“Saya belajar, perjalanan
bukan tentang membuktikan sesuatu, tapi tentang mencari makna yang sebenarnya
tidak tau akan membawamu entah kemana” – OS
Setelah sekian
lama menyimpan ingatan, I am afraid cant
get enough for amazing dearest Labuan Bajo. This is so-crazy! Ini adalah kali pertama saya
menginjakkan kaki di Indonesia Bagian Timur, tepatnya Labuan Bajo, Nusa Tenggara
Timur.
Tulisan perjalanan
yang saya ikutkan dalam lomba menulis oleh salah satu perusahaan farmasi
Indonesia tempo lalu membawa saya menapaki Pulau Padar dan kawanannya yang
menawan. Bersama 19 peserta lain yang belum pernah saya temui sebelumnya,
cerita ini dimulai dari keberangkatan kami di Bandara Internasional Soekarno
Hatta. Antusiasme terlihat saat satu sama lain saling menyapa, dan paling jelas
ketika akan dibekali dengan Tiket Pesawat Garuda Indonesia yang sudah disiapkan oleh
tim. Bagaimana tidak, perjalanan ini semakin worth it karena ada pelayanan Garuda
Indonesia.
Mudah-mudahan dengan
menulis ini saya bisa menepikan rindu sejenak, untuk segala lansekap di Labuan Bajo
yang membuat jatuh hati saya berulang kali dan ingin ke sana lagi.
![]() |
Tiba di Bandara Komodo Labuan Bajo Dokumentasi Pribadi |
Pagi itu saya terbangun karena suara deru
mesin Kapal Pinisi yang menjadi live on board selama 3 hari 2 malam melaju pelan, menandakan hari sudah melewati fajar.
Lensa Flores yang sebelumnya menepi di Pulau Kambing untuk bermalam, kini sudah
melanjutkan perjalanan menuju Pulau Padar.
(Baca juga: Trip 3D 2N Live on Board di Labuan Bajo: Murah/Mahal?)
Matahari yang tanpa ragu menunjukkan pesonanya di langit pagi, menemani seorang ibu paruh baya mengupas bawang merah di ujung kapal. Dialah Ibu Bunga yang biasanya sibuk di dapur untuk menyiapkan menu makan di kapal bermuatan 10 orang penumpang dengan 5 awak kapal dan 1 orang kapten.
(Baca juga: Trip 3D 2N Live on Board di Labuan Bajo: Murah/Mahal?)
Matahari yang tanpa ragu menunjukkan pesonanya di langit pagi, menemani seorang ibu paruh baya mengupas bawang merah di ujung kapal. Dialah Ibu Bunga yang biasanya sibuk di dapur untuk menyiapkan menu makan di kapal bermuatan 10 orang penumpang dengan 5 awak kapal dan 1 orang kapten.
“Sudah
dari 2009 jadi tukang masak di kapal, mbak,” kata Ibu Bunga yang mengenakan
celemek kotak-kotak.
Ia tersipu karena saya kerap memuji cita
rasa masakannya. Katanya, bisa memasak diantara perpaduan debur ombak, matahari
pagi, dan aroma khas laut biru adalah bahagia sederhana yang bisa dinikmatinya
setiap hari. Walau jauh dari keluarga, menjadi koki kapal untuk tur wisata bisa
menjamin kepastian hidupnya. Entah 3 hari, 1 minggu, atau bahkan 1 bulan sekali,
Ibu Bunga baru bisa menginjakkan kaki di rumahnya. Sejak pesona Labuan Bajo
terdengar dari penjuru Nusantara hingga wisatawan mancanegara, paket jasa
perjalanan dengan Kapal Pinisi membawa Ibu Bunga pada kestabilan ekonomi
keluarganya. Sering berpindah dari satu kapal ke kapal lain, membuat kebetahannya
berprofesi sebagai tukang masak di kapal tidak dapat dipungkiri.
Sambil
menanak nasi, ia nyengir menjawab, “Lebih milih di sini ketimbang di rumah
makan biasa, mbak. Penghasilannya lumayan hehe.”
|
Kebetahan itu juga tidak berkurang meski
ia kerap kali mengalami susah sinyal di tengah laut ataupun di pulau-pulau
terpencil yang jauh dari menara telekomunikasi. Hal tersebut juga saya alami
sejak semalam sebelum kapal berlabuh ke Pink
Beach. Smartphone yang biasa
digunakan sudah kehilangan koneksi. Ternyata susah sinyal di malam hari adalah
hal yang wajar, apalagi jika cuaca sedang buruk. Ibu Bunga mengatakan baru bisa
menghubungi anak-anaknya di kota saat sinyal di kapal sudah stabil, atau jika
sudah mendekati permukiman. Namun ia tetap kerasan melakoni pekerjaannya,
karena berada di atas kapal selama berhari-hari bisa sejenak melupakan hiruk
pikuk kota dan problematika. Pesona senja, semilir angin laut, bahkan menyesap
kopi di bawah langit bertabur bintang menjadi teman setia bersama awak kapal.
