Selasa, 23 Januari 2018

Membangun Sinergi Pariwisata dan Industri Digital di Negeri Susah Sinyal Labuan Bajo

Pagi itu saya terbangun karena suara deru mesin Kapal Pinisi yang membawa kami melaju pelan. Lensa Flores yang sebelumnya menepi di Pulau Kambing untuk bermalam, kini sudah melanjutkan perjalanan menuju Pulau Padar. Matahari yang tanpa ragu menunjukkan pesonanya di langit pagi, menemani seorang ibu paruh baya mengupas bawang merah di ujung kapal. Dialah Ibu Bunga yang biasanya sibuk di dapur menyiapkan menu makanan.
Kapal berlabuh ke Pulau Padar
Di dalam kapal
Awak kapal Lensa Flores

Ibu Bunga memasak di Kapal
Bukan hanya perbukitan eksostis dan laut biru saja yang mampu memikat hati, tapi banyaknya permintaan terhadap jasa pariwisata di Labuan Bajo juga mengundang masyarakat lokal untuk terlibat di dalamnya. Layanan pariwisata dan perjalanan menjadi contoh jasa dengan signifikansi ekonomi yang besar di Indonesia. Wisatawan internasional yang melakukan perjalanan pada tahun 2012 mencapai 1,035 miliar

Sektor jasa memang merupakan bagian penting dalam perdagangan global Indonesia, sehingga berdampak terhadap pasar tenaga kerja di dalam negeri. Sebagai sektor pengembangan yang inovatif, industri jasa dapat mendukung pembangunan infrastruktur nasional. Lebih dari sekedar penghasil devisa negara, bidang ini dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dengan mengurangi pengangguran. Artinya, jasa menjadi penyumbang kemajuan ekonomi yang besar di Indonesia, sehingga dibutuhkan perhatian khusus . Hal tersebut sejalan dengan visi Indonesia Services Dialogue (ISD) yaitu menjadikan Indonesia dan Wilayah Asia Pasific unggul dalam sektor jasa. Untuk mendukungnya, sudah lebih dari 5 tahun ISD telah memfasilitasi forum diskusi untuk sektor jasa bersama asosiasi bisnis profesional dan akademisi.


Indonesia dengan daya tarik wisatanya ternyata kalah jauh bila dibandingkan dengan Singapura yang wilayahnya kecil. Salah satu faktor penyebabnya yaitu kurangnya ketersediaan infrastruktur. Sama halnya dengan wisatawan, Ibu Bunga kerap kali mengalami susah sinyal di tengah laut ataupun di pulau-pulau terpencil yang jauh dari menara telekomunikasi. Meski demikian, ia tetap kerasan melakoni pekerjaannya, karena berada di atas kapal selama berhari-hari bisa sejenak melupakan hiruk pikuk kota dan problematika hidup. Pesona senja, angin laut Labuan Bajo, bahkan menyesap kopi di bawah langit bertabur bintang menjadi teman setia selama berlayar bersama awak kapal.

Potensi Digital Indonesia

Indonesia menjadi salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia. Berdasarkan riset We Are Social dan Hootsuite 2017, pengguna internet di Indonesia tumbuh 51 persen dalam kurun waktu satu tahun. 
Teknologi digital semakin lekat dengan masyarakat, sehingga kebiasaan dari konvensional akan beralih menjadi online. Indonesia menjadi negara dengan kecepatan internet rata-rata paling tinggi se-Asia Pasifik yang mencapai 6,4 Mbps. Kementerian Pariwisata juga sedang menyusun program pengembangan destinasi wisata digital yang merupakan cara baru dalam menarik wisatawan mancanegara. Pertama kali hanya ada di Indonesia destinasi digital yang instagramable.
Source: katadata.co.id

