Minggu, 28 Februari 2016

Gunung Kerinci, Sekali Menjangkau Satu Dua Misteri Terungkap




Kerinci tidak hanya terkenal dengan Aksara Incung, kearifan budaya lokal yang dianggap sakral dan merupakan salah satu aksara tradisional di Indonesia yang terancam punah. Tetapi juga memiliki pesona alam yang eksotis dengan berbagai kejutan di dalamnya, salah satunya Gunung Kerinci, gunung tertinggi di Pulau Sumatera.  

Dengan ketinggian 3.805 meter di atas permukaan laut, Gunung Kerinci tidak hanya menjadi gerbang pendaki untuk memuncak, tetapi sekaligus memanjakan mata wisatawan lokal maupun mancanegara dengan hamparan Kebun Teh Kajoe Aroe yang memesona. Persis di kaki gunung, membentang perkebunan teh seluas 3.020 hektar yang ditanami Teh Ortodox atau teh hitam yang merupakan teh kegemaran Ratu Belanda (Ratu Beatrix) dan Ratu Inggris pada zamannya.

Perkebunan teh tertua di Tanah Air sejak masa penjajahan kolonial Hindia Belanda ini merupakan yang terluas dan tertinggi kedua di dunia setelah Perkebunan Teh Darjeeling di India. Dirintis antara tahun 1925-1928 oleh perusahaan Belanda, Namblodse Venotschaaf Handle Vereniging Amsterdam (NV HVA), sebagian besar produksinya diekspor ke mancanegara.  

Cita rasa dan aromanya yang khas mengingatkan saya saat pertama kali kesana, memancar rindu yang amat sangat. Sejenak pikiran saya berlaga dan ingatan berlarian begitu saja, kenikmatan dari tegukannya sebanding dengan lansekap alam yang tersaji. Menelusuri perkebunan teh sambil melihat para pekerja memetik teh tentu merupakan hal yang menarik, bahkan wisatawan juga boleh memetik teh bersama.

Dibalik keindahan tersebut, tersimpan misteri yang menjadi perhatian masyarakat dari berbagai penjuru. Uhang Pandak. Konon katanya makhluk dengan kaki terbalik dan mampu bergerak lincah ini terdapat di kawasan hutan Gunung Kerinci, Desa Kersik Tuo, Kabupaten Kerinci, Jambi . Hal tersebut mengundang para ilmuwan, ahli primata, bahkan direktur zoology untuk melakukan ekspedisi dan penelitian terkait. Beberapa peneliti asing mengklaim telah bertemu dengan sosok misterius atau orang pendek di gunung ini. Salah satu referensi awal mengenai keberadaannya berasal dari tulisan William Marsden, pegawai asal Inggris di East India Company di buku The History of Sumatera yang terbit pertama pada 1783. Sejumlah ilmuwan Inggris seperti Deborah Martyr pada tahun 1990-an juga beberapa kali melakukan penelitian. Keunikan tersebut justru menambah daya tarik tersendiri bagi para pelancong. 

 Sumber : www.triptrus.com
Tak hanya itu, adapun destinasi alam lain di lereng Gunung Kerinci yang juga memiliki keindahan alami yaitu Danau Belibis. Dengan luas sekitar 2 ha, danau kaldera ini dikelilingi oleh tebing-tebing curam yang hampir seluruh permukaannya tertutup oleh Belibis dan berbagai jenis satwa lain. Danau Belibis dengan alam yang masih asli memberikan sentuhan berbeda, di tengah-tengah danau terdapat pulau terapung yang konon katanya memiliki magnet bak segitiga bermuda yang dapat menyeret hanyut seseorang. Sebagaimana cerita dari masyarakat setempat, Belibis sebagai penghuni danau tersebut merupakan perwujudan dari manusia-manusia yang sempat hilang. Mereka adalah sekelompok pekerja dalam satu rombongan ketika mengadakan sebuah kunjungan ke danau air tawar tersebut. Hal itu terjadi ketika awal pembukaan perkebunan teh oleh Belanda pada zaman dulu. 

Hamparan Kebun Teh Kajoe Aro dan Danau Belibis yang bertaut dengan Gunung Kerinci di bawah langit biru lazuardi yang membentuk garis horizon di kejauhan merupakan pesona alam yang mengagumkan. Sungguh indah mendekap keramahan khas Kerinci yang berdenting pelan. Dari kediaman, saya menyampaikan alunan rindu akan kearifan budaya juga keindahan warna yang tentu menentramkan kalbu dan menenangkan jiwa.

Untuk menuju lokasi Kebun Teh Kajoe Aro hanya perlu mengikuti jalur pendakian Gunung Kerinci. Sedangkan Danau Belibis dapat diakses melalui Desa Gunung Labu atau Desa Kebun Baru dengan jarak tempuh dari Kota Sungai Penuh sekitar 52 km yang notabenenya dekat dengan perkebunan teh. Jalur penerbangan menuju basecamp Gunung Kerinci dapat diakses melalui Jakarta tujuan Bandara Sultan Thaha Jambi dari berbagai maskapai yang melayani yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, Citilink. Jarak yang ditempuh dari Kota Jambi menuju basecamp sekitar 550 km dengan waktu perjalanan 8 – 12 jam melalui Kota Sungai Penuh dan tarif sekitar Rp 100.000-Rp 150.000, kemudian dilanjutkan dengan angkutan umum menuju Desa Kersik Tuo. 

Selain itu, penerbangan juga bisa melalui Jakarta tujuan Padang Bandara Internasional Minangkabau. Dari Padang menuju basecamp dengan menggunakan bus Padang-Sungai Penuh dengan menempuh jarak sekitar 300 km hanya memakan waktu 5 – 8 jam saja, melewati Muara Labuh dan Taman Hutan Raya Muhammad Hatta, namun tarif Jakarta – Jambi relatif lebih murah daripada melalui Padang.

 Sumber : www.ozgurguker.com

Salah satu wilayah yang ingin saya kunjungi adalah Turki. Dengan berbagai
atraksi alamnya yang khas, saya bersama seorang sahabat yang sedang melanjutkan pendidikan di sana akan berpetualang melintasi selat yang memisahkan Asia dan Eropa, yang jika berdiri mengamati sekitarnya saya akan tersadar bahwa sedang berada diantara dua benua besar.

Ada Ephesus peninggalan Yunani dan Hippodrome peninggalan Romawi nan megah yang menanti. Menara Galata atau menara batu abad pertengahan yang mendominasi langit dan affords vista panorama kota Istanbul Lama akan menjadi tujuan kami selanjutnya. Ada juga Pamukkale atau "benteng kapas" yang tak kalah memikat, salah satu situs alam warisan dunia UNESCO ini terletak di Provinsi Denizli yang berisi air panas dan travertine. Penelusuran kami  berikutnya yaitu Cappadocia atau tempat kuda-kuda indah yang terletak di daerah Anatolia Tengah, Turki. Jembatan yang digunakan dalam jalur perdagangan sutra ribuan tahun yang lalu ini menambah keunikan Turki yang extraordinary. Dari kejauhan, destinasi alam di Negeri Al-Fatih berpendar kuat, entitasnya yang dikara membuat semangat saya menggebu untuk melancong kesana.  


Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.