Cerita Lain Beauty and The Beast
Onix Octarina
20:49
5
Ia memandangi setangkai mawar yang tidak lagi utuh di dalam
kotak kaca persis di dekat jendela. Ruangan yang agak gelap menutupi wajah
Vahn, si buruk rupa. Matanya yang lelah tidak terlihat jelas di bawah
lampu, kali ini ia sudah putus asa, kesempatannya untuk menemukan cinta sejati
pupus sudah.
“Masih ada 7 hari sebelum purnama, Pangeran,” kata si ceret
berbahan logam menghibur.
“Cinta sejati tidak akan pernah terlambat datang,” si cangkir
kopi menimpali.
Vahn tidak menanggapi kalimat yang mereka lontarkan, sejak
penyihir jahat itu mengutuk sang pangeran dan penghuninya, ia tidak pernah lagi
bertemu dengan orang lain di luar istana. Malam itu badai salju turun. Perapian
di ruang tengah tidak mampu menebas angin dingin yang menusuk tubuh.
“Aku akan keluar mencari kayu bakar, tunggu saja disini.”
Vahn mengenakan jubah hitamnya yang hangat.
“Tapi, Pangeran?” Salah satu dari mereka memprotes si buruk
rupa agar tidak menginjakkan kaki keluar istana, tetapi Vahn seolah-olah tidak
mendengarnya.
Beberapa menit berlalu, ia belum menemukan kayu bakar di
dalam hutan, angin kencang menghambat langkah kakinya untuk cepat mendapatkan.
Tak lama itu, dilihatnya sosok manusia tergeletak tidak berdaya.
“Ia kedinginan!” gumam Vahn setelah melihat gadis cantik yang
jatuh akibat terseret badai salju.
Setibanya di istana, gadis itu belum juga sadar, hingga
keesokan harinya ia terkejut melihat dirinya berada di tempat asing.
Ditelusurinya setiap ruangan, tak juga ditemukan siapa yang sudah menolongnya
dari badai tadi malam.
“Kau sudah bangun?” Vahn mengagetkan.
“Terimakasih, tuan,” kata gadis itu memberi salam.
“Kau tidak terkejut melihat rupaku?!”
“Memangnya ada yang salah?” si gadis tampak heran.
Bagaimana mungkin?! batinnya.
“Apa yang bisa aku lakukan untuk membalas kebaikanmu tuan?”
Katanya menawarkan diri.
Vahn mencari akal. Tidak ada salahnya untuk
menyuruhnya tetap tinggal, pikirnya dalam hati.
“Aku bisa membantumu membersihkan tempat ini selama beberapa
hari.”
Di...dia...bisa membaca pikiranku?
“Baiklah.” Vahn mengiyakan tawaran gadis itu, ia merasa ada
kebahagiaan menyeruak di dalam dirinya.
Beberapa hari berlalu, kedekatannya dengan si gadis cantik
membuatnya semakin jatuh, ia berniat untuk menyatakan cintanya sebelum semua
kelopak mawar tidak bersisa lagi.
“Bersediakah kau menjadi istriku?” Vahn memberanikan diri.
Tanpa rasa ragu, si gadis mengangguk setuju.
Keajaiban datang, seluruh ruangan bersinar terang. Si buruk
rupa berubah wujud, tetapi tampaknya ada yang salah. Bukannya kembali menjadi
pangeran, Vahn kini terpampang di atap istana menghadap jalan. Gargoyle! *)
“Kau bukan cinta sejatiku!” teriaknya.
“Kau lupa denganku, Pangeran? Aku yang mengutukmu menjadi si
buruk rupa tempo dulu. Hahaha!” Gadis itu berubah menjadi sosok penyihir yang
mengerikan.
*)Gargoyle adalah patung
pahatan berbentuk monster yang ada di bangunan pada abad pertengahan. Di
rancang untuk mengalirkan air dari atap agar menjauhi bangunan. Mencegah air
hujan mengenai dinding bangunan karena akan mengikis mortar (seperti semen)
yang terdapat diantara balok batu yang menyusun bangunan tersebut. (Sumber)
#Prompt76 "Gargoyle" in MFF : 399 words ( di luar catatan kaki )
#Prompt76 "Gargoyle" in MFF : 399 words ( di luar catatan kaki )