Senin, 06 Oktober 2014

Lelaki Tua di Tengah Gerimis


Sumber: Dokumentasi Pribadi Rinrin Indrianie

Aroma  ilalang merebak di sepanjang jalan, tak ada embun. Gerimis yang telah lama turun membasahi Gadjah Mungkur, memberi kesan sepi.  Hanya ada saya dan lelaki tua di sisi jalan, tapi posisi kami tidak berpapasan, saya berada agak jauh dibelakangnya, memerhatikan apa yang dipikulnya di atas sepeda ontel.  Betapa ia sudah tua dan butuh uluran tangan, tubuhnya yang digerogoti usia itu tampak begitu memprihatinkan, ia seorang diri.

Pasti  lelaki ini sejak tadi belum berteduh! Kemana anak-anaknya? Istrinya mungkin? atau cucu kesayangannya?

Oh, mungkin saja ia ingin menukar barang bawaannya dengan seikat padi untuk digiling menjadi beras, atau membagi ke peternakan untuk dijadikan jerami. Iya, tapi ini hanya hipotesa awal, saya tak sepenuhnya yakin.    

Kakinya gemetar, tubuhnya lunglai, namun terselubungi dengan baju biru yang tampaknya ia kenakan sejak kemarin sore, lusuh dan kumuh, atau ia sudah berjalan berhari-hari? Setidaknya ia membutuhkan receh atau secangkir teh panas. Saya terus membuntutinya dari belakang, ia tak curiga. Bau aspal terkena panas matahari yang baru saja dibasahi gerimis sangat menyengat, membuat saya semakin ingin tahu tujuan lelaki tua itu.  

Awalnya saya mengurungkan niat, berencana mengikutinya sampai saya tahu apa yang membuat langkah kakinya berada di jalan ini. Tapi yang benar saja, berjam-jam saya berteduh dibawah langit menganga, saya kedinginan!

“Pak, mau kemana?” tidak digubris sama sekali. Barangkali ia sudah pikun, saya ulangi pertanyaan yang sama.

“Anak saya kelaparan, dari kemarin belum makan. Saya dari bawah mau ke tanjakan memberi ini untuknya. Kasihan dia,” katanya kelelahan.

Saya terkejut.
Saat ia menunjuk ilalang di atas sepedanya. 

Prompt#65 in MFF: 243 words




19 komentar:

  1. Halo. Request join MFF ya?
    Tapi saya nggak bisa kirim pesan di inbox nih :)

    BalasHapus
  2. Anindita: kasian bapaknya :(

    Red Carra : halo kak! inboxnya lewat mana ya?:)

    BalasHapus
    Balasan
    1. lewat facebook dong, request joinnya di facebook kan?

      Hapus
    2. maaf sebelumnya kak, saya request join MFF di grup facebook udah lama, tapi belum dikonfirm sampai sekarang hehe:)

      Hapus
    3. Iya, karena saya nggak bisa kirim inbox ke kamu. Settingan facebookmu kan nggak bisa dikirim inbox :)
      Tanpa menjawab inbox dari Admin, mohon maaf, tidak bisa kami approve :)

      Silakan dibaca aturan main umum dalam grup ya... http://mondayflashfiction.blogspot.com/p/about-us.html

      Silakan inbox saya (Carolina Ratri) kalau kamu masih ingin bergabung.
      Makasih.

      Hapus
    4. saya udah baca aturan mainnya kak, udah lama juga kok temenan di facebook a.n Carolina Ratri.
      iya kak, gpp kok, sekalian latian nulis juga :)

      Hapus
  3. Endingnya keren! Bikin penasaran dari awal :)

    BalasHapus
  4. Haii, ceritanya bagus dan sedih di bagian akhir :(

    Menurutku, deskripsi di paragraf pertama menarik sekali, namun jadi luntur ketika membaca "coklat panas". Mungkir secangkir teh terasa lebih cocok.

    Satu hal yang membuat rancu "baju biru yang ia kenakan sejak kemarin sore". Sepertinya si Aku sudah lama menjadi stalker si Bapak Tua.

    Haha, itu pendapat dariku. CMIIW. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. thx mbak udah kasih masukannya! segera saya revisi hehe :)

      Hapus
  5. ceritanya keren banget!!

    BalasHapus
  6. ceritanya keren!

    terlepas dari masukan mbak rizki di atas

    BalasHapus
  7. Bagian ending saya bingung sebenernya. Koreksi sedikit untuk penggunaan huruf kapital di awal kalimat meskipun dalam dialog tetap pakai huruf kapital.
    “pak, mau kemana?” -> "Pak, mau kemana?"
    :D v

    BalasHapus
    Balasan
    1. wah mas/mbak, trmksh info eyd nya! saya pemula harap maklum ya hehe:)

      Hapus
  8. anaknya apaan dikasih makan ilalang? huft! KEREN!!!;)

    BalasHapus
  9. “Anak saya kelaparan, dari kemarin belum makan. Saya dari bawah mau ke tanjakan memberi ini untuknya. Kasihan dia.” Katanya kelelahan.| Sedikit tambahan koreksi. Di antara kata 'dia' dan 'katanya' harusnya diberi tanda koma ','.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.