"Sometimes not getting what you want is a
wonderful stroke of luck"
S
|
osok Dino Patti Djalal patut diacungi jempol. Pria
kelahiran Beograd, Yugoslavia, 10 September 1965 ini bukan hanya seorang
penulis pidato, aktivis pemuda, akademisi, penulis buku best seller nasional,
tetapi beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika serikat. Tak hanya itu, menjadi Juru Bicara Presiden
terlama dalam sejarah modern Indonesia pun sudah dilakoni. Kariernya dimulai di Departemen Luar Negeri tahun
1987. Berbagai penugasan penting pernah diemban, antara lain
sebagai Jubir Satgas P3TT (Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor Timur), Kepala
Departemen Politik KBRI Washington dan Direktur Amerika Utara dan Tengah
Departemen Luar Negeri. Ia sempat menjabat sebagai Direktur Urusan Amerika
Utara dan Amerika Tengah di Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, sebelum
akhirnya bersama Andi Mallarangeng kemudian ditunjuk sebagai juru bicara
Presiden masa Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau pun terlibat dalam
penyelesaian konflik Kamboja, konflik Moro di Filipina, sengketa Laut Cina
Selatan, dan konflik Timor Timur.
Dino Patti Djalal
mengecap pendidikan di SD Pendiri Muhammadiyah 1912 Muhammadiyah dan SMP Al
Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke McLean High School di Virginia
Amerika Serikat (1981), pada usia 15 tahun. Lalu memperoleh gelar Bachelor’s
Degree in Political Science dari Carleton University (Ottawa, Kanada) dan gelar
Master in Political Science dari Simon Fraser University (British Columbia,
Kanada). Hingga kemudian meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di
London School for Economic and Political Science, Inggris pada 2000.
Tapi siapa
sangka, dari sekian banyak prestasi yang pernah beliau raih, ternyata pernah menjadi tukang cuci piring saat berusia 14 tahun. Kisah
tersebut termuat dalam buku “Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora
Indonesia di Negeri Orang”. Bosnya (almarhum
Pak Ngkon) kerap memberi tip $10 usai bekerja. Basement KBRI Washington dulu
sangat diakrabi oleh Dino. Namun kini tukang cuci piring itu itu adalah orang
nomor satu di kantor tersebut. Bukan
hanya pernah menjadi tukang cuci piring, tetapi juga pernah menjadi pekerja di
gudang KBRI dan bekerja bersama Angky Kadarisman yang bertahun. Saat itu beliau
menemukan 'harta karun' berupa buku berjudul “Di Bawah Bendera Revolusi” yang merupakan
kumpulan pidato dan tulisan Bung Karno. Buku
itulah yang semakin membuat Dino tertarik pada ilmu politik dan diplomasi.
Pengalaman kerja membuatnya lebih bertanggung
jawab, menghargai aturan, disiplin, dan kalkulatif. Itulah yang membuat sosok
Dino kemudian dipercaya sebagai Duta Besar. Gagasan-gagasannya turut
membangun diri dan menunjukkan sosok Dino yang sebenarnya : "Define yourself; don't let others
define you, and shine through your achievement.
Semua kemampuan itu diasah dengan susah payah, bukan datang
secara alami sejak awal. Dalam
perjalanan kariernya, Dino merangkum hal-hal yang perlu diperhatikan, yakni tekun
dan berjuang. Hal lain yang tak kalah penting adalah menjadi diri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar