“Kota tanpa
bangunan tua sama saja seperti manusia tanpa ingatan”-Prof.Ir.Eko Budiharjo,
Msc
Indonesia merupakan negara yang pernah
dijajah oleh bangsa asing, ada banyak kepingan-kepingan peninggalan sejarah yang
tersisa. Asal bukan kepingan dari kenangan masa lalu aja ya~ haha! Sejarah tersebut
mencolok pada bangunan-bangunan yang saat ini menjadi destinasi wisata sejarah
bagi masyarakat setempat, salah satunya di Kota Tua Jakarta dan Kota Lama
Semarang.
Sebagai mahasiswi perantauan yang
hampir 3 tahun mendiami Kota Semarang, terkadang saya masih salah menebak
lokasi saat ada salah seorang teman yang mengunggah foto di Instagram. Pertanyaannya
hanya satu: ini Kota Tua atau Kota Lama?
Pernah mengalami hal seperti ini? Dejavu?
Bukan! Kamu hanya belum benar-benar tahu perbedaan kedua kawasan bersejarah
itu.
Lalu apa bedanya?
Perbedaan Kota Tua Jakarta dan Kota
Lama Semarang terletak pada pesonanya! Kenapa? Yuk simak 6 alasan ini, dan kamu
akan tahu mana yang paling memikat untuk dikunjungi.
1.
Stasiun
Kota vs Stasiun Tawang
Kota
Tua Jakarta terletak di Kelurahan Pinangsia,
Kecamatan Tamansari, Jakarta Barat. Kawasan Kota Tua berada di dua wilayah,
yaitu Jakarta Utara dan Jakarta Barat. Kota Tua sebagai cikal bakal Jakarta
tentunya menyimpan banyak cerita dibalik megahnya bangunan tua cagar budaya
peninggalan masa lalu dari zaman kolonial Belanda.
Stasiun
Kota
yang masih digunakan ini menjadi salah satu spot menarik, kamu akan merasakan
antiknya bangunan stasiun saat menginjakan kaki di sana. Selesai dibangun pada
tahun 1929 dan diresmikan langsung oleh gubernur jenderal pada masa itu, A.C.D
de Graeff, stasiun kereta api ini merupakan stasiun terbesar di Indonesia. Bangunan
dengan ketinggian empat meter ini telah dijadikan cagar budaya.
Stasiun Kota Jakarta Image source: lifestyle.dreamers.id |
Jika di kawasan Kota Tua Jakarta ada
Stasiun Kota yang berusia cukup tua, maka di Kawasan Kota Lama Semarang ada
sebuah stasiun yang usianya juga cukup tua: Stasiun Tawang. Stasiun ini merupakan stasiun induk di Semarang dan
sudah ada sejak zaman kolonial Belanda. Kok bisa sama ya?
Pembangunan stasiun dengan gaya bangunan
vintage ini dilakukan oleh Nederlandsche Indische
Spoorweg Maatschsrij pada periode 16 Juni 1864 hingga 10 Februari 1870 (selama 6
tahun). Stasiun ini pertama kali diresmikan oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda,
Baron Sloet Van de Beele. Sejak pertama kali berdiri hingga sekarang, tidak
banyak perubahan yang terjadi dengan stasiun ini, dan menjadikannya salah satu
stasiun tua terbesar di Indonesia selain Stasiun Kota di Jakarta.
Stasiun Tawang Semarang Image source: Nisa Rachmawati |
Jangan sampai bingung membedakan
kedua stasiun ini, ya! Hehe
2.
Gereja
Blenduk vs Museum Fatahillah
Kota Lama, salah satu kota tertua
yang terletak di utara Kota Semarang, Jawa Tengah merupakan visualisasi kota
yang menyajikan kemegahan arsitektur Eropa di masa lampau. Kehadiran
kanal-kanal air serta deretan bangunan tua dengan arsitektur bergaya art deco
menjadikan kota ini disebut sebagai miniatur negara Belanda (little Nedherland) nan eksotis.
Bangunan bersejarah yang paling
ikonik di kawasan Kota Lama yaitu Gereja Blenduk. Gereja yang menjadi landmark ini dibangun pada tahun 1753
dengan bentuk segi delapan atau oktagonal dan memiliki atap berbentuk kubah
besar berwarna merah bata berlapis perunggu serta memiliki nama asli Nederlandsch Indische Kerk. Masyarakat
setempat menjulukinya “Blenduk” karena bentuk atap kubahnya. Menjadi gereja Kristen
tertua di Jawa Tengah, Gereja Blenduk kini resmi menjadi GPIB Immanuel dan masih digunakan untuk tempat beribadah.
