Rabu, 07 November 2018

Kebahagiaan pada porsinya

Meski aroma tanah menyeruak ke permukaan dan udara pagi sedang sejuk akibat hujan deras tadi malam, saya memulai hari dengan biasa saja. Padahal sudah begitu lama Semarang tidak dihujani lagi seperti ini, tapi tetap saja, tidak ada yang istimewa.
Meski sudah ada daftar pekerjaan yang harus saya selesaikan di kampus, saya, masih saja merasa tidak ada sukacita yang menggebu dalam dada.
Meski sebenarnya tidak ada hambatan yang begitu berarti sepanjang hari atau hal yang menjengkelkan, tapi tetap saja, seperti ada yang hilang dari dalam diri saya.

Saya menerka-nerka apa penyebab jelasnya.
Hasil gambar untuk bahagia
Source: di sini
-++-
Sekitar pukul 8 malam, saya menelepon Bapak. Rindu. Padahal baru 3 hari lalu meninggalkan Semarang, tapi sepi cepat sekali muncul. Kami selalu berbincang sederhana: bagaimana harimu, apa kabar yang baru, bangun jam berapa tadi pagi, kenapa saya tidak bisa berbahasa Inggris dengan baik, dan sebagainya.

Saya selalu mengusahakan agar kami membicarakan hal-hal yang menyenangkan, pun jika ada sesuatu yang sulit maka secukupnya saja.
Di sela-sela itu, obrolan kami pelan-pelan mengarah pada peristiwa duka dari kecelakaan pesawat Lion Air JT610 sepekan lalu. Membahas ini dengan Bapak, saya selalu merinding. Mengucap syukur berkali-kali.
-++-

Cara Tuhan selalu tidak pernah diduga. Tentang apapun yang terjadi dalam hidup kita.
Ada satu hal yang baru saya sadari hal apa yang hilang dari diri saya pagi ini. 
Ya, berbahagia secukupnya. Berbahagia pada porsinya. Itu yang hilang. 

Saya seringkali protes pada Tuhan, padahal selalu dicukupkan.
saya seringkali mengeluhkan dan menuntut ini itu, merasa semuanya selalu kurang, padahal segala sesuatu sudah baik-baik saja.
Saya seringkali fokus pada hal-hal yang belum tercapai, padahal ada banyak kebaikan-kebaikan kecil yang diterima setiap hari.
Saya seringkali berambisi supaya bisa melampaui ekspektasi, padahal punya harapan saja sebenarnya sudah cukup.
Berbahagialah sesuai porsimu.

Jika kurang, maka cepat kita risau. Jika mengusahakan yang lebih, maka cepat hati kita kosong.
Bahagialah pada apa dan siapa yang masih kita punya, selagi bisa berbincang sederhana dengan mereka. 
Rasanya, setiap hari saya ingin menyampaikan terima kasih dan maaf untuk Bapak dan Ibu saya. 


Semarang, 07 November 2018
Di luar dari semua tulisan ini, saya ingin mengucapkan bela sungkawa yang sedalam-dalamnya untuk seluruh awak dan penumpang Lion Air JT610 serta keluarga yang ditinggalkan.
Cara Tuhan selalu tidak terduga, senantiasalah berbaik sangka padaNya. Ia selalu menemukan langkah, merencanakan yang terbaik bagi kebahagiaan kita semua, umatNya.

Diberdayakan oleh Blogger.