Sabtu, 22 Februari 2014

“What can I do for Jambi?”



Jauh sebelum pelangi menghilang, sebelum kembali pulang untuk merapikan warna-warna indahnya, bahkan sebelum mengucapkan selamat tinggal kepada alam, aku sudah terlahir dalam kondisi yang berbeda dari warga kebangsaan berkulit putih. Selama 17 tahun berkiprah di negeri yang sampai saat ini masih jauh tertinggal dari peradaban, aku bertekad untuk meletakkan mimpi-mimpi yang masih tersimpan rapi ini 3cm dihadapanku. Jauh lebih dekat dari apa yang orang lain bisa genggam dengan mudahnya.  Bahkan hingga awan-awan kecil diatas sana tersenyum bangga ketika melirik negeri ini atau mungkin tak ada lagi yang menganggap bahwa Jambi adalah kota kelingking, kecil dan hampir tidak diperhatikan.

Lalu sampai kapan negeri ini terus tenggelam dimasa modernisasi, sementara potensi-potensi anak muda masih banyak yang bisa digali? Sampai kapan kota beradat ini terus kehilangan warnanya? Terus diambil alih oleh ras kaukasoid yang jauh lebih dipercaya dibanding anak daerah?

Warisan sejarah dan budaya yang tak dikenali masyarakat cukup menjadi modal utama untuk menjadikan ranah melayu ini menjadi negeri yang berpotensi. Selain menambah pendapatan daerah, warga Jambi yang merantau dibeberapa tempat di Indonesia akan selalu merindukan kota kelahirannya yang ternyata memiliki aset. Setidaknya untuk berkunjung atau sekedar menghabiskan waktu liburan. Apalagi jika didukung dengan sarana atau prasarana yang memadai, seperti  halnya di beberapa negara kerajaan atau republik lainnya.  

Kemajuan pendidikan atau persamaan hak juga tak boleh dilewatkan. Apalagi  untuk saat ini sangat diperlukan sumber daya yang mampu menaungi beberapa profesi berpotensi besar. Bahkan bisa kubayangkan ketika nanti daerah ini sudah menjadi kota besar, disegani banyak pihak.

Tak perlu seperti di cerita dongeng majalah bobo, negeri khayalan dengan penuh imajinasi tinggi. Bahkan jika ada kesempatan untuk menghirup kembali kesejukan udara dipagi hari itu sudah lebih dari cukup. Karena ketika asap kendaraan mulai menguasai atmosfer, aku tahu, aku sulit merasakannya lagi.

What can I do for you, Jambi?
Negeri ini tak akan menjadi kebanggaan jika bukan kita sendiri yang membanggakannya. Lalu bagaimana cara membanggakannya jika tak ada yang patut untuk dibanggakan?

“Talk less do more”. Ini bisa diawali dengan hal-hal kecil. Mengikuti event-event yang mengarah pada pesan untuk calon pemimpin Jambi. Setidaknya mengemukakan suara dan pendapat untuk perubahan Jambi lebih baik.  

“Learning the past, managing the present, shaping the future”. Aku tahu tak mungkin komitmen seperti ini bisa dilakukan dengan instan atau cepat saji, semua perlu proses yang tidak cepat. Untuk bakat atau minat sendiri juga perlu diasah dan dikembangkan secara bertahap, agar matang ketika dituang lewat profesi yang nantinya menunjang kemajuan daerah. Terlebih ketika sudah lulus Sekolah Menengah Atas, dengan tekad yang besar persiapkan diri memasuki jenjang perguruan tinggi.

“Don’t wait till tomorrow, what can you do today”-John FK. Ini seperti benahi diri sebelum ayam berkokok. Tak perlu menunggu hari esok jika memang ingin melakukan gerakan perubahann dan pastinya diawali dari kehidupan diri sendiri dulu. Menjadikan impian-impian sebagai motivasi untuk terus memiliki semangat seperti perjuangan pahlawan gagah berani tempo dulu .

Aku hanya ingin melompat setinggi menara-menara yang ada, melihat bahwa Jambi pantas untuk setara dengan daerah tetangga.
Ini bukan persoalan “apa yang negeri ini bisa berikan untukku”
Tapi yang terpenting “apa yang bisa aku lakukan untuk negeri ini”

Dan aku berharap akan ada hamparan bunga-bunga kemenangan di sudut Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah nantinya. Kelak ketika generasi berikutnya bisa turut serta membangun negeri ini menjadi lebih baik. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.