Gereja Blenduk Image source: Dok pribadi |
Sama halnya dengan Gereja Blenduk, Kota
Tua Jakarta memiliki bangunan bersejarah yang popular, yaitu Museum Sejarah Jakarta. Gedung museum
merupakan Balai Kota Batavia VOC yang dibangun pada tahun 1707-1710. Bangunan
yang menyerupai Istana Dam di Amsterdam ini terbagi menjadi dua bangunan utama
dengan dua sayap di bagian timur dan barat serta bangunan sanding yang
digunakan sebagai kantor, ruang pengadilan, dan ruang-ruang bawah tanah yang
dipakai sebagai penjara. Di dalam museum, kamu akan melihat hasil penggalian
arkeolog di Jakarta, mebel antik mulai dari abad ke-17 sampai 19. Selain sebagai
museum yang menyimpan sejarah kota Jakarta, museum ini dikenal sebagai Museum Fatahilah.
Lebih ikonik yang mana? Gereja Blenduk atau Museum Fatahillah? :D
3.
Museum
Wayang vs Gedung Marba
Museum Wayang yang berlokasi di Jalan
Pintu Besar Utara Nomor 27 ini diapit oleh dua bangunan, kamu akan mudah
menemukan gedung Museum Wayang karena gaya bangunannya yang unik. Awalnya
bangunan ini bernama De Oude Hollandsche
Kerk (Gereja Lama Belanda) yang dibangun pada tahun 1640. Seperti namanya,
Museum Wayang memamerkan berbagai jenis dan bentuk wayang dari seluruh
Indonesia, baik yang terbuat dari kayu dan kulit maupun bahan-bahan lain. Tidak
hanya wayang dari Indonesia, Museum Wayang juga mengoleksi wayang dari
Tiongkok, Kamboja, Suriname, Thailand dan negara lainnya. Jika kamu ingin
menonton pementasan wayang, Museum Wayang menggelar pagelaran wayang pada
minggu 2 dan ke 3 setiap bulannya.
Image source: alatpenterjemahjakarta.wordpress.com |
Mengisi salah satu sudut Kota Lama,
gedung dua lantai ini diprakarsai oleh Marta Badjunet, seorang saudagar kaya pada
zaman kolonial. Untuk mengenang jasanya, bangunan ini diberi nama Marba, pernah
dipakai untuk kantor usaha pelayaran Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL),
kemudian diubah menjadi toko modern dan kini digunakan untuk gudang.
Dilihat dari ornamen dekorasinya,
bangunan ini mulai meninggalkan gaya neoklasik dan mengadopsi arsitektur tropis
Hindia Belanda. Material bata, kayu, dan sedikit besi tuang menjadi ciri khas
bangunan ini. Setiap elemen seperti kolom dan jendela memiliki bentuk yang
simetri dan ditata rapi.
Gedung Marba Image Source : Taufik Akbar Arinalun |
Gedung
Marba atau
Museum Wayang? Sama-sama punya
sejarah penting, nih!
4.
Gedung
Tua Berakar vs Rumah Akar
Bangunan tua memang tidak terlepas
dari nuansa lapuk, berlumut, berakar dan bergaya vintage. Gedung-gedung tua berakar di kawasan Kota Lama menjadi
spot foto terbaik yang instagramable,
bahkan digunakan sebagai tempat prewedding. Bangunan ini di beberapa sisi tembok
dihiasi akar-akar pohon dan lapisan temboknya yang terkelupas. Dibiarkan begitu
saja tanpa adanya renovasi, bangungan-bangunan tua ini berada di sekitar Taman
Garuda, sekitar 60 meter dari Gereja Blenduk, atau pada area perempatan jalan
antara Jalan Garuda, Jalan Glatik, dan Jalan Jenderal Soeprapto.
