"Instagram itu membunuh lingkungan dan pariwisata" -@raye_brahm
Saya bukan travel blogger, apalagi
travel influencer, tapi kok ya topik ini menarik untuk dibahas.
Jadi begini, kemarin pagi secara kebetulan,
saya melihat isi stories a.k.a instagram story milik seorang tour guide yang dulu pernah menyiapkan itinerary kami ke Labuan Bajo. Ceritanya,
saya dan pemilik akun @akbr_gvns berteman di instagram dan sampai saat ini
masih berkomunikasi dengan baik.
Wajar saja jika mas Akbar –sapaan untuknya-
sering memposting perjalanan di Labuan Bajo. Salah satu isi stories yang menunjukkan kalau ia turun
dari Pulau Padar tanpa menggunakan alas kaki, menarik perhatian. Kemudian dengan
spontan, saya repost isi stories mas Akbar ke instagram milik
saya.
Pertanyaannya, ngapain repot-repot
harus repost?
Saat dulu mendaki Pulau Padar di
musim kemarau November tahun lalu, mas Akbar ini juga menemani kami sampai
puncak tanpa alas kaki. Tidak terbayangkan di benak saya bagaimana rasanya
menapaki anak tangga di Padar yang panasnya kayak mau noyor muka orang, bikin kzl
wkwk. Saya lupa berapa tinggi Pulau Padar, tapi yang pasti itu tinggi dan serem
kalau tidak hati-hati. Karena kekaguman itu, maka saya repost.
Lalu, salah seorang teman dari mas
Akbar yang juga berteman dengan saya di instagram mengomentari postingan itu,
kemudian berlanjut ke topik yang menarik.
Dan saya juga baru tau kalau mereka
itu berteman hahaha! Sampai di sini paham? :D
Singkatnya, akun milik @sayariza
kemarin sore bilang terjadi kebakaran di Gili Lawa yang katanya karena lalai
demi footage dokumentasi.
Gili Lawa Darat via blog/@kadekarini |
Gili Lawa adalah salah satu rangkaian
pulau di kawasan Taman Nasional Komodo. Jujur saja, saya belum pernah
menginjakkan kaki di Gili Lawa, tapi rasanya tidak ada satupun pulau di kawasan
ini yang tidak memesona. Bisa disimpulkan kalau Gili Lawa sama ikoniknya dengan
Pulau Padar. Jadi, meski belum pernah, setidaknya saya bisa ikut merasakan bagaimana
mirisnya salah satu savana yang cantik kebanggaan alam hangus tanpa sisa.
Entah punya nama atau tidak, hampir semua bukit di kawasan TN Komodo punya pesona masing-masing |
Dilansir dari akun resmi
@komodo_national_park, kebakaran awalnya diduga dari puntung rokok yang disebabkan
oleh pengunjung di puncak Gili Lawa. Namun, beredar kabar jika pulau cantik di
Manggarai Barat ini terbakar karena kebutuhan properti foto prewedding akibat menyalakan kembang api
(via liputan6.com).
Menariknya adalah, dari beberapa
hasil pemeriksaan sementara, diduga penumpang kapal dari sebuah agensi travel
ternama adalah pelaku penyebab terjadinya kebakaran. Siapa yang tidak tau Indonesia
Juara Trip dengan owner Agung Afif? Yang juga sebagai travel influencer, Agung
menanggapi berita itu melalui instagram story miliknya, kira-kira begini:
Jadi saya sedang bekerja untuk membuat video di China dan saya dapat berita paling sedih dalam hidup saya dimana ada berita Gili Lawa terbakar diduga salah satu Tour Leader @indonesiajuaratrip yang bertugas lalai dalam menjaga aktifitas tamu dalam berwisata yang akhirnya menyebabkan kebakaran. Saat ini yang bersangkutan masih dalam pemeriksaan polisis dan masih menunggu keputusan dari pihak kepolisian. Saya sedang tidak berada di Labuan Bajo sehingga tidak tau pasti apa yang terjadi sebenarnya. Berita di lapangan masih simpang siur dan di sini mohon maaf jujur, banyak oknum yang memanfaatkan momentum persaingan bisnis. Ada beberapa berita yang dikonfirmasi tidak benar dan ada yang dilebih-lebihkan. Jadi sampai saat ini kami masih menunggu keputusan kepolisian. Tapi saya pastikan apabila berdasarkan pemeriksaan memang terbukti bersalah, kami selaku pihak perusahaan akan melakukan tindakan keras sampai ke tahap pemecatan dan tentunya akan mengikuti prosedur hukum dan akan bertanggung jawab dengan pihak Taman Nasional Pulau Komodo.