Go Digital For Labuan Bajo

Menjadi salah satu dari 10 destinasi wisata yang diprioritaskan, Labuan Bajo, Flores, NTT merupakan destinasi wisata mencakup perpaduan alam, budaya, dan kuliner. Bagai serpihan surga, bagian Timur Indonesia ini menyimpan sejumlah spot wisata yang diminati dunia. Pulau Komodo, Pulau Padar, Pink Beach dan lainnya menjadi deretan objek wisata yang menakjubkan bagi para pelancong. Namun ternyata kesiapan infrastruktur digital di Labuan Bajo sudah menjadi sebuah kebutuhan yang mendesak. Labuan Bajo kerap disebut susah sinyal karena hanya memiliki satu provider telekomunikasi. 
Pelabuhan Labuan Bajo
Dermaga Pulau Komodo
Ada berbagai cara untuk meningkatkan target wisatawan di Labuan Bajo, salah satunya dengan soft selling. Artinya, promosi keindahan Indonesia dijalankan melalui cara yang mudah. Program pengembangan destinasi digital tourism bisa dilakukan melalui Digital Marketing Pariwisata (DMP) menggunakan media digital seperti Website Pariwisata dan Mobile Applications untuk menyiasati anggaran promosi pariwisata Indonesia yang masih rendah. Ini berarti infrastruktur digital juga disiapkan di Labuan Bajo seperti menambah ketersediaan menara telekomunikasi, sehingga wisatawan juga bisa mengakses internet dengan mudah. 
Program DMP Indonesia dilaksanakan untuk memenuhi target wisatawan asing ke Indonesia tahun 2019 sebesar 20 juta orang, Wisata Domestik 275 juta orang, mendatangkan Devisa 240 Trilyun, menyerap tenaga kerja 13 juta pekerja serta meningkatkan competitiveness index menjadi ranking 30 Dunia. Sehingga dapat meningkatkan bisnis karena memberi multiplier effect di industri pariwisata Labuan Bajo, mulai dari pengusaha hotel, rumah makan, dan pelaku usaha. 

Source: http://digitalmarketingpariwisata.com
Hampir 75% orang sudah melakukan search and share dengan online. Promosi yang selama ini bertitik berat di Branding dan Advertising, didukung pula ke arah Selling to the point. Tidak hanya dalam bentuk digital marketing saja, namun dibangun juga digital market place khusus tourism yaitu template website yang siap dengan commerce, booking system, sampai ke payment engine dalam satu sistem.

Go Digital di Labuan Bajo dilakukan untuk menaikkan level industri di 10 Destinasi Prioritas, sehingga industri ini berkesempatan untuk bertemu dengan channel buyers besar dari seluruh dunia. Indonesia bisa semakin cepat dan masif menembus pasar dunia karena didukung oleh ketersediaan infrastuktur digital yang memadai. Kita semua jadi bisa menikmati Labuan Bajo tanpa susah sinyal. Promosi pariwisata jadi bisa melibatkan berbagai pihak karena kemudahan digital yang dipersiapkan untuk Labuan Bajo Go International.
Penjual souvenir keliling (di perahu)

DAFTAR PUSTAKA

katadata.co.id 
digitalmarketingpariwisata.com
Cahyono, C. M. (2012). Perdagangan dan Pekerjaan di Sektor Jasa di Indonesia. Retrieved Maret 08, 2016, from www.ilo.org
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. (2012). Rencana Strategis Pariwisata Berkelanjutan dan Green Jobs. Jakarta: International Labour Organization.
Kemenpar Perkuat Promosi Pariwisata Lewat Digital, dalam http://digitalmarketingpariwisata.com
Disrupsi Digital dan Masa Depan Pariwisata Labuan Bajo, dalam http://www.jitunews.com
Industri Pariwisata di Labuan Bajo Siap Go Digital, dalam https://www.cnnindonesia.com



Jumlah kata: 795 (di luar judul dan daftar pustaka)

Kamis, 16 November 2017

Menghibur hati yang duka, #JadiBisa dengan Traveloka

Natal terakhir (2016) bersama mendiang Mak uwo (baju biru)
Karena dengan caranya yang misterius pula, hidup akan menyembuhkan luka di hati kita – Fiersa Besari

Teriakan histeris membuncah. Dari segala sudut ruangan, tangisan karena ditinggalkan memenuhi sepanjang malam. Tidak bisa dipastikan siapa-siapa saja yang terus meneriaki diri, berharap punya kesempatan untuk sekali saja mengucap terima kasih.
Jam 8 malam lebih sedikit di 06 November lalu, kehadiran tulang, nantulang, mak uwo, dan pak uwo (sapaan untuk keluarga terdekat di adat batak) yang baru saja tiba dari Medan menjadi riuh tak terkatakan. Padahal katanya, sejak kemarin rumah ini tidak pernah sepi atas kedatangan orang-orang yang ikut bela sungkawa, tidak pernah habis air mata dari mereka yang baru saja terluka.

