Pelaku Utama dan Penyederhana Diksi
Onix Octarina
18:38
19
Seperti legenda kebanyakan, maka ini adalah sebuah cerita asal-usul yang ingin saya tuliskanOrang-orang terdekat mengenal saya dengan OS. Selain merupakan singkatan dari Onixtin Sianturi, OS memiliki arti Operating System. Memilih inisial OS tentu dengan alasan.
Diambil dari wikipedia, OS atau
sistem operasi (dalam bahasa) berarti perangkat lunak sistem yang mengatur
sumber daya dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk program komputer. Tanpa
sistem operasi, pengguna tidak dapat menjalankan program aplikasi pada komputer,
kecuali program booting.
Sederhananya, Operating System (OS) adalah pelaku utama dalam program aplikasi.
Begitu pula dengan Onixtin Sianturi
(OS) yang juga ingin menjadi pelaku utama dalam cerita perjalanan hidupnya sendiri.
Saya selalu butuh ruang untuk
menuangkan imajinasi, perspektif, atau opini, tanpa diatur dan mengikuti aturan
manapun. Maka terbentuklah sebuah rumah bernama onix-octarina.blogspot.co.id tahun
2013 dengan halamannya yang usang dan penuh rumput bahkan hingga kini ketika namanya
pun sudah berubah menjadi onixoctarina.com. Blog ini masih sama, tidak
terurus namun penghuni di dalamnya tetap ada. Tidak peduli apakah ada tamu yang
berkunjung secara cuma-cuma lalu pergi atau ada pembaca setia tanpa diminta,
blog ini selalu menjadi rumah bagi saya. Ia menjadi tempat bercerita, penerima
sukacita, sekaligus pengawas rutinitas seperti peliput berita. Ia mau menjadi pendengar keluh
kesah tanpa menghakimi seperti orang-orang di luar sana, hingga tidak enggan
saya menyebutnya sebagai pulang.
Ada 3 tajuk yang paling sering saya bahas di rumah ini: heart talks, weekend escape, dan writing competition.
Writing competition saya pilih menjadi halaman depan dan teras. Lebih banyak mengulas sesuatu dengan tema tertentu yang diadakan oleh pihak manapun. Dengan alasan supaya produktif, maka halaman ini sengaja saya buat. Selama bisa diikutkan, kenapa tidak dicoba? Karena saya percaya kata Ariev Rahman, teruslah menulis sampai kau tidak tau kemana tulisan itu akan membawamu. Memang tidak satu-dua-tiga kali saya memperoleh hasil dari tulisan-tulisan itu. Namun ada yang paling saya ingat, untuk kali pertama, saya menginjakkan kaki di Labuan Bajo karena sebuah tulisan dan candu setelahnya.
Memasuki lebih dalam, Weekend escape adalah ruang tamu. Kalau beruntung, siapapun pembacanya juga bisa tiba di ruang keluarga. Ini adalah tempat saya bercerita dikala membutuhkan ruang untuk melarikan diri dari hiruk pikuk kota dan kebisingan sosial. Selalu tentang perjalanan, akhir pekan rasanya menjadi waktu yang pas untuk menemukan hal baru dan berhenti dari rutinitas senin sampai jumat. Maka saya menamainya Weekend escape, biar ada kesempatan untuk menepi dari istilah harus begitu dan begini. Ini juga adalah cerita pertama kali saya keluar dari zona nyaman.
Sedangkan Heart talks adalah tempat yang saya anggap sebagai ruang kamar. Corat-coret dalam hidup saya yang tentu tidak setiap saat mujur, tapi selalu terselip kata bahagia walau kecil porsinya. Heart talks adalah saat-saat saya membuat pernyataan yang mengalir begitu saja, biasanya tulisan-tulisan semacam ini memiliki energi tertentu. Jika sedang kalut, maka rasa dalam tulisan itu juga demikian. Jika mengalami ketakutan tidak beralasan, kejenuhan juga penat, rasa bersalah yang hebat, kecewa dan sedih yang melebur bersama atau bahagia yang sederhana, maka bisa dipastikan itu ditulis di atas kejujuran. Bisa sedang menangis, bangga, atau malah marah saat menuturkannya. Bahkan ketika dibaca berulang besok, lusa, dan besoknya lagi, atau tahun depan, saya masih bisa merasakan kalau energi itu nyata.