Salah Satu Gedung Tua Image Source : Taufik Akbar Arinalun |
Salah Dua Gedung Tua |
Salah Satu Gedung Berakar In frame: Azwar Aswad Image Source : Taufik Akbar Arinalun |
Taman Garuda (Di dekat Blenduk) Salah satu spot terbaik untuk foto Image source: Dok. Pribadi |
Kota Tua juga
tidak luput dari bangungan tua yang foto genik, yaitu Rumah Akar. Rumah tua
yang berada di Jalan Kali Besar Timur, tepatnya di belakang Museum Wayang ini
memiliki penampakan yang cukup unik. Pasalnya, terdapat banyak akar yang
menghiasi tiap sudut rumah tanpa atap ini, sehingga banyak sekali pohon dan
rumput yang tumbuh liar di area dalam dan luarnya.
Bedanya, jika
di Kota Lama kamu hanya dapat berfoto di bangunan luar saja, maka ketika memasuki
area Rumah Akar, kamu akan merasakan keindahan sekaligus sensasi angker yang
mencekam. Apabila ingin berfoto, pilihlah waktu yang tepat: mulai dari pagi
hingga sore hari karena masih ada cahaya yang masuk ke dalamnya.
Rumah Akar Image source: www.flickr.com |
Entah itu di Gedung Tua Berakar atau Rumah
Akar, selamat berfoto ria ya!
5.
Taman
Srigunting vs Pelataran Museum Fatahillah
Kawasan Kota Lama Semarang adalah
sebuah kawasan yang dipenuhi oleh beberapa bangunan yang dulu pernah menjadi
pusat kegiatan ekonomi masyarakat Jawa Tengah pada jaman penjajahan Belanda.
Tapi tahukah kamu, ternyata di
kawasan Kota Lama Semarang masih ramai dikunjungi. Memang tidak lagi menjadi
pusat kegiatan ekonomi, namun di kawasan ini terdapat Taman Srigunting yang didukung
oleh kegiatan ekonomi di sekitarnya. Taman ini juga nyaman untuk santai sambil
menikmati jajanan pasar serta berfoto dengan latar Gereja Blenduk karena
letaknya yang berdekatan. Selain itu, di sekitar Taman Srigunting terdapat
Pasar Klitikan yang sering digunakan sebagai tempat berkumpulnya berbagai
komunitas di Semarang. Menjadi tempat berfoto dengan barang-barang antik mulai
otomotif, senjata perang, mesin tik, hingga hiasan dinding kuno. Beberapa becak
yang sedang parkir di sekitar kawasan ini juga membuat pemandangan menjadi
semakin menarik untuk dijadikan objek foto.
Taman Srigunting Image source: Dok. Pribadi
|
Taman Srigunting Malam Hari Image source: Dok. Pribadi |
Walaupun tidak seperti di Kota Lama,
namun pesona di pelataran museum ini juga tak kalah memorable, lho! Kamu bisa melihat aksi seniman jalanan yang seru.
Mereka punya banyak hiburan bagi pengunjung, mulai dari tukang ramal, perajin
gelang, pelukis siluet, sampai seniman tato, semua ada.
Tidak hanya itu, di Kota Tua terdapat
penyewaan onthel untuk keliling Taman Fatahillah. Dalam setengah jam, penyewaan
sepeda dibanderol Rp 15.ooo, jika ingin rute yang lebih jauh kamu bisa naik
onthel ke Toko Merah, Jembatan Intan, dan Museum Bahari dengan tarif sewa yang
lebih mahal yaitu Rp 50.000 per sepeda. Enggak tau deh kalau harganya udah
berubah :D
Menawarkan nuansa tempo dulu, dengan arsitektur
Eropa lama, ada banyak sudut di Kota Tua yang instagramable dan cocok menjadi latar foto. Atmosfer untuk
mengabadikan momen bisa saja berfoto dengan beberapa mobil antik yang parkir di
Kota Tua atau manusia patung dengan berbagai dandanannya yang unik.
Pelataran Museum Fatahillah Image Source: provokestriponline.com |
Antik mana? Tinggal pilih! Taman Srigunting atau Pelataran Museum Fatahillah
6.
Spiegel
vs Ragusa
Spiegel
adalah salah satu cafe yang menempati bangunan cagar budaya di Kota Lama
Semarang di Jalan Letjend Suprapto No.34. Gedung berusia lebih dari 120 tahun
yang berada di samping Gereja Blenduk Kota Lama Semarang ini masih tampak
megah. Tahun 1895, bangunan yang disebut Winkel Maatschappij “H-Spiegel” kemudian
menjadi sebuah perusahaan terbatas tahun 1908 dan diurus oleh H.Spiegel selaku
manajer perusahaan.
