“Satu
liter sudah cukup, nak.”
Lita
mengangguk mengerti. Tanpa sepatah kata, ia menuju kamar, meninggalkan ibunya
seorang diri di ruang tamu yang sedang sibuk mengemas air dalam botol.
“Ibu
akan mengganti rotannya dengan yang lebih ringan. Jadi jangan khawatir,
sayang.” Wanita tua berkonde itu setengah berteriak, memberi isyarat bahwa ia
tak tega dengan keadaan anak semata wayangnya.
“Hmm,
benarkah?” Sendu dari suaranya terdengar sangat jelas.
“Iya,
tenanglah. Obat merah sudah ibu siapkan diatas meja belajarmu.”
Lita
merindukan ayahnya. Merindukan masa lalu, saat dimana ia tak harus menjual air
mata, tak harus banting tulang, menghidupi keluarga yang hanya tinggal ibunya
saja.
-End-
Tantangan
menulis #FFRabu MFF : 100 kata
em.... itu jual air mata maksudnya apa ya.
BalasHapussaya nggak ngerti kalau pake majas gitu.
Anggap aja si Lita itu putri duyung ya, kalo nangis air matanya berubah jadi mutiara terus bisa dijual... hehe gitu sih :)
BalasHapus