Sumber: www.mapalaptm.com
Kerinci tidak hanya terkenal dengan
Aksara Incung, kearifan
budaya lokal yang dianggap sakral dan merupakan salah satu aksara
tradisional di Indonesia yang terancam punah. Tetapi juga memiliki pesona alam
yang eksotis dengan berbagai kejutan di dalamnya, salah satunya Gunung Kerinci,
gunung tertinggi di Pulau Sumatera.
Dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan
laut, Gunung Kerinci tidak hanya menjadi
gerbang pendaki untuk memuncak, tetapi sekaligus memanjakan mata wisatawan
lokal maupun mancanegara dengan hamparan Kebun Teh Kajoe Aroe yang memesona. Persis
di kaki gunung, membentang perkebunan teh seluas 3.020 hektar yang ditanami Teh
Ortodox atau teh hitam yang merupakan teh kegemaran Ratu Belanda (Ratu Beatrix)
dan Ratu Inggris pada zamannya.
Perkebunan teh tertua
di Tanah Air sejak masa penjajahan kolonial Hindia Belanda ini merupakan yang
terluas dan tertinggi kedua di dunia setelah Perkebunan Teh Darjeeling di
India. Dirintis antara tahun 1925-1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse
Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA), sebagian besar produksinya
diekspor ke mancanegara.
Cita rasa dan aromanya yang khas mengingatkan saya
saat pertama kali kesana, memancar rindu yang amat
sangat. Sejenak pikiran saya berlaga dan ingatan berlarian begitu saja, kenikmatan dari tegukannya sebanding dengan
lansekap alam yang tersaji. Menelusuri perkebunan teh sambil melihat para
pekerja memetik teh tentu merupakan hal yang menarik, bahkan wisatawan juga
boleh memetik teh bersama.
Dibalik keindahan
tersebut, tersimpan misteri yang menjadi perhatian masyarakat dari berbagai
penjuru. Uhang Pandak. Konon katanya makhluk dengan kaki terbalik dan mampu
bergerak lincah ini terdapat di kawasan hutan Gunung Kerinci, Desa Kersik Tuo,
Kabupaten Kerinci, Jambi . Hal tersebut mengundang para ilmuwan, ahli primata,
bahkan direktur zoology untuk
melakukan ekspedisi dan penelitian terkait. Beberapa peneliti asing mengklaim
telah bertemu dengan sosok misterius atau orang
pendek di gunung ini. Salah satu referensi awal mengenai keberadaannya berasal
dari tulisan William Marsden, pegawai asal Inggris di East India Company di
buku The History of Sumatera yang terbit pertama pada 1783. Sejumlah ilmuwan
Inggris seperti Deborah Martyr pada tahun 1990-an juga beberapa kali melakukan
penelitian. Keunikan tersebut justru menambah daya tarik tersendiri bagi para
pelancong.
Tak hanya itu, adapun destinasi
alam lain di lereng Gunung Kerinci yang juga memiliki keindahan alami yaitu
Danau Belibis. Dengan luas sekitar 2 ha, danau kaldera ini dikelilingi oleh tebing-tebing curam yang hampir seluruh permukaannya tertutup oleh Belibis dan berbagai jenis satwa lain. Danau
Belibis dengan alam yang masih asli memberikan sentuhan berbeda, di
tengah-tengah danau terdapat pulau terapung yang konon katanya memiliki magnet bak
segitiga bermuda yang dapat menyeret
hanyut seseorang. Sebagaimana cerita dari masyarakat
setempat, Belibis sebagai penghuni danau tersebut merupakan perwujudan dari
manusia-manusia yang sempat hilang. Mereka adalah sekelompok pekerja dalam satu
rombongan ketika mengadakan sebuah kunjungan ke danau air tawar tersebut. Hal
itu terjadi ketika awal pembukaan perkebunan teh oleh Belanda pada zaman dulu.
Hamparan
Kebun Teh Kajoe Aro dan Danau Belibis yang bertaut dengan Gunung Kerinci di bawah langit biru
lazuardi yang membentuk garis horizon di kejauhan merupakan pesona alam yang mengagumkan.
Sungguh indah mendekap keramahan
khas Kerinci yang berdenting pelan. Dari kediaman, saya menyampaikan alunan rindu akan kearifan budaya juga
keindahan warna yang tentu menentramkan kalbu dan menenangkan jiwa.
Untuk menuju lokasi Kebun Teh Kajoe Aro hanya
perlu mengikuti jalur pendakian Gunung Kerinci. Sedangkan Danau Belibis dapat diakses melalui Desa Gunung Labu atau
Desa Kebun Baru dengan jarak tempuh dari Kota Sungai Penuh sekitar 52 km yang
notabenenya dekat dengan perkebunan teh. Jalur penerbangan menuju basecamp
Gunung Kerinci dapat diakses melalui Jakarta tujuan Bandara Sultan Thaha Jambi
dari berbagai maskapai yang melayani yaitu Garuda Indonesia, Lion Air,
Citilink. Jarak yang ditempuh dari Kota Jambi menuju basecamp sekitar 550 km dengan waktu perjalanan 8 – 12 jam melalui Kota
Sungai Penuh dan tarif sekitar Rp 100.000-Rp 150.000, kemudian dilanjutkan
dengan angkutan umum menuju Desa Kersik Tuo.
Selain itu, penerbangan juga bisa melalui Jakarta
tujuan Padang Bandara Internasional Minangkabau. Dari Padang menuju basecamp dengan menggunakan bus
Padang-Sungai Penuh dengan menempuh jarak sekitar 300 km hanya memakan waktu 5
– 8 jam saja, melewati Muara Labuh dan Taman Hutan Raya Muhammad Hatta, namun tarif
Jakarta – Jambi relatif lebih murah daripada melalui Padang.
Sumber : www.ozgurguker.com
Salah satu wilayah yang ingin saya kunjungi adalah Turki. Dengan berbagai atraksi alamnya yang khas, saya bersama seorang sahabat yang sedang melanjutkan pendidikan di sana akan berpetualang melintasi selat yang memisahkan Asia dan Eropa, yang jika berdiri mengamati sekitarnya saya akan tersadar bahwa sedang berada diantara dua benua besar.
Ada Ephesus
peninggalan Yunani dan Hippodrome peninggalan Romawi nan megah yang menanti. Menara Galata atau menara batu abad
pertengahan yang mendominasi
langit dan affords vista panorama kota Istanbul Lama akan menjadi tujuan kami selanjutnya.
Ada juga Pamukkale atau "benteng
kapas" yang tak
kalah memikat, salah satu situs alam warisan dunia UNESCO ini terletak di Provinsi Denizli yang berisi air
panas dan travertine. Penelusuran kami berikutnya yaitu Cappadocia atau tempat kuda-kuda indah yang terletak
di daerah Anatolia Tengah, Turki. Jembatan yang digunakan dalam jalur
perdagangan sutra ribuan tahun yang lalu ini menambah keunikan Turki yang extraordinary. Dari kejauhan, destinasi alam di Negeri Al-Fatih
berpendar kuat, entitasnya yang dikara membuat semangat saya menggebu untuk melancong
kesana.
Sumber
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar