Jauh
sebelum pelangi menghilang, sebelum
kembali pulang untuk merapikan warna-warna indahnya, bahkan sebelum mengucapkan
selamat tinggal kepada alam, aku sudah terlahir dalam kondisi yang berbeda dari
warga kebangsaan berkulit putih. Selama 17 tahun berkiprah di negeri yang
sampai saat ini masih jauh tertinggal dari peradaban, aku bertekad untuk meletakkan
mimpi-mimpi yang masih tersimpan rapi ini 3cm dihadapanku. Jauh lebih dekat
dari apa yang orang lain bisa genggam dengan mudahnya. Bahkan hingga awan-awan kecil diatas sana
tersenyum bangga ketika melirik negeri ini atau mungkin tak ada lagi yang
menganggap bahwa Jambi adalah kota kelingking, kecil dan hampir tidak
diperhatikan.
Lalu
sampai kapan negeri ini terus tenggelam dimasa modernisasi, sementara
potensi-potensi anak muda masih banyak yang bisa digali? Sampai kapan kota
beradat ini terus kehilangan warnanya? Terus diambil alih oleh ras kaukasoid
yang jauh lebih dipercaya dibanding anak daerah?
Warisan
sejarah dan budaya yang tak dikenali masyarakat cukup menjadi modal utama untuk
menjadikan ranah melayu ini menjadi negeri yang berpotensi. Selain menambah
pendapatan daerah, warga Jambi yang merantau dibeberapa tempat di Indonesia
akan selalu merindukan kota kelahirannya yang ternyata memiliki aset.
Setidaknya untuk berkunjung atau sekedar menghabiskan waktu liburan. Apalagi
jika didukung dengan sarana atau prasarana yang memadai, seperti halnya di beberapa negara kerajaan atau
republik lainnya.
Kemajuan
pendidikan atau persamaan hak juga tak boleh dilewatkan. Apalagi untuk saat ini sangat diperlukan sumber daya
yang mampu menaungi beberapa profesi berpotensi besar. Bahkan bisa kubayangkan
ketika nanti daerah ini sudah menjadi kota besar, disegani banyak pihak.
Tak
perlu seperti di cerita dongeng majalah bobo, negeri khayalan dengan penuh imajinasi
tinggi. Bahkan jika ada kesempatan untuk menghirup kembali kesejukan udara
dipagi hari itu sudah lebih dari cukup. Karena ketika asap kendaraan mulai
menguasai atmosfer, aku tahu, aku sulit merasakannya lagi.
What can I do for you, Jambi?
Negeri
ini tak akan menjadi kebanggaan jika bukan kita sendiri yang membanggakannya.
Lalu bagaimana cara membanggakannya jika tak ada yang patut untuk dibanggakan?
“Talk
less do more”. Ini bisa diawali dengan hal-hal kecil. Mengikuti event-event
yang mengarah pada pesan untuk calon pemimpin Jambi. Setidaknya mengemukakan suara dan pendapat untuk perubahan Jambi lebih baik.
“Learning
the past, managing the present, shaping the future”. Aku tahu tak mungkin
komitmen seperti ini bisa dilakukan dengan instan atau cepat saji, semua perlu proses
yang tidak cepat. Untuk bakat atau minat sendiri juga perlu diasah dan
dikembangkan secara bertahap, agar matang ketika dituang lewat profesi yang
nantinya menunjang kemajuan daerah. Terlebih ketika sudah lulus Sekolah
Menengah Atas, dengan tekad yang besar persiapkan diri memasuki jenjang
perguruan tinggi.
“Don’t
wait till tomorrow, what can you do today”-John FK. Ini seperti benahi diri sebelum ayam berkokok. Tak
perlu menunggu hari esok jika memang ingin melakukan gerakan perubahann dan pastinya
diawali dari kehidupan diri sendiri dulu. Menjadikan impian-impian sebagai
motivasi untuk terus memiliki semangat seperti perjuangan pahlawan gagah berani
tempo dulu .
Aku
hanya ingin melompat setinggi menara-menara yang ada, melihat bahwa Jambi
pantas untuk setara dengan daerah tetangga.
Ini
bukan persoalan “apa yang negeri ini bisa
berikan untukku”
Tapi
yang terpenting “apa yang bisa aku
lakukan untuk negeri ini”
Dan
aku berharap akan ada hamparan bunga-bunga kemenangan di sudut Negeri Sepucuk
Jambi Sembilan Lurah nantinya. Kelak ketika generasi berikutnya bisa turut
serta membangun negeri ini menjadi lebih baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar