginap di hotel/penginapan?
            Ya enggaklah! Sist, ini kan namanya Live on Board. Beda cerita kalo live on hotel bintang 5.
Apakah harga tersebut mutlak?
Harga bisa berubah kapan saja, tergantung kondisi. Untuk biaya trip ini diupdate sejak Desember 2017.

Jika ingin menanyakan lebih lanjut apakah bisa request itineray, menu makanan, dokumentasi (foto maupun video drone), bisa langsung ditanyakan pada tour guide yang friendly satu ini! Langsung cek instagram doi: @akbr_gvns.
Mudah-mudahan setelah ini kita –para-penjenuh-rutinitas punya kesempatan untuk mengambil jeda ya. Semoga bermanfaat!
Tour guide kita sedang menjelaskan

Sebuah kiriman dibagikan oleh Akbar gunawan (@akbr_gvns) pada

Selasa, 10 April 2018

Serpihan Surga di Labuan Bajo, Kepadamu Aku Jatuh Hati dan Ingin ke Sana Lagi

“Saya belajar, perjalanan bukan tentang membuktikan sesuatu, tapi tentang mencari makna yang sebenarnya tidak tau akan membawamu entah kemana” – OS

Setelah sekian lama menyimpan ingatan, I am afraid cant get enough for amazing dearest Labuan Bajo. This is so-crazy! Ini adalah kali pertama saya menginjakkan kaki di Indonesia Bagian Timur, tepatnya Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Tulisan perjalanan yang saya ikutkan dalam lomba menulis oleh salah satu perusahaan farmasi Indonesia tempo lalu membawa saya menapaki Pulau Padar dan kawanannya yang menawan. Bersama 19 peserta lain yang belum pernah saya temui sebelumnya, cerita ini dimulai dari keberangkatan kami di Bandara Internasional Soekarno Hatta. Antusiasme terlihat saat satu sama lain saling menyapa, dan paling jelas ketika akan dibekali dengan Tiket Pesawat Garuda Indonesia yang sudah disiapkan oleh tim. Bagaimana tidak, perjalanan ini semakin worth it karena ada pelayanan Garuda Indonesia. 
Mudah-mudahan dengan menulis ini saya bisa menepikan rindu sejenak, untuk segala lansekap di Labuan Bajo yang membuat jatuh hati saya berulang kali dan ingin ke sana lagi.
Ke Labuan Bajo dengan Maskapai Garuda Indonesia
Dokumentasi Pribadi

Tiba di Bandara Komodo Labuan Bajo
Dokumentasi Pribadi
Pagi itu saya terbangun karena suara deru mesin Kapal Pinisi yang menjadi live on board selama 3 hari 2 malam melaju pelan, menandakan hari sudah melewati fajar. Lensa Flores yang sebelumnya menepi di Pulau Kambing untuk bermalam, kini sudah melanjutkan perjalanan menuju Pulau Padar. 

(Baca juga: Trip 3D 2N Live on Board di Labuan Bajo: Murah/Mahal?)