Entah sudah selelah apa kakak-kakak sepupu saya ini menangis, menatap sekujur tubuh ibunda yang dingin. Mata mereka yang mulai membengkak hanya redup melepas kepergiannya, tidak bisa lagi mendongak walau dikerahkan segenap tenaga. Jika sepasang kaki kita adalah ayah dan ibu, maka kini mereka berjalan dengan satu kaki saja, melewati perjalanan yang masih panjang dengan langkah terseok karena baru saja hilang satu tumpuannya.
---**---
“Aku pulang, ma!” Batin saya saat tiba di Jambi malam itu. Jalan di depan rumah dengan cat oranye sudah dipasang tenda, kursi-kursi berjejer berantakan, tamu-tamu berpakaian hitam ramai melayat. Tampak dari kejauhan Bapak dan Mama saya duduk saling berbincang dengan sanak keluarga. Saya berlari mendapatkan mereka. Lantas pelukan dari keduanya sungguh erat, seakan berbisik “Mak uwo udah nggak ada, nak. Udah sembuh.” Dengan langkah terdesak, Mama menarik tangan saya ke pembaringan Mak uwo yang kaku, wajahnya yang dulu saya kenal selalu sumringah, kini pucat dalam damai. Air mata Mama yang terus jatuh ke pijakan turut mengantarkan kata demi kata untuk Mak uwo, “Kak, liat ini siapa ya datang. Ini Onix kak. Tengoklah mak uwo mu ini nah.” Saya tidak kuat menahan tangis, saya hanya bisa memeluk Mama dan menguatkannya, “Sudah ma” atau “Iya, ma, iya.”
Mak uwo sudah saya anggap sebagai ibu sendiri. Dulu saat SMA, saya sering datang ke rumah ini, lalu mengadu. Kami merayakan Natal dan Tahun Baru bersama-sama di rumah ini, lalu lupa waktu. Mak uwo sering kali datang ke rumah kami, sekedar berbincang atau merayakan ulang tahun adik saya. Semuanya terjadi begitu sederhana, karena saya tau bahwa kasih sayangnya selalu ada.
(*Mak uwo atau Mamak yang tuo adalah sapaan untuk kakak kandung dari ibu kita dalam bahasa batak. Dalam bahasa Jawa disebut Bude).
Kiri Tante-Kanan Mama
Walau dengan tergesa Mama menarik saya, walau tampaknya Mama masih kuat menapaki langkah, saya tau persis ia sedang kelelahan. Ia kelelahan menghadapi luka, melepas kepergian seorang kakak yang tidak akan kembali, merelakan cerita dan tawa yang tidak akan terulang lagi. Raut wajah Mama begitu lelah karena terus melakukan hal sama pada orang-orang terdekat yang baru saja datang.   
Entah kenapa, saya percaya: jika sebuah kehilangan datang dengan cara tak terduga, maka dengan misterius pula, hidup akan menyembuhkan luka di hati kita.
---**---
Mama tidak mengetahui tentang kepulangan saya sebelumnya. Saya tidak berani menanyakan perihal keadaan, apalagi bertanya apakah harus pulang atau tidak. Saya takut mengacaukan pikiran Mama. Setelah  kabar duka pukul 02.00 dini hari yang mengagetkan saya, Bapak sempat menelepon di Minggu siang, “Abang pulang besok, nak. Ndak pengen kau liat mak uwo mu ini? Mama mu udah mau pingsan, nangis terus.“ Saya ingat betul, dari seberang telepon, suara Bapak bergetar. Saya tau jelas Bapak menahan tangisnya agar tidak pecah. Dari kota rantau, naluri ini tidak tega. Kondisi Mama sudah tidak tergambar lagi di benak saya.
Untuk kali pertama, ada keputusan besar yang baru saja saya ambil. Untuk kali pertama, sejak tahun 2014 melanjutkan pendidikan ke tanah Jawa, saya pulang dalam duka. Untuk kali pertama ada yang berbeda dalam cerita perjalanan saya. 