Kelanjutannya bisa cek di sini:
Awalnya, saya sama sekali tidak tau
kalau oknum berasal dari agensi tersebut. Setelah melihat langsung postingan
@gungafif, saya baru menyadari satu hal. Dari klarifikasi dan konfirmasi Agung
menunjukkan kalau tidak ada permintaan maaf akibat kelalaian itu.
Tentu tulisan ini bukan untuk ikut
menyulut api yang sedang ramai dibicarakan, tapi sebagai apresiasi pada travel
influencer kebanggaan saya yang turut berbelasungkawa atas matinya perasaan
para penikmat perjalanan. Kok tega?
Kebakaran di Gili Lawa via instagram/komodo_national_park |
Sering mengikuti akun travel
influencer, travel blogger, atau pegiat travel seperti @her_journeys, @kadek_arini,
@marischkaprue, @amrazing, @arievrahman, @takdos -yang kalau disebutkan satu
persatu tidak akan cukup- membuat saya punya pola pikir baru terhadap
perjalanan. Bukan cuma perjalanan, tapi juga alam sebagai destinasinya. Pernah berkomunikasi
dengan mereka via media sosial, bikin saya berpikir kalau perjalanan itu adalah
sesuatu yang layak untuk dibagikan. Mereka, yang dalam tanda kutip sudah pro, sama
sekali tidak menciptakan kesan show off
pada audience karena sudah berpergian
kemana-mana. Justru, pengalaman hidupnya, proses yang mereka lewati, konsistensi,
membuat saya semakin ingin menggali diri #eaaaa
Kebakaran di Gili Lawa pada Rabu
malam (01/08/2018), ternyata bikin hampir semua pegiat travel ikut menanggapi,
apalagi bagi mereka yang sudah pernah ke sana. Ada yang nyinyir, ada yang
berkomentar pedas, adapula yang kreatif. Tapi mereka semua turut prihatin dengan kejadian ini. Selamat sudah
berhasil jadi infuencer yang berdedikasi ya! Followermu jadi membenamkan mindset yang serupa dengan kalian
hahaha! Mari kita ulas apa kata pegiat travel soal ini?
Dari Kak Prue @marischkaprue yang
pernah foto cantik sama rusa di Gili L
Dari si kreatif Kak Anggey @her_journeys
Dari si kritis Koh Alex @amrazing
Dari si pencerita yang baik Kak W
@windy_ariestanty
Dari @asokaremadja yang paling update
Dari @kadekarini yang juga lagi di China
Dan sebagai penutup, dari Bang Adis kebanggaan kita @takdos
Kalau dipikir-pikir ternyata mereka semua itu sepertemanan HAHAHA!
Komentar paling menyelentik datang dari @iwwm di kolom komen postingan @indonesiajuaratrip. Meski kolom tersebut sudah ditutup, dan tidak sempat screen capture, saya masih ingat, kira-kira begini: "Kapal-kapalnya dijual aja sebagai ganti rugi"
Komentar paling menyelentik datang dari @iwwm di kolom komen postingan @indonesiajuaratrip. Meski kolom tersebut sudah ditutup, dan tidak sempat screen capture, saya masih ingat, kira-kira begini: "Kapal-kapalnya dijual aja sebagai ganti rugi"
Tampaknya esensi perjalanan mulai
berubah haluan. Tanpa pikir panjang, apa saja dilakukan demi konten, pun jika
resikonya merusak alam. Kenapa saya sebut konten? Rasanya dokumentasi kekinian
tidak hanya untuk konsumsi pribadi. Kita ini hanya menumpang pada alam, tapi kenapa
masih saja tidak tahu diri? 10 hektar lahan savana terbakar tidak akan pernah sebanding
dengan dokumentasi yang entah untuk apa tujuannya.
