Rabu, 19 Desember 2018

Film 'Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga' Pas pada Porsinya

Gambar terkait
Source: di sini
Setelah selesai menonton premiere film Milly & Mamet: Ini Bukan Cinta & Rangga di Semarang, saya membatin: “Ini film terbaik Ernest!”

Dari kesempatan itu, saya ingin menuliskan bagaimana kelebihan dan kekurangan film ke-4 Ernest yang ia sutradarai sendiri. Merangkap sebagai aktor dalam film tersebut dan penulis cerita bersama istrinya, Meira, Ernest menciptakan drama komedi keluarga yang dekat dengan kehidupan kita. Masalah yang diulik sederhana, tapi ngena, dan pas pada porsinya. Tidak harus yang pelik, penonton dibuatnya hampir menangis (mungkin ada juga yang sampai menangis) karena persoalan keluarga kecil Milly dan Mamet seputar pekerjaan, perspektif dari Bapak mertua, dilema mengejar mimpi, tanggung jawab sebagai ibu atau kepala keluarga, dan rasa saling percaya. Berangkat dari aktor pendukung di AADC, kita disuguhkan karakter Denis Adiswara dan Sissy Priscillia sebagai pemeran utama yang dieksplorasi lebih dalam. Mamet yang penyayang keluarga, tanggung jawab dan ‘aku nggak jelek-jelek amat kok’. Juga didukung oleh karakter Milly yang pengertian, jujur, mom-able dan yang bilang ‘rasanya kayak kurang teri gitu’.  

Pada satu waktu, semua sudut di theater bioskop dipenuhi oleh gelak tawa, tidak sedikit penonton yang terpingkal malah sampai memukul teman di sebelahnya. Itu saya aja keknya hahaha. Namun di waktu yang lain, keheningan sangat terasa. Film ini saya ibaratkan seperti naik roller coaster, serba naik-turun, namun tidak sampai ingin muntah. Cuma rahang jadi capek aja, kita dibuat tertawa bebas, lalu terbawa dalam suasana haru.
Di bagian pembuka Denis memperkenalkan diri dengan apa adanya, memang tidak puitis seperti Rangga, tapi karakternya yang ceplas-ceplos itu selalu ditunggu, setelah ini apa lagi. Kehadiran geng Cinta di awal film juga dikemas rapi, dan ‘nyata’ bahwa mereka benar-benar melanjutkan kehidupan sampai saat ini. Bahkan scene geng Cinta terus berlanjut sampai ending, jadi bukan sekadar pemanis saja.

Komedi yang disajikan menghibur dan segar, dengan gaya yang baru namun tidak meninggalkan ciri khas Ernest, Milly & Mamet mampu mengocok perut dari awal hingga akhir film. Terutama bagian Isyana, saya ingin mengapresiasinya. Jika biasanya kita melihat Isyana yang anggun di panggung, maka di film perdananya ini ia sungguh berbeda. Meski sudah saya duga Isyana akan bermain dengan gaya cantik-cantik koplak, tapi benar-benar tidak bisa ditebak akan selucu itu.

Selamat Mas Aco sebagai komedi konsultan! Film ini sungguh ciamik!

Mengikuti film Ernest yang kedua yaitu CTS, lalu Susah Sinyal, dan terakhir Milly & Mamet, selalu ada talent yang tidak pernah absen mengisi film, seperti Aci Resti, Arafah Rianti, dan Adinia Wirasti. Tapi Ernest selalu mampu menemukan talent lain yang memberikan warna baru, seperti Eva Celia, Isyana, Yoshi Sudarso, Julie Estele, Ardit Erwandha, Melly Goeslow, dan yang lainnya. Ibarat tukang bakso, Ernest tidak cukup hanya jualan bakso saja, besoknya ia tambah pangsit di mangkok. Setelah laris, besoknya lagi ditambah dim sum, begitu seterusnya sampai saya berani memberikan nilai 8.7/10 untuk film Ernest kali ini. Porsinya benar-benar pas, ramah di lidah, perut, dan kantong.