Saya bertekad untuk melihat Mak uwo terakhir kali. Awalnya ragu, tapi penerbangan ini #JadiBisa dengan Traveloka. Ya, Traveloka jadi salah satu penghibur hati yang duka, melipur lara dan mengantarkan saya pada sebuah makna: ingin mengucapkan selamat jalan dan sampai jumpa.
Murah kok di traveloka.” Pikir saya dalam hati.
Waktu itu saya cukup kunjungi situs web Traveloka melalui smart phone, dengan mudahnya saya mendapatkan layanan penawaran tiket pesawat dari Semarang ke Jambi untuk 06 November 2017 dengan beragam maskapai penerbangan.
Melalui barisan kolom warna biru yang berisi tanggal dan harga tiket pesawat di hari tersebut, pemesanan jadi cepat sepanjang ada akses internet untuk membeli tiket pesawat kapanpun dan di manapun. Malah, semua kemudahan yang ditawarkan di situs web Traveloka tidak mengharuskan kita membayar biaya lebih.
Mau menghemat waktu pun, #JadiBisa dengan Traveloka. Layanan ini memungkinkan kita yang sedang terdesak seperti saya menggunakan waktu secara efisien. Tidak perlu mengantri dan menunggu lama, kita bisa mendapatkan tiket pesanan dalam hitungan menit.
Saya tidak lagi pikir panjang, malam sebelum keberangkatan saat ingin melakukan pembayaran, saya mendapatkan kemudahan dengan sistem pembayaran tiket yang sangat praktis. Tinggal transfer, kemudian konfirmasi I have already paid, saya sudah mendapatkan kode booking tiket melalui email. Hal serupa juga saya lakukan saat penerbangan untuk kembali ke Semarang pada 10 November lalu. 
Ada lagi kemudahan Traveloka dengan fitur terbarunya di Traveloka App versi 2.5 untuk Android dan iOS: Price Alerts.
Supaya kita tidak melanggar batas bujet demi mendapatkan tiket pesawat sesuai tanggal keberangkatan yang direncanakan, Price Alerts dapat membantu kita dalam kondisi terdesak. Fitur ini membantu mendapatkan tiket pesawat dengan harga termurah sesuai tanggal keberangkatan dan destinasi keinginan. Begitu kita memasukkan batasan harga untuk sebuah penerbangan, maka dengan cepat kita akan memperoleh pemberitahuan jika ada tiket pesawat dengan harga yang sesuai bujet.
Untuk bisa menikmati keuntungan fitur Price Alerts di Traveloka App, kita login ke Traveloka dengan alamat email yang sudah terdaftar, kemudian ikuti step-step berikut ini: 
Pilih Set Price Alerts Now
Atur penerbangan yang diinginkan


Atur notifikasi harga tiket pesawat baru
dan frekuensi pemberitahuan

Tambahkan total bujet sesuai kantong


 

Setelah semua sudah diatur, klik YES atau Save untuk menyimpan data. Sekarang kita bisa dengan mudah merencanakan perjalanan dengan bantuan Price Alert. Kita akan mendapatkan pemberitahuan setiap hari, seminggu sekali, atau jika ada harga tiket pesawat di bawah bujet sesuai yang sudah kita atur.

Apa Saja Keuntungan Menggunakan Price Alerts?
Dengan menggunakan Price Alerts, ada dua keuntungan yang bisa kita dapatkan.
Pertama, kita akan mendapatkan harga tiket pesawat sesuai bujet atau bahkan di bawahnya. Jadi bisa lebih menghemat pengeluaran untuk penerbangan. 
Keuntungan lainnya, kita bisa menghemat waktu dan tenaga. Kenapa? Karena Traveloka akan mengirimkan pemberitahuan sesuai dengan pengaturan yang telah tetapkan sebelumnya. Ini artinya, kita tidak perlu repot mengecek harga tiket secara manual setiap saat.
Praktis, kan?
Semua kemudahan #JadiBisa didapatkan dengan Traveloka
---**---
Hari itu selama transit di Bandara Soekarno Hatta, pun di atas awan mengudara, saya ingat kembali semua waktu bersamanya. Setiap kata yang telah disampaikan Mak uwo dulu adalah warisan yang disiapkan untuk harus dijaga. Dan saya belajar, sekeras apapun menangis tidak akan mengubah yang telah terjadi. Seperti kata Fiersa Besari, tidak apa-apa untuk merasa tidak baik-baik saja. Kita manusia, wajar untuk terluka. Jangan khawatir, bahkan badai terhebat pun akan reda –
Momen langka bersama Keluarga Besar sesaat setelah pemakaman
Di Bandara Sultan Thaha Jambi
Mengantarkan keluarga yang pulang ke Medan
Abang-abang tangguh bersama tulang *thumbs up*
Tulisan ini saya persembahkan untuk Mak uwo kami tersayang,
Mulai hari ini, senyum canda marah atau kecewamu tidak akan terulang lagi.
Mulai hari ini, akan ada rindu yang tidak akan pernah reda.
Tapi semua tentangmu, segala nasihatmu akan selalu ada di hati kami.
Mulai hari ini, ada hal yang baru kami temukan dari sebuah pulang. Ada makna yang kami mengerti dari sebuah kehilangan. Dan, ada doa yang akan mengubah segala sesuatu, karena saya percaya God grant me the serenity to accept the things i cannot change, and the wisdom to know the difference. 
Every hi has its own bye. With huge love, rest and stay well in peace, you’re blessed and will always be, dear Mak uwo. Terima kasih untuk semua kasih sayangmu, terima kasih yang tidak sempat kami ucapkan dulu akan selalu ada dalam doa ini.
Juga Selamat ulang tahun Mak uwo kami naburju, 16 November 2017 :)


