Ingar-bingar di ibu kota
Tahun 2019 adalah waktu yang paling riuh dan melelahkan sepanjang
saya hadapi selama 20 tahun lebih menumpang pada bumi. Terbukti dari tulisan di
blog yang hanya diposting 4 kali selama 1 tahun. Saking ingin jauh-jauh dari
laptop karena seharian sudah di depan komputer kantor, basa-basi di blog jadi
tertunda –eh, atau saya aja yang malas? Hahaha-.
Di tahun itu, untuk pertama kalinya saya menerima gaji
sebagai karyawan. Akhirnya saya bekerja setelah wisuda pada Oktober 2018 lalu.
Persis di musim hujan seperti sekarang, saya memulai hari yang baru di ibu
kota: sebuah tempat yang dulu saya sumpahi supaya tidak ke sini lagi. Tapi semesta
terlanjur lucu, ia bersama penciptanya mengerjai saya, sepakat untuk menetapkan
hari-hari bising agar saya hadapi sendiri. Sebetulnya Jakarta tidak begitu keras
mendidik, siapa saja bisa melewatinya, tergantung bagaimana ia merayakannya
dengan manis. Semua orang berpacu di sini, entah yang benar-benar mengejar
mimpi atau memang untuk menafkahi diri.
Sumber: dok.pribadi |
Perihal merayakan akhir pekan di Jakarta
Beberapa waktu lalu ada teman
yang belum genap setahun bekerja di Jakarta mengomel, “Aku nggak betah
lama-lama di sini, nggak tau mau kemana pas weekend. Kalau di Semarang dulu, ngilangin
suntuk aja tinggal ke kopi klotok, dijabanin sampai jam setengah 3 pagi. Kalau
pengin kuliner, tinggal ke Pecinan. Lah di sini? Kalau nggak ke mall ya ke mall
lagi, hadeh.”
Mendengarnya begitu, saya
tersenyum. Ya mau gimana lagi? Ritme hidup sudah berubah, tidak bisa jika hanya
jalan di tempat. Saya timpali begini, “Aku sih nggak gitu-gitu banget. Kalau
nggak tidur-ya tidur lagi hahaha.” Kami tertawa serentak. “Kalau tidur udah
jadi passion mah beda ya,” tambahnya.
Meski
seringkali menghabiskan akhir pekan untuk rehat: entah tidur seharian, beberes
kamar, pun movie marathon, saya
selalu punya waktu-waktu tertentu untuk melakukan sesuatu yang berbeda,
merayakannya di tengah ingar-bingar ibu kota, dan membiasakan diri untuk tahu
“harus kemana” jika terjebak dalam rutinitas. Ya memang, sudut sebelah mana di
Jakarta yang terpapar sejuknya udara? Ke sebelah selatan ada gedung-gedung
tinggi di kawasan Sudirman, geser ke pusat selamat datang di area kemacetan, pindah
ke utara banjir paling banyak melanda. Tidak heran kalau berjam-jam di coffee shop, menghadiri talkshow, mencicipi kerak telor yang
akhirnya menjadi pilihan. Sempitnya ruang untuk melarikan diri dari ‘hari-hari sibuk’
di Jakarta, bukan berarti akan menciptakan sekat untuk mencintai diri sendiri,
tidak berarti meluangkan waktu untuk self
reward jadi terbatas. Mengatakan sudah cukup pada diri sendiri atas hal-hal
yang sudah dilakukan bukan perkara mudah, kadang kala banyak yang sengaja lupa
untuk waras secukupnya: berdalih “Halah gini doang ngeluh”. Padahal siapa yang
tahu kalau kita sudah lama menahan peluh? Untuk itu, saya ingin hidup wajar,
kerja dari senin sampai jumat, lalu merayakan akhir pekan tanpa mengumpat.
Karena yang saya tahu setiap orang berhak mencintai dirinya sendiri dan dengan
cara masing-masing. Sudah setahun lebih hidup di ibu kota, saya punya cara
untuk menghabiskan akhir pekan di Jakarta.
