Judul Buku
Kereta Pagi Jam 5
Penulis
Hamsad Rangkuti
ISBN
979-407-522-1
Penerbit
PT. Balai Pustaka
Editor
Maria Widi
Desain
cover
B.L Bambang Prasodjo
Desain
isi
Joni Tesmanto
Tahun
Terbit
1993
Tebal
95 hlm
Kata
Dee, "Kritik itu seni dan skill. Di level semacam itu, nggak cukup bilang
suka/nggak suka, yang terjadi adalah edukasi."
Seorang sastrawan Indonesia yang terkenal dengan tulisannya "Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di
Bibirku dengan Bibirmu" ini telah banyak melahirkan sejumlah cerita pendek
yang diterjemahkan ke dalam bahasa asing, seperti "Sampah Bulan
Desember" yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dan "Sukri Membawa
Pisau Belati" yang diterjemahkan ke bahasa Jerman.
Berbeda
dengan novel pertamanya, Ketika Lampu Berwarna Merah (1981) yang mengulas dunia para pengemis dan gembel yang hidup di
perempatan lampu merah, kali ini Hamsad Rangkuti justru menghadirkan tulisan
tentang masa penjajahan.
"Tuhan tidak merubah nasib suatu bangsa
sebelum bangsa itu merubah nasibnya sendiri" adalah kutipan yang tepat
untuk mengawali cerita seorang Mardan yang berani dengan orang Belanda. Kisah
Mardan yang dituliskan Hamsad Rangkuti berawal dari serdadu yang memergoki anak
itu saat menempelkan pelakat bertuliskan “DICARI
TENTARA NICA UNTUK DIKIRIM KE NERAKA !”di dinding papan warung Pak Nongah. Kota Tanjung Balai adalah kota pantai, saat
itu pasang sedang naik dan air sungai meluap, Mardan yang penuh dengan rasa
takut berusaha berkelit melepaskan diri dari belenggu sekutu, ia melompat ke
dalam air. Baru saja bebas dari seorang kompeni, Mardan hampir saja ditembus
berpuluh-puluh peluru oleh serdadu saat melaju dengan perahu yang tertambat di
rawa-rawa Nipah. Tentu Mardan melakukannya demi sebuah alasan yang jelas.
Membela ibu pertiwi, tanahnya sendiri.
Sejak almarhum ayahnya
tewas akibat tembakan saat terlibat menjalankan misi, ia hidup bersama kelompok
pasukan gerilya yang dipimpin oleh seorang Sersan muda, Muis namanya. Markas
gerilya itu berada di perkampungan nelayan yang kini telah tercium musuh,
patroli Belanda telah mengetahui keberadaan mereka. Pasukan gerilya harus mampu
berpindah-pindah, melakukan gerakan cepat dan tangkas secara serentak. Laut
lepas membentang di mulut muara, Mardan belum juga datang saat semua pasukan
telah berangkat menuju tempat yang dirahasiakan, Sersan Muis menunggunya. Pemuda
itu yang menyelamatkan Mardan saat sedang menjalankan aksi sabotase, Ibu Mardan
telah tiada sejak ia masih kecil, Sersan itu telah menganggapnya sebagai anak
sendiri.
Acap kali Mardan
menggunakan mancis pemberian ayahnya untuk menyulutkan api, ia merasa selalu
dekat dengan sang ayah. Apalagi waktu menghindari serangan serdadu-serdadu KNIL
saat Mardan dan Sersan Muis melaju dengan perahu. Ombak besar bergulung,
serentetan peluru yang terdengar menambah ketegangan bagi pembaca. Sersan Muis
tertembak ! Perahu tertambat di dalam hutan bakau yang gelap, hingga akhirnya
mereka menemukan gubuk kecil beratap daun rumbia di lahan bekas pertanian yang
baru saja ditinggalkan. Dengan mengumpulkan segala keberanian yang Mardan miliki,
peluru pada Sersan Muis berhasil dikeluarkan.
Seperti sudah ada yang
mengatur, ketiga anak Pak Anggah menemukan Mardan dan Sersan Muis di dalam
gubuk. Sementara Naimah dan Salman membantu menyediakan makanan bagi mereka,
Zainal dengan kemahirannya mengemudikan perahu menuju rumah dan memberitahu
ayahnya tentang hal tersebut. Meskipun Sersan Muis terlihat dalam keadaan aman,
namun suhu badannya meninggi setelah tiba di rumah Pak Anggah.
Mardan lalu diutus untuk
mencari anggota laskar lainnya yang lebih dahulu mengungsi di lereng bukit
untuk melaporkan keadaan Sersan Muis kepada mereka, sekaligus menjemput seorang
mantri kesehatan yang juga bagian dari pasukan. Mardan bersama Zainal menuju
tempat yang dimaksud, perkampungan nelayan perkumpulan telur penyu. Mereka
bermalam di rumah salah seorang nelayan dan melanjutkan keesokannya untuk
mencari maskar laskar rakyat itu.
Beberapa hari pasukan tersebut
tidak berada dalam komando Sersan Muis, banyak hal yang telah terjadi, termasuk
rencana peledakan iring-iringan tangki minyak BPM yang akan tiba di Kisaran.
Sebelum tangki itu memasuki Tanjung Balai, rencana harus sudah terlaksana.