Area savana yang biasa menjadi rute trekking tidak dapat lagi dinikmati. Butuh waktu yang tidak sebentar untuk pemulihan yang akan dilakukan dengan cara suksesi alam. Statusnya sebagai taman nasional, membuat tempat ini tidak boleh terlalu banyak mendapat campur tangan manusia.
it's gonna take years for Gili Lawa to recover from the fire. why humans are such a terrible creature? -@marveltr4sh
Satu referensi bilang kalau benar-benar alami semak baru tumbuh setelah 5 tahunan, karena emang mulai dari lumut, paku apalagi kalau sudah terbakar habis- @Anaphase06
Semoga Gili Lawa lekas sembuh dan masih bisa dinikmati keindahannya di tahun-tahun ke depan. Semoga tindak lanjut terhadap pelaku segera diproses. Semoga tidak ada lagi insiden menyedihkan dan bikin marah banyak kalangan, termasuk Sang pemilik semesta. Semoga saya, kamu, dan kita bisa lebih bijak dengan alam saat melakukan perjalanan.
Itu dia kompilasi komentar dari travel influencer terkait kebakaran di Gili Lawa Darat, kalau menurut kamu?
Itu dia kompilasi komentar dari travel influencer terkait kebakaran di Gili Lawa Darat, kalau menurut kamu?
Salam hangat dari,
Yang baru saja memaknai perjalanan,
Yang baru saja mengenal alam Indonesia
dan jatuh cinta padanya,
OS.
Ikut sedih, hiiks.
BalasHapusJadi tambah semangat untuk berkontribusi menyayangi bumi, sekecil apapun, misalnya tidak membuang sampah sembarangan tempat, apalagi di destinasi wisata.
Indeed true! Kemarin waktu ke Bali, masih banyak yang ninggalin sampai di pantai, pasti selalu mikir "nanti ada yang ambil kok" sedih :(
HapusMemang minis sekali melihat kebudayaan buruk yang selalu diterapakn oleh sebagain kalangan. Padahal jika lingkungan bersih, dan indah. Kita sendiri yang merasakan kenyamanannya.
BalasHapusMasih banyak mindset yang belum diubah ya berarti
HapusKaget juga begitu mendengar Gili Law kebakaran, padahal lagi ngerencanain jalan jalan kesana dekat dekat ini. Terpaksa ganti tujuan jalan jalan kalo kayak gini
BalasHapusLoh jangan ganti tujuan, kawasan Taman Nasional Komodo di Labuan Bajo itu masih banyak yang lain kok. Gaakan mengecewakan. Dulu pernah mikir "ini di Indonesia?" saking terpesonanya huehehehe
Hapusaku juga kaget banget.... pas ngeliat videonya, ya ampunnn.. yah aku belum pernah kesana, tapi ngedenger kabar ini sumpah marah sama sedih campur aduk..
BalasHapuskenapa sampe ada orang kaya gitu... :'((
SAMA! :( ikutan marah liat kondisi Gili Lawa yang hangus. Untungnya satwa di sana selamat, walaupun habitat mereka enggak. Berita ini diperparah lagi dengan adanya isu pembangunan di Pulau Komodo. Sedih.
HapusItu pasti kumpulan orang norak yang bikin kebakar. Gw belom pernah sih ke sana. Tapi malu-maluin banget gak sih, kedatangan mereka bikin rusak taman nasional
BalasHapusIya ya, harusnya ada permintaan maaf karena turut bertanggung jawab atas insiden ini.