6 + 1 cara menghabiskan akhir pekan di Jakarta:
1. Mengunjungi
pameran seni di art space
Sebetulnya
ada banyak event-event menarik di Jakarta. Salah satunya pameran seni yang saya
kunjungi pada Desember 2019 lalu di Dia.lo.gue, sebuah coffee shop dengan konsep artistik di daerah Kemang. Bermula dari
janji temu bersama seorang teman, saya pilihkan art space tersebut dengan modal info dari Instagram: “Kayaknya
bagus deh”. Tempatnya cukup nyaman dengan berbagai pameran karya seni—walaupun
ramai dan sempit namun tidak mengurangi esensi dari konsep yang disajikan. Setelah
berkeliling dan sempat tercengang berkali-kali karena harga jual satu produk
seni yang tidak pas di kantong, kami memotret beberapa sudut yang eye catching. Ini penampakannya:
Sumber: dok.pribadi |
2. Menghabiskan
waktu berjam-jam di coffee shop
Kalau
ngopi sambil mengerjakan sesuatu di depan laptop, mungkin siapa saja
melakukannya. Meski sudah biasa, tapi tidak apa, karena dari “memusatkan
perhatian” di tempat selain kamar kost bisa menghasilkan ide-ide segar seperti
angin sejuk di gunung #eaaa. Bahkan saat menulis artikel ini, saya kerjakan di
salah satu coffee shop daerah Panglima Polim Jakarta Selatan. Saking seringnya
saya menghabiskan waktu berjam-jam di coffee shop, ada dokumentasi yang
tersimpan di galeri karena berburu spot yang autentik di tempat begini adalah
kesukaan tersendiri.
Sumber: dok.pribadi |
3. Meet
n Greet with influencer/travel blogger
Sejak
mengikuti berbagai jejak dan cerita perjalanan influencer/travel blogger di
Instagram dan Blog, 2019 adalah tahun pertama saya bertemu dengan mereka secara
langsung. What a great experience! Mereka adalah @her_journeys, @iw.wm,
@puanindya, @marischkaprue, @kev.anda, dan @takdos. Kesempatan itu saya terima
dalam event yang berbeda-beda, tapi mendengarkan cerita mereka membuat saya
makin menggebu untuk melakukan perjalanan. Terima kasih karena sudah mengajak
saya untuk jalan-jalan online! Hahaha!
Semoga bisa bertemu lagi di waktu yang baik dengan cerita-cerita baru yang tak
kalah seru.
Sumber: dok.pribadi |
4. Menguji
tingkat kerecehan dengan nonton Stand Up Comedy Show
Tak
perlu pikir panjang saat harus memilih Stand Up Comedy Show untuk dihabiskan
saat akhir pekan, karena ya memang tingkat kerecehan saya ini sudah di bawah
standar alias receh banget wkwkw. Kebetulan bintang tamu yang disuguhkan di
atas panggung juga adalah alasan mengapa saya memutuskan untuk pertama kali
datang ke acara sejenis ini. Ryan Adriandhy pula, siapa yang ingin
melewatkannya?
Sumber: dok.pribadi |
5. Menyaksikan
pertandingan Piala Asia di stadion GBK
Berbeda
dari biasanya, saya bersama 2 orang teman saat kuliah dulu merencanakan
olahraga malam di pelataran Gelora Bung Karno (GBK) pada November 2019 lalu. Karena
bosan menghabiskan hari minggu hanya ke mall dan ke mall lagi, kami putuskan
untuk menghirup udara malam di sana. Tapi olahraga itu batal karena ternyata
ada pertandingan U-19 Indonesia vs Korea Utara yang dimulai bertepatan dengan
waktu kami datang. Ya berhubung tidak pernah menjajaki stadion GBK dan menonton
pertandingannya secara langsung, kami spontan membeli tiket on the spot. Untuk
saya yang nggak ngerti-ngerti amat tentang sepak bola, setidaknya jadi tahu
betapa serunya berada di antara semarak stadion saat Timnas mencetak gol.
Hahaha.
Sumber: dok.pribadi |
6. Mencicipi
kuliner khas Jakarta
Kebanyakan
orang tahu kalau kerak telor adalah kuliner khas Jakarta. Saat Pekan Raya
Jakarta tahun lalu, seorang teman mengajak saya untuk mengunjungi stan-stan
yang ada di Jiexpo Kemayoran. Keramaian yang dilengkapi dengan aneka kuliner
dan lampu-lampu benderang menambah keinginan untuk berlama-lama di sana, apalagi
setelah mencicipi kerak telor pertama kali: “oh, begini ya rasanya”. Uniknya,
peralatan masak yang digunakan pun bukan kompor, melainkan anglo dan arang. Penjual
kerak telor bertaburan di sepanjang jalan, menjajakan kuliner yang sama tidak membuat
mereka sepi pengunjung, sayangnya momen itu tidak sempat saya abadikan. Tapi
tak apa, karena rasa kerak telor masih membekas di ingatan #hiyaahiyaa.