Dengan mengandalkan ‘kata-kata’, sebagian besar kalimat dalam kamar saya adalah diksi yang disederhanakan. Saya ingin agar orang-orang mengetahui bahwa menuliskan sesuatu dengan diksi tidak selalu karena galau. Saya ingin agar orang-orang bisa menikmati diksi tanpa harus mendayu-dayu hingga tidak mengerti apa artinya. Saya ingin mengelola emosi dengan cara mengumpulkan kosakata. Saya juga ingin memilihkan kata yang tepat untuk mewakili sebuah gagasan atau kondisi.
Meski ‘bebas’, saya tidak berbuat ‘semau’ saya. Namun tetap berkiblat pada KBBI dan EYD. Karena hidup bebas itu diperbolehkan dan dibutuhkan, tapi tidak asal-asalan. Hal kecil seperti salah ketik atau membedakan ‘Di’ sebagai preposisi dan ‘Di’ untuk prefiks saja disepelekan, apalagi ingin memahami yang lebih rumit semacam apa yang aku mau dan apa yang kau mau? (Fiersa Besari).
Tapi-tapi, kalau kalian menemukan kesalahan itu, tolong cepat beritahu saya! Hahaha!
Ketika menulis di 3 ruang dalam rumah ini, saya selalu butuh ruang sendiri untuk menata atau membiarkannya berantakan, dengan melepas jam tangan dan tanpa menyetel lagu. Saat-saat sedang mendung, senja, dini hari, atau di ruangan sepi, adalah waktu yang pas agar saya bisa bebas berkata apapun dan melihat jari ini saling beradu di keyboard laptop.
Maaf, suka tidak suka dengan tulisan yang terbaca, tidak menjadi urusan saya. Karena saya menulis bukan untuk orang lain, tapi diri sendiri. Ketika begitu banyak suara berseliweran yang harus didengarkan, saya memilih menuliskannya.
Meski sering kali menuliskan banyak hal dalam blog ini, tapi ketahui saja, pembaca hanya mengetahui 1% dari hidup saya. 99% lainnya kemana? Ada di dapur. Masih saya sekat sebagai kehidupan pribadi yang tidak perlu diumbar pada orang lain. Alasan utamanya adalah karena saya introvert. Bukan, bukan artinya tertutup atau pemalu, tapi saya lebih memilih menceritakan lebih detail pada orang-orang terdekat dan bisa saya percaya. Memang sudah saya anggap sebagai rumah, namun blog ini masih konsumsi publik, maka tolong pahami.
Jadi, jika yang kalian baca rasanya seperti mengenal saya, maka itu hanya 1%nya saja. Tidak mengapa, 1 adalah angka pelengkap dari 99 lainnya yang sering kali berguna untuk menyempurnakan.
Saya memang tidak mengundang tamu untuk berkunjung, jadi jika ada komentar di kolom itu rasanya adalah yang paling bahagia. Jika ingin berkomentar silakan, namun jika hanya ingin menjadi pembaca saja juga tidak masalah. Saya tidak memaksa, toh kalian tidak pernah menuntut agar rumah yang halamannya masih banyak rumput liar ini dibersihkan secepatnya. HAHAHA.
Salam,
OS (sang pelaku utama dan si penyederhana diksi)
Writing competition saya pilih menjadi halaman depan dan teras. Lebih banyak mengulas sesuatu dengan tema tertentu yang diadakan oleh pihak manapun. Dengan alasan supaya produktif, maka halaman ini sengaja saya buat. Selama bisa diikutkan, kenapa tidak dicoba? Karena saya percaya kata Ariev Rahman, teruslah menulis sampai kau tidak tau kemana tulisan itu akan membawamu. Memang tidak satu-dua-tiga kali saya memperoleh hasil dari tulisan-tulisan itu. Namun ada yang paling saya ingat, untuk kali pertama, saya menginjakkan kaki di Labuan Bajo karena sebuah tulisan dan candu setelahnya.
Memasuki lebih dalam, Weekend escape adalah ruang tamu. Kalau beruntung, siapapun pembacanya juga bisa tiba di ruang keluarga. Ini adalah tempat saya bercerita dikala membutuhkan ruang untuk melarikan diri dari hiruk pikuk kota dan kebisingan sosial. Selalu tentang perjalanan, akhir pekan rasanya menjadi waktu yang pas untuk menemukan hal baru dan berhenti dari rutinitas senin sampai jumat. Maka saya menamainya Weekend escape, biar ada kesempatan untuk menepi dari istilah harus begitu dan begini. Ini juga adalah cerita pertama kali saya keluar dari zona nyaman.