BalasHapusKita berdoa aja semoga alam ini cepat pulih dan nggak ada lagi kasus-kasus kayak gini. Cukuplah kebakaran hutan di Kalimantan tahun 2015 sama ini. Nggak usah ada lagi. Hatiku sedih... :')
sedih banget ya kak.. gili lawa malah kebakaran,, semoga bisa dilestarikan yaa.. dan harus ada pihak yang bertanggung jawab, minimal ada permintaan maafnya. Semoga aja kedepannya tidak terjadi seperti ini, dan gausah ada kebakaran lain
BalasHapusWahhh padahal pemandangannya keren banget, harusnya yang berhubungan dengan api ditinggalkan sebelum berangkat, dan diberi hukuman juga..
BalasHapusLah itu ngapain pakai kembang api segala. Tanpa itu pun sudah indah sekali pemandangannya. Ya, nasib sudah menjadi bubur.
BalasHapusIngin bergaya instagramer justru merusak dan menghanguskan.
Sayang sekali keindahan alam rusak akibat kurangnya kesadaran dalam menjaga alam padahalkan mereka tujuan kesana untuk menikmati keindahan tersebut
BalasHapusBukan soal saya belum pernah ke sana dan menikmati alamnya, terus sedih karena keburu dirusak. Tapi ya jelas ketika ada kejadian yang merusak alam kayak gini, saya ngerasa sedih banget. Gimana nasib para tumbuhan dan hewan? Kenapa manusia harus sebodoh itu? Demi kebutuhan konten, feed bagus, atau apalah itu; manusia sampai melupakan keselamatan lingkungan di sekitarnya. Tiga kode etik petualang atau pencinta alam belum diterapkan. :')
BalasHapusSaya pun langsung teringat kalimat dari novel Kamu: Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya (Sabda Armandio). Di bagian ketika tokohnya bertemu dengan orang utan yang bisa berbicara. Mereka berbincang-bincang tentang alam, lalu orang utannya bilang begini, "Buat apa alam diselamatkan? Lagi pula diselamatkan dari siapa? Alam selalu bisa menjaga diri, ia bisa menyembuhkan luka sendiri. Pohon dan rumput akan tetap tumbuh meski kita tak ada. Justru kita yang harus saling menyelamatkan, bukan?"
Itu satire sekali. :(
Semoga kejadian ini bisa jadi pelajaran buat kita semua. Semoga hal-hal semacam ini nggak keulang lagi. Aamiin. Meski sedih, entah mengapa ada rasa bahagia bercampur haru ketika para travel influencer itu menyuarakan kepeduliannya. Saya yakin masih banyak orang yang peduli sama alam sekitar. Termasuk Mbak yang bikin tulisan ini. Terima kasih. :)
Waduh, kelakuan pengunjung prewedding yang diduga penyebab kebakaran ..., sangat disayangkan.
BalasHapusItu sama saja, demi kepuasan koleksi foto pribadi tapi merusak kepuasan orang lain melihat keindahan alam disana.
Kedepannya, peristiwa seperti ini jangan sampai terulang.
Jadi inget beberapa tahun yang lalu wisata ke Gili Lawa dan dapat foto-foto yang bagus banget. Alami, nggak usah pakai props apapun. Tapi sebagai savana, saya percaya Gili Lawa akan pulih kembali dalam waktu yang cukup cepat (dibandingkan kebakaran hutan di Kalimantan). Jangan sampai ada pihak yang keterusan dan malah menanami pohon atau tanaman asing yang malahan merusak ekosistem alami Pulau Gili Lawa. Saya masih percaya dengan kekuatan alam, termasuk di Gili Lawa.
BalasHapusMEngaku pencinta alam, tapi kok malah buang sampah sembarangan dan tidak menjaga lingkungan. Miris banget ya mba. Hal kecil bisa menyebabkan kerusakan. BTW, itu mas Akbar ngapain nyeker ke Pulau Padar
BalasHapus