Sumber: dok.pribadi |
+1) Planning
a Great Staycation with OYO
Saya
sebut ini adalah cara (+1) untuk merayakan akhir pekan, karena ingin mencoba
sesuatu yang baru dengan staycation. Kalau menginap di hotel untuk dinas kerja
sudah biasa, tapi sengaja memilih hotel untuk menjadi pilihan menghabiskan
akhir pekan belum pernah saya lakukan. Sepertinya staycation di hotel menarik
untuk dicoba, apalagi setelah kepala penuh dengan kerjaan kantor dan deadline
yang kadang tidak masuk akal. Konsep love yourself dengan memanjakan diri lewat
staycation saya rasa bisa dipenuhi oleh OYO Hotel yang punya paket komplit dan
harga menginap yang terjangkau.
OYO Hotels Indonesia merupakan jaringan hotel asal
India yang meresmikan layanannya di Indonesia dengan memulai operasi lebih dari
30 hotel di tiga kota di Indonesia yaitu Surabaya, Jakarta, dan Palembang.
OYO
Hotels telah hadir di lebih dari 350 kota yang tersebar di enam negara antara
lain China, Malaysia, India, Nepal, dan Inggris. OYO Hotels telah memiliki
211.000 franchised dan kamar yang bisa disewakan sebagai bagian dari
jaringannya. Lebih dari 125 ribu kamar hotel terisi setiap harinya.
Kenapa
harus OYO Hotel?
Kebetulan
sekali beberapa waktu lalu saya tidak sengaja menemukan rekomendasi OYO Hotel
yang dibagikan oleh akun @KaniaKismadidi di media sosial. Katanya, deretan
rekomendasi tersebut adalah OYO Hotel yang instagenic dan konsep ala-ala pinterest.
Karena penasaran, saya langsung saja meluncur ke website OYO Hotel dan
membuktikan kebenarannya. Ah, benar saja, ada 2 OYO Hotel yang sekarang menjadi
wishlist saya untuk staycation nanti, cocok untuk yang ingin staycation
murah, tapi IG feed/stories tetap indah #hiyaa.
Mencari
hotel murah di Jakarta nyatanya tidak sesulit yang dibayangkan. Terdapat 177
OYO Hotels yang tersebar di beberapa wilayah Jakarta dengan berbagai vasilitas
dan variasi harga menginap, mulai dari yang termurah seharga Rp124.000 saja. Untuk
lebih jelasnya, saya langsung download aplikasi OYO Hotel di playstore dan
follow berbagai media sosial supaya tidak ketinggalan informasi menarik
lainnya. Check this out!
Planning a Great Staycation with OYO
Pertanyaannya, bagaimana cara menciptakan a great staycation di akhir pekan?
Infografis oleh penulis |
Pilihan pertama saya jatuh pada hotel yang terletak
tidak jauh dari Taman Ismail Marzuki, tepatnya di Jl. Salemba Raya, Jakarta. OYO
Townhouse 1 Hotel Salemba merupakan hotel dengan konsep Classy hotel with cozy ambiance di Jakarta. Selain itu,
hotel ini juga menyediakan Deluxe Double untuk yang ingin menginap dengan
tempat tidur yang luas. Kabar baiknya, ada diskon 38% per kamar per malam!! Untuk
kamar dengan tipe Deluxe Double yang menjadi incaran saya, harga yang dipatok dari
Rp447.573 berubah menjadi Rp277.495. WADIDAW. Saya
memilih OYO Townhouse 1 Hotel Salemba karena fasilitas yang disediakan, ada AC,
Wi-fi gratis, kulkas kecil, TV, coffee maker, ruang konferensi, 24/7 Checkin,
dan lain-lainnya.