Matahari yang tanpa ragu menunjukkan pesonanya di langit pagi, menemani seorang ibu paruh baya mengupas bawang merah di ujung kapal. Dialah Ibu Bunga yang biasanya sibuk di dapur untuk menyiapkan menu makan di kapal bermuatan 10 orang penumpang dengan 5 awak kapal dan 1 orang kapten.
“Sudah dari 2009 jadi tukang masak di kapal, mbak,” kata Ibu Bunga yang mengenakan celemek kotak-kotak.
Ia tersipu karena saya kerap memuji cita rasa masakannya. Katanya, bisa memasak diantara perpaduan debur ombak, matahari pagi, dan aroma khas laut biru adalah bahagia sederhana yang bisa dinikmatinya setiap hari. Walau jauh dari keluarga, menjadi koki kapal untuk tur wisata bisa menjamin kepastian hidupnya. Entah 3 hari, 1 minggu, atau bahkan 1 bulan sekali, Ibu Bunga baru bisa menginjakkan kaki di rumahnya. Sejak pesona Labuan Bajo terdengar dari penjuru Nusantara hingga wisatawan mancanegara, paket jasa perjalanan dengan Kapal Pinisi membawa Ibu Bunga pada kestabilan ekonomi keluarganya. Sering berpindah dari satu kapal ke kapal lain, membuat kebetahannya berprofesi sebagai tukang masak di kapal tidak dapat dipungkiri.
Sambil menanak nasi, ia nyengir menjawab, “Lebih milih di sini ketimbang di rumah makan biasa, mbak. Penghasilannya lumayan hehe.”
Setelah melaju dari Pulau Kambing
Dokumentasi Pribadi
Kebetahan itu juga tidak berkurang meski ia kerap kali mengalami susah sinyal di tengah laut ataupun di pulau-pulau terpencil yang jauh dari menara telekomunikasi. Hal tersebut juga saya alami sejak semalam sebelum kapal berlabuh ke Pink Beach. Smartphone yang biasa digunakan sudah kehilangan koneksi. Ternyata susah sinyal di malam hari adalah hal yang wajar, apalagi jika cuaca sedang buruk. Ibu Bunga mengatakan baru bisa menghubungi anak-anaknya di kota saat sinyal di kapal sudah stabil, atau jika sudah mendekati permukiman. Namun ia tetap kerasan melakoni pekerjaannya, karena berada di atas kapal selama berhari-hari bisa sejenak melupakan hiruk pikuk kota dan problematika. Pesona senja, semilir angin laut, bahkan menyesap kopi di bawah langit bertabur bintang menjadi teman setia bersama awak kapal.
Awak kapal dan Ibu Bunga
Dokumentasi Pribadi
Tentu bukan hanya perbukitan eksostis dan laut biru yang mampu memikat hati, tapi banyaknya permintaan terhadap jasa pariwisata di Labuan Bajo juga mengundang masyarakat lokal untuk terlibat di dalamnya. Layanan pariwisata dan perjalanan memang menjadi salah satu contoh jasa yang memiliki signifikansi ekonomi yang besar di Indonesia.
Tidak hanya cerita Ibu Bunga, ada juga Akbar yang menemani saya tracking ke atas bukit Pulau Kelor.
Sebagai pemandu wisata sejak 2013, ia bercerita, “Malah sebelumnya saya jadi tour guide untuk bule. Mereka yang lebih dulu tau daripada traveller Indonesia, mbak. Wisatawan lokal jadi banyak yang eksplor Labuan Bajo ya karena bule dulu bikin hits di instagram.”
Karena itu, Akbar jadi fasih berbahasa Inggris. Sektor pariwisata ternyata tidak hanya berdampak positif pada aspek ekonomi, namun juga terhadap aspek sosial, budaya, dan lingkungan.
Tiba di Pulau Kelor setelah diantar menggunakan speed boat dari Kapal Pinisi, mata saya tertaut pada seorang anak laki-laki yang dengan mudahnya mengatur mesin speed boat seorang diri.
“Banyak yang begitu kok, mbak, buat bantuin orang tua. Itu ada yang cuma tamatan SMP, SD juga ada,” Lanjut Akbar ketika saya bertanya perihal anak laki-laki itu. Sungguh menjadi kenyataan yang memprihatinkan.
Akbar sebagai pemandu wisata
Dokumentasi Pribadi
Bagai serpihan surga, bagian Timur Indonesia ini menyimpan sejumlah spot wisata yang tidak luput dari pesonanya. Derasnya arus kunjungan wisatawan telah memantik perubahan drastis di Labuan Bajo, bahkan mampu menghipnotis setiap pasang mata yang memandang. Berbagai objek wisata yang menakjubkan ada di sana. Pulau Komodo, Pulau Padar, Pink Beach, Pulau Kelor, Pulau Kambing, menjadi deretan objek wisata yang menakjubkan bagi kami para pelancong. 
Destinasi di Labuan Bajo: 
(1) Pulau Kelor
(2) Pulau Padar
(3) Pulau Komodo