Sedangkan Heart talks adalah tempat yang saya anggap sebagai ruang kamar. Corat-coret dalam hidup saya yang tentu tidak setiap saat mujur, tapi selalu terselip kata bahagia walau kecil porsinya. Heart talks adalah saat-saat saya membuat pernyataan yang mengalir begitu saja, biasanya tulisan-tulisan semacam ini memiliki energi tertentu. Jika sedang kalut, maka rasa dalam tulisan itu juga demikian. Jika mengalami ketakutan tidak beralasan, kejenuhan juga penat, rasa bersalah yang hebat, kecewa dan sedih yang melebur bersama atau bahagia yang sederhana, maka bisa dipastikan itu ditulis di atas kejujuran. Bisa sedang menangis, bangga, atau malah marah saat menuturkannya. Bahkan ketika dibaca berulang besok, lusa, dan besoknya lagi, atau tahun depan, saya masih bisa merasakan kalau energi itu nyata.
Dengan mengandalkan ‘kata-kata’, sebagian besar kalimat dalam kamar saya adalah diksi yang disederhanakan. Saya ingin agar orang-orang mengetahui bahwa menuliskan sesuatu dengan diksi tidak selalu karena galau. Saya ingin agar orang-orang bisa menikmati diksi tanpa harus mendayu-dayu hingga tidak mengerti apa artinya. Saya ingin mengelola emosi dengan cara mengumpulkan kosakata. Saya juga ingin memilihkan kata yang tepat untuk mewakili sebuah gagasan atau kondisi.
Meski ‘bebas’, saya tidak berbuat ‘semau’ saya. Namun tetap berkiblat pada KBBI dan EYD. Karena hidup bebas itu diperbolehkan dan dibutuhkan, tapi tidak asal-asalan. Hal kecil seperti salah ketik atau membedakan ‘Di’ sebagai preposisi dan ‘Di’ untuk prefiks saja disepelekan, apalagi ingin memahami yang lebih rumit semacam apa yang aku mau dan apa yang kau mau? (Fiersa Besari).
Tapi-tapi, kalau kalian menemukan kesalahan itu, tolong cepat beritahu saya! Hahaha!
Ketika menulis di 3 ruang dalam rumah ini, saya selalu butuh ruang sendiri untuk menata atau membiarkannya berantakan, dengan melepas jam tangan dan tanpa menyetel lagu. Saat-saat sedang mendung, senja, dini hari, atau di ruangan sepi, adalah waktu yang pas agar saya bisa bebas berkata apapun dan melihat jari ini saling beradu di keyboard laptop.
Maaf, suka tidak suka dengan tulisan yang terbaca, tidak menjadi urusan saya. Karena saya menulis bukan untuk orang lain, tapi diri sendiri. Ketika begitu banyak suara berseliweran yang harus didengarkan, saya memilih menuliskannya.
Meski sering kali menuliskan banyak hal dalam blog ini, tapi ketahui saja, pembaca hanya mengetahui 1% dari hidup saya. 99% lainnya kemana? Ada di dapur. Masih saya sekat sebagai kehidupan pribadi yang tidak perlu diumbar pada orang lain. Alasan utamanya adalah karena saya introvert. Bukan, bukan artinya tertutup atau pemalu, tapi saya lebih memilih menceritakan lebih detail pada orang-orang terdekat dan bisa saya percaya. Memang sudah saya anggap sebagai rumah, namun blog ini masih konsumsi publik, maka tolong pahami.
Jadi, jika yang kalian baca rasanya seperti mengenal saya, maka itu hanya 1%nya saja. Tidak mengapa, 1 adalah angka pelengkap dari 99 lainnya yang sering kali berguna untuk menyempurnakan.
Saya memang tidak mengundang tamu untuk berkunjung, jadi jika ada komentar di kolom itu rasanya adalah yang paling bahagia. Jika ingin berkomentar silakan, namun jika hanya ingin menjadi pembaca saja juga tidak masalah. Saya tidak memaksa, toh kalian tidak pernah menuntut agar rumah yang halamannya masih banyak rumput liar ini dibersihkan secepatnya. HAHAHA.
Salam,
OS (sang pelaku utama dan si penyederhana diksi)