Memang benar adanya, di tengah ketiadaan, kita akan belajar untuk menemukan. Di saat berjauhan, kita akan belajar untuk merindukan – Fiersa Besari



Warm Regards,
OS




-ditulis saat harus berhadapan dengan ingatan-

Selasa, 31 Oktober 2017

Rawa Pening, dan alasan-alasan kenapa saya selalu ingin melihatnya lagi

“Tau kenapa namanya disebut Danau Rawa Pening? Sebelumnya memang seperti rawa yang airnya bening, tapi karena eceng gondok, rawa ini jadi bikin semua orang pening.” Seorang profesor dari Ilmu Lingkungan membuat seisi ruangan pecah dengan gelak tawa karena kalimat pembukanya pagi ini.

Danau yang terletak di Kabupaten Semarang ini tidak pernah kehabisan topik untuk dibahas ulang. Seperti dongeng sebelum tidur, ia selalu menarik untuk diceritakan setiap malam. Parasnya yang elok selalu bikin siapa saja ingin mendatangi, pun saya yang tak pernah bosan memandangnya dari berbagai sisi.

“Lil, pertama kali aku ke Rawa Pening itu pas survei ke Tuntang, jadi kita naik perahu. Baru tau di kabupaten ini ada yang cantik begitu.” Menceritakannya ke Lillah saat kami ke Eling Bening tempo hari rasanya seperti lagu Raisa saja, ku terjebak di ruang nostalgia~


Saya ingat betul, lansekap gunung juga kabut putih yang samar-samar kala itu menjadi alasan kenapa saya jatuh hati pada Rawa Pening pertama kali. Diikuti dengan semilir angin yang menyisir ke setiap celah eceng gondok membuat saya terlena, takut kalau nanti malah terikat dan tidak berhenti menganggumi. Berawal dari survei tugas, saya malah ketagihan untuk ke sini lagi, untuk melihatnya lagi.  



Saya ingat betul, momen itu yang membawa saya kembali lagi untuk melihat Rawa Pening dari sisi lain, dari perspektif kedua untuk meyakinkan apakah indahnya masih sama. Nyatanya, Eling Bening menjadi pilihan tepat bagaimana saya terpatri lagi pada pesona Rawa Pening. Dari ketinggian, saya bersama Lillah menikmati keindahan yang tidak hanya berlatar belakang gunung, tapi juga awan yang berarak di langit, jalan arteri dengan hiruk pikuk kendaraan yang melintasinya, lahan sawah tersebar acak yang mendiami di sekelilingnya, atau rumah penduduk yang tersebar berantakan di dekatnya. 

“Nggak bohong Lil, aku deg-deg-an nih, semacam jatuh hati pada pandangan pertama hahaha.” Celetuk saya saat itu membuat Lillah berkomentar “Wah kacau, Rawa Pening bisa bikin Onix meleleh.”
Seperti magnet yang menghidupi, saya tidak bosan menanti keelokannya hingga menjelang malam, hingga saya menyadari bahwa Rawa Pening akan tetap sama, pun dalam gelap dan kejauhan. 
Bahkan seorang teman pernah mengatakan kalau kami berpose di depan lukisan. Hahaha! 


Kenangan itu membuyarkan saya saat seorang bapak paruh baya memberi argumen di tengah workshop bertajuk Merajut Masa Depan Danau Rawa Pening yang sedang berlangsung. “Kalau kita tidak bersama-sama mengambil langkah tepat, jangan heran kalau nanti 10 tahun lagi anak cucu kita main sepak bola di atas Rawa Pening.”
Entah dianggap sebagai sindiran atau peringatan, bagi saya kalimat itu bisa dijadikan meme di instagram. Lucu, tapi pedas kayak irisan rawit dalam semangkok indomie kornet.