Dokumentasi Pribadi
Destinasi tersebut memiliki potensi yang hampir komplit dari segi alam, lokalitas masyarakat, dan budayanya. Hal ini terlihat saat kapal kami berjalan lambat ikut mengantre di Dermaga Pulau Komodo karena banyaknya kapal lain yang juga menepi. Dengan menggunakan perahu kayu, seorang bapak menghampiri kapal kami dari sisi kiri untuk menjajakan barang dagangannya berupa souvenir khas Labuan Bajo. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri. Melihat peluang seperti ini menjadikan usaha mereka semakin berarti.
Anak kecil pengendara boat dan bapak penjual souvenir
Dokumentasi Pribadi
Di tengah terik matahari yang menyengat, saya justru merasakan tenang dan damai saat berada di atas ketinggian Pulau Padar. Betapapun kami sudah membentengi diri dengan perlengkapan seperti sunblock, kacamata hitam, topi, dan lainnya, tetap saja tidak bisa menghindari panas dan cahaya yang menyilaukan. Namun menghirup bau matahari dan angin di Laut Timur membuat saya bisa nyaman karena keindahannya. Ditambah lagi keseruan dengan pengalaman baru: SHOOTING DI ACARA MTMA! MY TRIP MY ADVENTURE! OMG! Tidak hanya ada crew MTMA saja, namun juga tiga host: Rikas Harsa, Della Dartyan, dan Widika Sidmore.


Crew dan Host MTMA di Pulau Padar
Dokumentasi Pribadi
Jika ada istilah sudah jatuh tertimpa tangga, maka ini akan jadi pernyataan kontras: sudah ke Labuan Bajo, shooting di TransTv, gratis pula! Tidak pernah terbayangkan akan mendapatkan ‘kejutanseperti ini. Saya jadi ingat kata Arief Muhammad, perjalanan itu adalah momen yang bisa diceritakan pada anak-anakmu nanti.
“Cut! And action!”
“Coba lebih ceria yaa. Nanti jargonnya itu, My Trip My Adventure!”
“Nah nanti kalian ikutin Widika, sambil dadah-dadah ke drone.”
“Lebih ekspresif, ya kek menikmati pemandangan bagus gini.”
Beragam instruksi dari crew menyadarkan saya sesuatu, ternyata tidak gampang untuk bisa tampil oke di depan kamera, apalagi jika sudah take berulang kali. Tidak semudah yang dibayangkan para netijen budiman yang maha benar haha.
Proses shooting MTMA di Pulau Padar
Dokumentasi Pribadi
Mengingat belum sepenuhnya tuntas menikmati destinasi di Labuan Bajo karena proses shooting dan waktu yang singkat, saya jadi kepikiran ingin ke sana lagi. Destinasi yang memikat ternyata bukan hanya ada di luar negeri, tapi juga di Indonesia yang mungkin belum diketahui banyak orang.
Ayo #JelajahNusantara bersama! Kini kamu tidak perlu khawatir lagi jika ingin berlibur ke negeri di wilayah Timur Indonesia, karena ada Skyscanner yang siap memudahkan penerbangan dengan mengantongi tiket pesawat Garuda.
Skyscanner akan memudahkan penerbangan ke Labuan Bajo
Skyscanner.co.id
Kebetulan ada promo tiket pesawat domestik April 2018 untuk kamu yang ingin mencoba destinasi di Pulau Padar bulan ini, lho. Ada promo khusus keberangkatan dari Jakarta yang menjadi bandara utama dari hampir seluruh maskapai yang beroperasi di Indonesia. Bagi kamu yang tinggal di area Jabodetabek, bisa dengan mudah cek daftar tiket promo PP ke Labuan Bajo: klik "Promo domestik dari Jakarta" dan jangan lupa download aplikasinya, ya!
Promo tiket pesawat di Skyscanner 
Skyscanner.co.id
Jika tidak bisa meninggalkan pekerjaan untuk mengambil cuti di bulan April, kamu juga punya cara lain. Bisa membaca artikel di situs Skyscanner tentang cara Memaksimalkan Cuti Tahunan Menjadi Libur Panjang dan Promo Tiket Pesawat di Tahun 2018. Siapa tau punya kesempatan di tahun ini, kan?
Saya pun sudah tidak sabar ingin menikmati liburan di Labuan Bajo lagi. Jadi ayo segera cari tiket pesawat kamu via Skyscanner sebelum harganya semakin naik! Kamu juga bisa mencari dan membandingkan harga tiket pesawat ke Labuan Bajo dan berbagai destinasi lain menggunakan Skyscanner secara gratis. Semoga ini bisa membantumu menghemat biaya tiket pesawat biar bisa ke Pink Beach dan Pulau Komodo kayak gini yah! 
 