Sumber: oyorooms.com |
Nah rekomendasi OYO Hotel yang kedua adalah pilihan
kalau saya ingin menginap dengan nuansa interior yang unik. Penginapan ini
memiliki pencahayaan maksimal sehingga memberi kenyamanan penuh bagi setiap
tamu yang menginap. Tempatnya yang strategis memudahkan perjalanan menempuh OYO
Hotel karena terletak di dekat Blok M Square, Plaza Blok M, Kemang Square,
Stasiun MRT Asean, Stasiun MRT Blok M BCA, dan Santa Modern Market. Harga yang
ditawarkan juga cukup menggiurkan, yaitu Rp352.675 Rp218.658 saja. Harga
ini sudah mendapat potongan harga sebesar 38% jika menggunakan kupon diskon “PASTIADAOYO30”.
Menarik sekali, bukan?
Desain interior yang seperti apa hingga saya memilih OYO
1001 Pulo Art Space sebagai opsi kedua? Sumber: oyorooms.com |
Kedua, rencanakan
berapa malam kamu akan menghabiskan waktu di sana, 1 malam? 2 malam? It’s your choice!
Jika nanti punya kesempatan, saya akan habiskan 2 hari weekend sepenuhnya di OYO Hotel! Tentu karena
ingin memanjakan diri dan menghilang sebentar dari hiruk-pikuk ibu kota. Kata Kunto
Aji, kita butuh rehat, butuh mengingatkan diri sendiri bahwa ada waktu untuk
lepas dari ekspektasi yang membunuh pikiran. Nanti setelah rehat, kita coba
lagi di lain hari, kita tunggu segala yang diharap saat semesta sudah bekerja
untukmu.
Ketiga,
tentukan agendamu di sana, aktivitas mana yang paling menyenangkan untuk
dilakukan?
Setelah ditentukan ingin menginap berapa lama, lalu 2
hari itu mau ngapain aja?
Kalau saya: Sarapan
di tempat tidur! HAHAHA. Norak ya? Emang. Selama ini kalau dinas di luar
kota dan menginap di hotel, saya harus bangun pagi dan sarapan di tempat yang
sudah disediakan. Kali ini saya ingin request
untuk sarapan di tempat tidur saja. Walau sudah biasa sarapan di kamar kost,
tentu kali ini akan berbeda kan?
Untuk OYO Hotels dengan fasilitas kolam renang seperti di
OYO Townhouse 1 Hotel Salemba, maka akan saya pilih berenang di sore hari, entah 1 jam, 2 jam, atau sampai bosan dan
tidak ada yang mengganggu! Selain itu, saya akan menghabiskan waktu untuk me time, seperti maskeran, movie marathon, tutorial
makeup, bikin vlog, bahkan
many pady pun saya jabanin! Intinya,
jauhkan pikiran yang begitu serius seperti yang biasa dilakukan saat hari
kerja. Take your time!
Di hari keduanya nanti, saya akan fokus menghabiskan
waktu untuk melakukan hobi yang selama ini terbengkalai: baca buku dan
mengumpulkan ide untuk ditulis di blog. Terakhir kali saya baca buku sampai
tamat adalah 2 tahun lalu. Miris sekali ya? Biasanya setiap kali saya baca
buku, selalu tidak sampai menamatkan di halaman terakhir karena terkendala
pekerjaan dan deadline-deadline yang
mengikutinya. Kalau menginap di OYO 1001 Pulo Art Space pasti akan berbeda
karena desain interiornya yang menarik, jadi ada nuansa baru untuk menulis/baca
buku.
Infografis oleh penulis |
Love
yourself
Mencintai diri sendiri adalah bentuk menerima kekurangan
dan kelebihanmu. Kadang kala kita sering tidak menyadari kalau kemampuan kita
terbatas dan berusaha sekuat yang kita bisa untuk memenuhi ekspektasi
orang-orang di luar sana. Dengan menyanggupi segala sesuatu untuk dikerjakan
bukannya memberikan identitas bahwa kita mampu, tapi malah menyita banyak energi
yang harusnya dipakai untuk mencintai diri sendiri. Mari menjadi waras, bekerja
secukupnya, merayakan waktu-waktu yang berharga di akhir pekan dengan cara yang
manis. Saya memilih merencanakan staycation di OYO Hotels untuk memberikan self reward, kalau kamu? Share yuk!
ok punya
BalasHapus