Selasa, 03 Januari 2017

Jodoh


“Saya suka ide Tuhan yang satu ini: di suatu tempat, ada seseorang yang diciptakan untuk seorang lain, dan mereka akan bertemu jika saatnya tiba” – Hansbrownsound

Jodoh dipertemukan dalam lembar yang sama
Hans pernah bilang kalau jodoh adalah ide Tuhan. Jika semua adalah ide Tuhan, mengapa harus risau? Toh Tuhan tidak pernah sia-sia dengan ideNya. Jodoh sejatinya adalah ia yang menerima kita tanpa kata 'jika', sehingga seburuk apapun keadaan dan sehebat apapun pertengkaran jam dua malam, akan selalu ada alasan untuk kembali pulang.

Kata Tere Liye, jodoh itu rahasia Tuhan. Namanya aja udah rahasia, jika kita mampu mengeringkan lautan atau merobohkan gunung sekalipun, kalau tidak berjodoh, ya tidak akan pernah terjadi. Sebaliknya, mau benci setinggi bulan, mau menghindar ke ujung dunia, ya kalau memang berjodoh, ada saja jalannya untuk tetap terjadi.

Tapi bagi saya, arti jodoh tidak terbatas. Di sepanjang tahun yang baru saja lewat (baca:2016), saya semakin banyak mengerti, bahwa jodoh bukan melulu soal pasangan hidup. Ada pertemuan dan perpisahan yang diatur, tidak ada kebetulan yang benar-benar kebetulan. Semacam takdir.
Seperti dua semester saya yang bercerita bagaimana susah payahnya menghadapi 25 macam isi kepala dan kelakuan di Kelompok Tuntang. Terdedah sudah aib kalian! HAHAHA;
Atau tentang perjalanan sebentar dengan 15 orang mahasiswa pas-pasan yang darinya saya belajar bahwa tawa bisa datang dari cara sederhana;
Atau justru soal bagaimana teman-teman PMK FT, Momentum, dan NFC bisa hadir dalam hidup saya, mengantarkan pada apa yang disebut keluarga.

Jodoh itu sesederhana bagaimana pembaca bertemu dengan novel-novel best seller yang mungkin sebelumnya tidak tahu siapa yang menulis. Sesederhana saat saya jatuh dan mulai menggilai diksi, semua terjadi begitu saja, tak perlu ada garis batas yang menyekat-nyekat setiap kejadian.

Bukankah kalau tidak ditakdirkan berjodoh, orang-orang yang berseliweran di hadapan mata pun tidak akan saling mengenal? Kata Agustinus, orang China menyebut ini sebagai yuanfen, perjodohan. Baginya, tak ada yang tak mungkin dalam perjalanan. Hidup itu perjalanan, kan?  Malah kata Afgan, jodoh pasti bertemu. Haha! Saya yakin kalau cerita-cerita yang baik tidak datang dengan cara yang salah. Tidak perlu memendam ekspektasi tentang A atau B, jalani saja!

Terima kasih 2016 atas perjodohan kita, atas langkah-langkah yang akan menjejak dalam ingatan!
Selamat berjodoh dengan perjalanan saya nantinya, hai 2017! Saya siap dengan berbagai kejutan: mimpi-mimpi yang nyata atau justru kosong!
"There's always a goodbye in every hello, but remember you will find another hello"- Anida Dyah


2 komentar:

  1. BARU BACA BACA INI LAGI HAHAHAHHA
    setuju banget soal konsep kalau jodoh itu bukan sekedar pasangan hidup! Bahkan bapak selalu menekankan ke aku kalau sekolah itu juga termasuk jodoh ;)

    Nice post I swear :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. HAHAHA mampir mulu ke postingan lama. Bener kan, definisi jodoh mah luas.
      Kadang tulisan semacam ini bisa lahir krn pemikiran orang-orang di luar sana yang menurut aku dibatasi hmm

      Anw, thankyouuu Mi! :)

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.