Tentu bukan hanya perbukitan eksostis dan
laut biru yang mampu memikat hati, tapi banyaknya permintaan terhadap jasa
pariwisata di Labuan Bajo juga mengundang masyarakat lokal untuk terlibat di
dalamnya. Layanan pariwisata dan perjalanan memang menjadi salah satu contoh
jasa yang memiliki signifikansi ekonomi yang
besar di Indonesia.
Tidak hanya cerita Ibu Bunga, ada juga
Akbar yang menemani saya tracking ke
atas bukit Pulau Kelor.
Sebagai
pemandu wisata sejak 2013, ia bercerita, “Malah sebelumnya saya jadi tour guide untuk bule. Mereka yang lebih
dulu tau daripada traveller Indonesia,
mbak. Wisatawan lokal jadi banyak yang eksplor Labuan Bajo ya karena bule dulu
bikin hits di instagram.”
Karena itu, Akbar jadi fasih berbahasa
Inggris. Sektor pariwisata ternyata tidak hanya berdampak positif pada aspek
ekonomi, namun juga terhadap aspek sosial, budaya, dan lingkungan.
Tiba di Pulau Kelor setelah diantar
menggunakan speed boat dari Kapal
Pinisi, mata saya tertaut pada seorang anak laki-laki yang dengan mudahnya
mengatur mesin speed boat seorang
diri.
“Banyak
yang begitu kok, mbak, buat bantuin orang tua. Itu ada yang cuma tamatan SMP, SD
juga ada,” Lanjut Akbar ketika saya bertanya perihal anak laki-laki itu. Sungguh
menjadi kenyataan yang memprihatinkan.
Akbar sebagai pemandu wisata Dokumentasi Pribadi |
Bagai serpihan surga, bagian Timur
Indonesia ini menyimpan sejumlah spot wisata yang tidak luput dari pesonanya. Derasnya
arus kunjungan wisatawan telah memantik perubahan drastis di Labuan Bajo,
bahkan mampu menghipnotis setiap pasang mata yang memandang. Berbagai objek
wisata yang menakjubkan ada di sana. Pulau Komodo, Pulau Padar, Pink Beach, Pulau Kelor, Pulau
Kambing, menjadi deretan objek wisata yang menakjubkan bagi kami para
pelancong.
![]() |
Destinasi di Labuan Bajo: (1) Pulau Kelor (2) Pulau Padar (3) Pulau Komodo Dokumentasi Pribadi |
Destinasi tersebut memiliki potensi yang hampir komplit dari segi
alam, lokalitas masyarakat, dan budayanya. Hal ini terlihat saat kapal kami
berjalan lambat ikut mengantre di Dermaga Pulau Komodo karena banyaknya kapal
lain yang juga menepi. Dengan menggunakan perahu kayu, seorang bapak menghampiri kapal kami dari sisi kiri untuk menjajakan barang
dagangannya berupa souvenir khas
Labuan Bajo. Keunikan ini menjadi daya tarik tersendiri. Melihat peluang
seperti ini menjadikan usaha mereka semakin berarti.
![]() |
Anak kecil pengendara boat dan bapak penjual souvenir Dokumentasi Pribadi |
Di tengah terik matahari yang menyengat, saya
justru merasakan tenang dan damai saat berada di atas ketinggian Pulau Padar. Betapapun
kami sudah membentengi diri dengan perlengkapan seperti sunblock, kacamata hitam, topi, dan lainnya, tetap saja tidak bisa
menghindari panas dan cahaya yang menyilaukan. Namun menghirup bau matahari dan
angin di Laut Timur membuat saya bisa nyaman karena keindahannya. Ditambah lagi
keseruan dengan pengalaman baru: SHOOTING
DI ACARA MTMA! MY TRIP MY ADVENTURE! OMG! Tidak hanya ada crew
MTMA saja, namun juga tiga host: Rikas Harsa, Della Dartyan, dan Widika
Sidmore.
Crew dan Host MTMA di Pulau Padar Dokumentasi Pribadi |
Jika ada istilah sudah jatuh tertimpa
tangga, maka ini akan jadi pernyataan kontras: sudah ke Labuan Bajo, shooting di TransTv, gratis pula! Tidak
pernah terbayangkan akan mendapatkan ‘kejutan’ seperti ini. Saya jadi ingat kata Arief Muhammad,
perjalanan itu adalah momen yang bisa diceritakan pada anak-anakmu nanti.
“Cut! And action!”
“Coba lebih ceria yaa.
Nanti jargonnya itu, My Trip My Adventure!”