Kekhawatiran akan keberlanjutan Rawa Pening menjadi topik yang dibahas kali ini. Akibat gulma eceng gondok, pendangkalan atau sedimentasi yang terjadi menjadi ancaman serius. Bahkan, danau ini tercatat sebagai salah satu dari 15 danau prioritas dalam pengelolaannya di Indonesia. Miris, bukan?
Bagaimana jadinya jika Rawa Pening tidak bisa lagi dinikmati keindahannya? Bagaimana kalau saya sudah tidak punya alasan lagi untuk ke sana? Bagaimana jika cerita saya terhenti sampai di sini saja? 
Rawa Pening yang tidak seluas Danau Toba ini terletak di 4 wilayah kecamatan, yaitu Ambarawa, Tuntang, Bawen dan Banyubiru. Berada di perbatasan antara Salatiga dan Ambarawa, ia menjadi destinasi favorit bagi para pelancong. Sekitar 80% eceng gondok memenuhi permukaannya. Jika hal itu terus terjadi, maka peranannya sebagai reseravoir alami untuk PLTA, sumber baku air minum, irigasi, perikanan, dan pariwisata tidak bisa lagi berfungsi seperti sebelumnya.  
Tentu banyak yang peduli, tentu yang pernah mengabadikan tidak ingin kehilangan. Padahal jika penanganan terhadap pertumbuhan eceng gondok terkendali, akan ada berbagai dampak positif yang dirasakan masyarakat. Tidak hanya saya, tapi juga kita.  
“Keberadaan UMKM Berbasis Rumah kerajinan tangan berbahan baku eceng gondok berpotensi untuk menambah pendapatan rumah tangga, juga mengembalikan kerusakan ekosistem di Rawa Pening. Dengan mengedepankan kearifan lokal, kerajinan tangan itu bisa menjadi ciri khas Kabupaten Semarang jika serius untuk dikembangkan.” Kalimat itu menjadi penutup di penghujung materi yang saya sampaikan di hari yang sudah makin sore ini.
Penuturan ibu Ar, seorang penjual kerajinan sekaligus pengepul eceng gondok di tepi jalan raya mengatakan, jika mendapat order maka beliau segera memesan pada tetangganya dan menjemurnya. Setelah itu menyetor eceng gondok dalam kondisi kering atau sudah dibentuk jalinan yang dijual dalam satuan meter. Ada juga yang sudah dalam kerajinan tangan, seperti furnitur, keranjang, vas, dan lain-lain. 
Saya mulai menyadari satu hal, kalau pesona Rawa Pening bukan terletak pada keindahannya saja, tapi bagaimana kebermanfaatannya bagi banyak orang. Tentang bagaimana ia bisa mendukung perekonomian, mempertahankan lingkungan agar tetap terjaga, membangun kerja sama, mempererat silaturahmi, juga menjaga komitmen bersama.

Saya, dan seisi ruangan itu mungkin hanya menjadi tombak ide dan diskusi saja. Karena untuk merajut masa depan Rawa Pening butuh uluran setiap tangan yang sedia terlibat. Demi Rawa Pening yang tetap damai, juga menghidupi orang-orang di sekitarnya. Rawa Pening butuh kita semua, dan alasan-alasan kenapa banyak orang ingin melihatnya lagi agar tetap menjadi cerita.
Sebahagia itu di Rawa Pening
Bersama 24 orang lainnya dalam kelompok survei

Regards,
OS


Sumber foto: dokumentasi pribadi

Senin, 30 Oktober 2017

Bolehkah saya membenci?

Ada banyak hal yang bisa saya nikmati setiap pagi, tak hanya untuk memulai hari, tapi juga sebuah makna bahwa pagi tidak pernah terlambat datang walau malam sudah lelah terpatri.
Ketika ada banyak hal yang bisa saya nikmati, kenapa harus ada fakta yang akan merusak mood saya seharian? Yang dilayangkan pada jam 08.47 pagi tadi setelah sebelumnya berbicara kurang dari 1 menit. 
Ketika saya bisa memulai hari dengan lega karena alasan-alasan sederhana, kenapa harus ada fakta yang membuat saya ingin sekali mengeluh padaNya?
Saya kira, yang bisa membuat kecewa hanya malam, tentang bagaimana setiap manusia merenungkan apa saja yang baru terjadi di hari itu.
Nyatanya, pagi juga demikian.  
Bolehkah saya membenci suatu fakta yang tidak menyenangkan pagi ini?
Karena saya tidak berani untuk membenci pagi, bisa saja dia yang mengajarkan, juga menguatkan.

-Semarang, di tengah ruang sempit karena sundutan rokok di dalam kepala-


Regards,
OS,




Diberdayakan oleh Blogger.