Dulunya bangunan ini hanya sekadar
gedung antik yang terkadang menjadi tempat event, namun saat ini telah
berfungsi menjadi sebuah bar & bistro ala Eropa sejak 8 Juni 2015. Dengan
memugar dan merestorasi, bangunan ini memiliki ruang utama berukuran besar yang
tidak disekat sama sekali. Di tengah-tengah ruang ditempatkan bar desain ala
Eropa dengan beberapa barteder untuk meramu minuman khas barnya.
Spiegel Image Source : Taufik Akbar Arinalun |
Desain ala Eropa? Makanan tempo
doeloe? Kota Tua juga punya!
Tempat es krim Ragusa terletak di jalan Veteran, dekat Masjid Istiqlal. Ragusa adalah
es krim tradisional Italia yang sudah berdiri sejak tahun 1932 dan bangunannya tidak
mengalami perubahan sejak dulu. Rasa es krimnya memang tidak selembut es krim
Italia seperti gelato, pilihan rasanya juga tidak banyak, namun nuansa Eropa dan
harganya yang terjangkau membuat siapa saja ingin kembali lagi ke tempat ini.
Mau coba yang mana? Spiegel atau Ragusa? :D
Jadi mana pesona bersejarah yang
lebih memikat bagimu? Kota Tua Jakarta atau Kota Lama Semarang?
Itu tergantung dari tempat mana yang lebih kamu pahami, karena kata Clint Borgen: “When overseas, you learn more about your own country than you do the place you’re visiting.”
Entah itu Kota Tua Jakarta atau Kota Lama Semarang, yang jelas keduanya punya sejarah dan pesonanya masing-masing. Kita punya tugas untuk tidak merusaknya, apalagi membuat keberadaannya semakin hilang tergerus zaman, karena kota tanpa bangunan tua sama saja seperti manusia tanpa ingatan. Benar, saudara-saudara? :p
Itu tergantung dari tempat mana yang lebih kamu pahami, karena kata Clint Borgen: “When overseas, you learn more about your own country than you do the place you’re visiting.”
Entah itu Kota Tua Jakarta atau Kota Lama Semarang, yang jelas keduanya punya sejarah dan pesonanya masing-masing. Kita punya tugas untuk tidak merusaknya, apalagi membuat keberadaannya semakin hilang tergerus zaman, karena kota tanpa bangunan tua sama saja seperti manusia tanpa ingatan. Benar, saudara-saudara? :p
Bagi saya, pesona Kota Lama Semarang
belum bisa digantikan atau disamakan dengan kawasan bersejarah manapun, karena
saya lebih lama mengenalnya hehe. HBU?
Special thanks to Bogel a.k.a Taufik Akbar Arinalun as my colleague in campus! |
Referensi foto [Khusus Kota Lama Semarang]:
Dokumentasi Pribadi
Referensi Data:
https://www.initempatwisata.com
http://www.gulalives.co
http://forum.republika.co.id
https://travel.detik.com
http://catcilku.com
https://www.wego.co.id
Pengaruh Belanda dalam pembangunan kedua kota ini terasa banget ya dari arsitektur bangunan di area itu :)
BalasHapusIyaps, dan justru bikin kota-kota itu jadi antik ya:)
HapusHai salam kenal, membaca postingan ini saya jadi kangen sekali dengan Semarang. 6 tahun saya menuntut ilmu di sana.
BalasHapusKalau mau makan es krim, Toko Oen di jalan Pemuda bisa dijadilan pilihan. Di buka sejak zaman penjajahan, Interiornya juga dipenuhi barang antik.
Hallo juga, mba:)
HapusWah udah alumni dong ya, saya masih mahasiswa ehe
Dari awal semester pengin ke sana tapi belum kesampaian, dan pasti akan ke sana:"
ternyata lokasi bersejarah di 2 daerah ini memiliki karekter yang mirip ia ...
BalasHapusthanks Review nya
Gaya arsitekturnya mengingatkan saya pada nuansa kolinial hindia belanda,saya jadi teringat kota pisa Italia yang masih kental kota tempo dulu.
BalasHapusDua kota ini juga memiliki warisan dari pemerintahan Hindia Belanda ; BANJIR KANAL. Lebih dari seabad lalu mereka sdh mengantisipasi akan kemungkinan terjadinya bencana banjir, maka dibangunlah Banjir kanal.
BalasHapus