Saya suka konklusinya, tidak mengada-ada. Dari awal karakter pemain yang ada dalam plot penutup sudah dibangun dengan kuat, hingga di bagian akhir kita dibuatnya tersenyum: “Halah, bisa aje lu Nest”

Ini adalah kali pertama saya menuliskan review film, maka bohong jika tidak ada kekurangan dalam film yang tayang perdana pada tanggal 11 Desember lalu. Dengan latar belakang kehidupan Mamet sebagai chef setelah berhenti mengurus pabrik ayah Milly, ada klimaks yang nanggung antara Mamet dan Milly. Klimaks yang disuguhkan seperti belum matang, karena menuju anti klimaks dan resolution awal dibuat dalam satu waktu yang berdekatan, sehingga saya sebagai penonton merasa itu semua terjadi terburu-buru. Scene drama antara Mamet, Milly, James, dan Alex seperti kebetulan yang disengaja dan tidak alami. Saya tidak tahu, apakah mungkin karena durasi, atau memang sengaja adegan tersebut tidak dibuat detail. Saya membayangkan, apakah dalam dunia nyata bisa terjadi hal seperti itu?

Meski demikian, film Milly & Mamet secara keseluruhan tetap pas pada porsinya. Drama komedi keluarga ini tidak wajib ditonton, namun sungguh sayang jika dilewatkan, karena kata Ernest segala sesuatu yang dipaksakan itu tidak baik. Tapi jika tidak ingin ketinggalan dengan bagian Isyana yang lucu, maka catat saja: film ini akan tayang serentak tanggal 20 Desember 2018 di seluruh bioskop kesayanganmu, menjadi film yang pas untuk mengisi waktu liburan.

Ah, satu lagi hampir saya lupa. Jika biasanya soundtrack film Ernest diisi oleh The Overtunes, maka kali ini Jaz sebagai penyanyi genre R & B dan pop melantunkan lagu Berdua Bersama dalam film Milly & Mamet. Tonton segera ya! Soalnya, aku selalu salah tingkah saat di dekatmu ~~

Setelah pulang dari bioskop malam itu, saya kini semakin mengerti maksud Ernest: Hidup ini bukan perkara durasi, tapi kontribusi. Bagaimana Ernest dan Meira mampu menyajikan sebuah karya yang kreatif, saya menjadi paham, bahwa dengan memberikan yang terbaik adalah cara yang pas untuk berkontribusi di hidup ini.

Terima kasih kalian, ditunggu film tahun depan yang lebih pecah lagi!
Mari kita prediksi jumlah penonton Milly & Mamet. 3 Juta? 4 Juta? Entahlah~




Semarang, 12 Desember 2018



Onix Octarina
Si penikmat karya


4 komentar:

  1. Wah.. jadi banyak tontonan seru akhir tahun anjir. Sampai bingung gue mau nonton yang mana dulu.

    BalasHapus
  2. belum sempet nonton, kalo liat ulasan di atas sih film nya emang layak ditonton, semoga aja pas saya tonton gak garing hehe

    BalasHapus
  3. SETUJUUUUU INI FILM KEREN ABIS SIHHHHH

    Awalnya engga berekspektasi macem-macem karena mikir pas liat trailernya wah kayanya film lucu lucuan aja nih pas banget lagi butuh ketawa eh ternyata plot nya jauh lebih dalam daripada itu. Untuk diriku yang usianya segini, ngeliat konflik rumah tangga pasangan muda (eh muda ga sih kan anaknya juga masih bayi ya? ahahahaa) itu rasanya deket banget sama realita! Langsung bikin mikir ternyata butuh saling menelan ego dsb.

    Satu kata: petjah!

    BalasHapus
  4. Saya malah belom nonton, angan-angan doang

    Wkwkwkwk

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.