Catatan sabotase yang pernah dilakukan menjadi alasan mengapa regu itu yang
harus menyusun strategi. Pesan penting untuk Sersan Muis ini gagal disampaikan
ketika Zainal dan Mardan tiba di perkampungan, patroli pantai telah datang
menyusur sungai dan membawa Pak Anggah untuk diinterogasi perihal laskar-laskar
rakyat yang mungkin bersembunyi di kampung itu. Sementara Sersan Muis dilarikan
ke Tanjung Balai untuk dirawat oleh seorang dokter yang memihak republik.
Dengan alasan ingin menyampaikan pesan rahasia ke Sersan Muis, akhirnya Mardan
diperbolehkan Keluarga Pak Anggah untuk mencarinya. Mardan bertemu dengan Pak
Nongah di kiosnya dan menceritakan semua hal yang telah terjadi.
Siapa yang mengira kalau
Mardan ternyata tidak mencari Sersan Muis, ia justru memutuskan untuk naik
kereta pagi jam 5 menuju Tanjung Balai. Kereta itu adalah kereta sayur dengan
pedagang ikan sebagai penumpangnya. Di Stasiun Airjoman tampak tiga pemuda
membawa sesuatu dalam tas dan berjalan menyusuri sel. Percakapan ketiganya
meyakinkan Mardan bahwa mereka adalah orang-orang yang diutus untuk melakukan
misi rahasia, lantas ia mengikuti mereka. Benar saja, sabotase pun dilakukan.
Batang kayu tumbang dihanyutkan ke dekat jembatan, pasang yang datang mulai meninggi
hingga air menyentuh rel. Mardan hanya memperhatikannya dari atas pohon,
menunggu apa lagi yang akan terjadi. Sesaat uap lokomotif mendekat ke arah rel,
itu dia ! iring-iringan tangki dan tentara-tentara NICA yang siap membunuh !
Serdadu mencurigai hal tersebut, pemuda yang berada di bawah tangki minyak
tertembak. Rencana gagal !
Mardan dengan sigap terjun
ke dalam rawa dan menyelundup ke bawah tangki, sambil meniup mancisnya yang
masih basah, ia mencari sumbu dinamit yang sempat dipasang para pemuda itu.
Bisa saja ia tertembak oleh musuh, tapi keberaniannya mencuat. Disundutnya
sumbu itu dengan nyala api, kemudian menjalar dan mendekati sumber ledakan.
Lantas Mardan melompat ke atas gundukan tanah, ada ledakan ! Semua tangki
meledak secara beruntun, semua serdadu mati terbakar. MERDEKA !
Selain masa kemerdekaan,
bagian lain yang cukup menarik adalah saat Tentara NICA melihat tulisan “Dicari
Tentara NICA Untuk Dikirim ke Neraka !” di pelakat
yang terpampang di semua pohon dan dinding di tangkahan. Itu artinya para sekutu
menyadari bahwa bangsa Indonesia punya semangat juang yang tinggi dan tentunya
bisa baca tulis !
Hamsad Rangkuti berhasil
membuai pembaca dengan kejutan yang dilakukan oleh Mardan, pejuang kecil yang
berani mengubah nasib bangsanya. Sosok Mardan seolah ingin menjelaskan dan
menegaskan kepada generasi saat ini untuk Define yourself, don't let others define you ! Secara tidak langsung, penulis juga memperkenalkan taktik
perang gerilya pada zaman penjajahan, tidak hanya melindungi diri, bahkan pesan
sederhana juga disampaikan dalam cerita ini. Tentang menjaga kepercayaan, juga
makna perjuangan yang sebenarnya, bahwa tidak hanya memperjuangkan keselamatan
diri sendiri, tapi juga keselamatan bangsa.
Kereta Pagi Jam 5 dengan
bahasanya yang ringan mampu menyihir imajinasi pembaca, saat Mardan hendak
menyelamatkan diri dan menemukan perahu di balik rawa-rawa nipah dengan sungai
yang bercabang dua. Atau saat bagaimana Mardan dengan beraninya membakar ujung
dinamit itu tergambar jelas. Walau ia masih kecil, tapi tidak pernah kehilangan
akal.
Beberapa kesalahan ejaan
seperti kata “Alai” yang seharusnya Alat di kalimat Nama Alai itu Loting pada halaman 4, dan kata “obah” pada kalimat Dia tidak obahnya seperti jalan setapak di
dalam hutan di halaman 19 yang seharusnya ubah, tidak mengurangi makna dan
inti yang disampaikan dalam cerita. Selain konflik dan ending yang menggugah pembaca, alur yang mengalir mampu menutupi
semua kekurangan tersebut. Pembaca tidak lagi menghiraukan kesalahan pengetikan,
penggunaan bahasa tetap diperhatikan oleh Hamsad. Beliau tidak hanya mampu
mendeskripsikan setiap setting dan
kejadian dengan kompleks, tetapi juga turut memperkenalkan diksi yang jarang
dimunculkan dalam cerita kebanyakan.
#Diikutkan dalam lomba ini . (Lumayan sekalian latihan nulis ekekekeh)
#PADIreview
sepertinya menarik, yah? Onix dapat novelnya di mana?
BalasHapusMenarik dan rekomen juga, mas huehehe. Untuk ukuran buku 90an, bahasanya masih bisa dimakan oleh pembaca sekarang.
HapusBuku online sih, sila baca di sini opac.perpusnas.go.id/detailopacblank.aspx?id=908918 :)