“Nah nanti kalian ikutin Widika,
sambil dadah-dadah ke drone.”
“Lebih ekspresif, ya kek menikmati pemandangan bagus gini.”
Beragam instruksi dari crew menyadarkan saya sesuatu, ternyata
tidak gampang untuk bisa tampil oke di depan kamera, apalagi jika sudah take berulang kali. Tidak semudah yang
dibayangkan para netijen budiman yang maha benar haha.
Mengingat belum sepenuhnya tuntas
menikmati destinasi di Labuan Bajo karena proses shooting dan waktu yang singkat, saya jadi kepikiran ingin ke sana
lagi. Destinasi yang memikat ternyata bukan hanya ada di luar negeri, tapi juga
di Indonesia yang mungkin belum diketahui banyak orang.
Ayo #JelajahNusantara
bersama! Kini kamu tidak perlu khawatir lagi jika ingin berlibur ke negeri
di wilayah Timur Indonesia, karena ada Skyscanner
yang siap memudahkan penerbangan dengan mengantongi tiket pesawat Garuda.
Kebetulan ada promo tiket pesawat domestik April 2018 untuk kamu yang ingin mencoba
destinasi di Pulau Padar bulan ini, lho. Ada promo khusus keberangkatan dari
Jakarta yang menjadi bandara utama dari hampir seluruh maskapai yang beroperasi
di Indonesia. Bagi kamu yang tinggal di area Jabodetabek, bisa dengan mudah cek
daftar tiket promo PP ke Labuan Bajo: klik "Promo domestik dari
Jakarta" dan jangan lupa download aplikasinya, ya!
![]() |
Promo tiket pesawat di Skyscanner
Skyscanner.co.id
|
Jika tidak bisa meninggalkan pekerjaan
untuk mengambil cuti di bulan April, kamu juga punya cara lain. Bisa membaca
artikel di situs Skyscanner tentang
cara Memaksimalkan Cuti Tahunan Menjadi Libur Panjang dan Promo Tiket Pesawat
di Tahun 2018. Siapa tau punya kesempatan di tahun ini, kan?
Saya pun sudah tidak sabar ingin menikmati
liburan di Labuan Bajo lagi. Jadi ayo segera cari tiket pesawat kamu via Skyscanner
sebelum harganya semakin naik! Kamu juga bisa mencari dan membandingkan harga tiket
pesawat ke Labuan Bajo dan berbagai destinasi lain menggunakan Skyscanner secara gratis. Semoga ini
bisa membantumu menghemat biaya tiket pesawat biar bisa ke Pink Beach dan Pulau Komodo kayak gini yah!
Cerita perjalanan yang berharga ini
ditutup dengan menepinya Kapal Pinisi kami di Pelabuhan Labuan Bajo. Terlihat
jelas situasi kapal yang sibuk, entah ingin berlabuh atau pulang karena baru
saja berlayar. Melihat anak-anak menjadi
kuli angkut barang, saya hanya tertegun. Mengapa harus repot-repot bekerja dan
tidak sekolah saja? Memang hidup adalah soal pilihan, namun kadang kala keadaan
mengharuskan kita untuk memutuskan. Jelajah Nusantara ke
Labuan Bajo memperkenalkan saya pada banyak hal tak terduga. Bukan hanya
serpihan surganya saja, tapi melihat sesuatu dengan sudut pandang berbeda,
bertemu dengan orang baru, dan menghargai kesempatan ‘lebih’ yang kita punya.
Karena pada dasarnya perjalanan bukan untuk membuktikan sesuatu, namun belajar
sesuatu. Bagi saya, perjalanan yang paling meneduhkan adalah perihal menemukan:
tentang makna kehidupan untuk lebih banyak bersyukur.
Artikel ini
diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan
Skyscanner
Pengen banget bisa main-main ke Labuan Bajo... btw harga akomodasi kesana mahal gak? lengkapi dengan harga mbak biar cetar artikelnya :)
BalasHapusRecommended banget ke Labuan Bajo! Wah kebetulan gratis pula kemarin wkwk, tripnya setau saya nggak mahal mas. Nanti lain kali saya coba review ya. Terima kasih masukannya! :)
Hapuswah seru banget, pemandangannya keren plus bisa shooting MTMA. Double luck ya mba :D
BalasHapusSaya belum pernah nih ke Indonesia Timur. Melihat foto-fotonya benar kata orang-orang alam disana bagaikan hamparan surga yang terdampar di bumi.
Iyaaa nih, triple bahkan mba :D
HapusTapi ya gitu, belum puas karena proses shootingnya harus take berulang-ulang hehe
Timur Indonesia bagian Maluku dan NTT setau saya juga amazing place loh
semoga suatu saat bisa kembali ke Labuan Bajo dan mengeksplore lebih banyak tempat di sana
BalasHapus