Untaian Rindu dari Tanah Biru
Onix Octarina
13:07
0
Dari
Eropa, mata birunya terpatri
Telapak
tangan memikul dagu serentak menengadah
Gadis
mongoloid itu sesekali menyeruput teh hijau,
Menenun
awan di cakrawala, ia melirik.
Ikan
serapu, mutiara hijau, kerang putih.
Dasar
laut yang biru terpampang jelas
Memancar
rindu yang amat sangat.
Raja
Ampat, konon kabarnya.
Bersama
kepak Cendrawasih, sanubari bersenandung.
Masih
saja, bayangan cepat berkelebat.
Tak
setetes rasa iripun mampu membuatnya karam,
terlebih
terhadap kebudayaan orang
Karena Eropa tak punya Ngaben,
Keramahan Khas Bali yang berdenting pelan.
Sejenak
gadis lugu berlaga,
riuh
suara hati berlarian begitu saja
Sebentar-sebentar
berganti ingatan.
Dari
tanah kelahiran Sisingamangaraja, kemudian bernostalgia.
Tor-tor
menghentakkan setiap kaki mungilnya di Toba
Waktu
itu, Inang-inang tua tegak berdiri
Menari
tiada taranya.
“Ulos
ini untukmu.”
Begitu
katanya.
Tak
lama itu, ia ingat lagi
Saat
nelayan bersampan tersenyum
Wajah
berseri berpendar kuat.
Melangkah
sedikit saja ke ujung sumatera
Ada
Rimba disana, suku kubu lebih akrabnya.
Pikirannya
meraba, dibuai aroma Kajoe Aro yang membumbung di angkasa.
Mungkin
sengaja ia mengintip buku dunia
Sambil
mengira apa saja yang tertera disana,
Tatkala
Unesco menorehkan daftar warisan
Batik.
Itulah dia sapaan budaya lisan nonbedawi.
Oh
sungguh, ia rindu mendekap Indonesia.
Ingatannya
menari melagukan Rasa Sayange,
Tanpa
kata diantara peluh penat.
Pernah
sekali, waktu petang seorang mengingatkan,
“Beta sekolah
tinggi-tinggi, mau tunjukkan ke seluruh negri, ada Indonesia yang luasnya tak
terkira persis budayanya.”
Gadis
ini tak heran,
Bilamana
ia singgah di Borneo, ada bahasa Nusantara yang menghantarkannya
Mengikat
erat Dayak dan Batak tanpa sengaja.
Seperti
sajak rayuan pulau kelapa,
Dari
Weh di barat sana, singgah di Pulau bernama Sulawesi,
Hanyut
dalam pesona Tari Pakarena,
Sampai
pada akhirnya...
Kaki
menyentuh ujung dunia, melebihi Atlantis pesonanya,
yang
kini disapa Papua.
Semua
disatukan hangat, dipeluk ibu pertiwi.
Tersadar
akan pesona si cantik Puspa Bangsa,
Sang
gadis terbuyar dari lamunan sederhana.
Dari
sudut kota metropolis Ratu Elizabeth,
ia
menyampaikan alunan rindu
Akan
kearifan budaya juga keindahan warna
yang
tentu menentramkan kalbu,
Menghanyutkan
jiwa.