Baris (1) Pink Beach
Baris (2) Pulau Komodo

Dokumentasi Pribadi
Cerita perjalanan yang berharga ini ditutup dengan menepinya Kapal Pinisi kami di Pelabuhan Labuan Bajo. Terlihat jelas situasi kapal yang sibuk, entah ingin berlabuh atau pulang karena baru saja berlayar. Melihat anak-anak menjadi kuli angkut barang, saya hanya tertegun. Mengapa harus repot-repot bekerja dan tidak sekolah saja? Memang hidup adalah soal pilihan, namun kadang kala keadaan mengharuskan kita untuk memutuskan. Jelajah Nusantara ke Labuan Bajo memperkenalkan saya pada banyak hal tak terduga. Bukan hanya serpihan surganya saja, tapi melihat sesuatu dengan sudut pandang berbeda, bertemu dengan orang baru, dan menghargai kesempatan ‘lebih’ yang kita punya. Karena pada dasarnya perjalanan bukan untuk membuktikan sesuatu, namun belajar sesuatu. Bagi saya, perjalanan yang paling meneduhkan adalah perihal menemukan: tentang makna kehidupan untuk lebih banyak bersyukur.



Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner

Kamis, 05 April 2018

Best 9 Labuan Bajo on Instagram

“Collect moments, not thing. Kalau ada kesempatan dan kira-kira memungkinkan, pergi travelling deh. Pergi sesering mungkin semampunya yang kalian bisa, karena nanti pas udah tua, baju atau sepatu branded yang kalian punya sekarang enggak bisa jadi bahan obrol. Tapi kenangan seru ketika travelling, bisa” - Arief Muhammad

Saya bahagia pernah menapaki Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur, karena ada begitu banyak memori yang tidak terlepas hingga kini. Keindahan Labuan Bajo yang tidak akan habis kini menjadi 'bahan' cerita saya dengan teman-teman, dan inginnya bisa dilanjutkan kelak hingga tua. Doakan saja setelahnya saya bisa ke tempat yang lebih jauh ya!

Setelah dari sana, banyak teman-teman saya yang request spot foto di negeri susah sinyal ini yang instagram-able buat mengisi feeds yang oke. Apa aja ya? Kali ini saya akan mengulas best nine Labuan Bajo on Instagram. Check this out!
1. Pulau Kelor

2. Pink Beach

3. Pulau Komodo

4. Pelabuhan Labuan Bajo

5. Dekat Pulau Kambing

6. Dermaga Pulau Komodo

7. Tepi Pulau Padar

8. Pulau Padar

9. Live on Board

Top 1 spot foto di Labuan Bajo bagi saya adalah Pulau Kelor. Mungkin karena tempat itu yang menjadi pijakan pertama, jadi inilah istilahnya jatuh hati pada pandangan pertama. Deg-deg-an tiap liat perpaduan bukit, laut, pasir, kapal, ah semuanya!



Diberdayakan oleh Blogger.