Sabtu, 30 September 2017

Demi Kereta Api Indonesia Mewujudkan “Good Corporate Governance”

Kebutuhan Transportasi Saat Ini
Tingginya aktivitas masyarakat berpindah dari satu tempat ke tempat lain menjadi hal yang tidak dapat terelakkan. Transportasi publik menjadi sarana yang dapat mendukung pergerakan atau mobilitas masyarakat saat ini. Dengan alasan kemudahan, keamanan, dan kenyamanan, kereta api menjadi pilihan masyarakat Indonesia karena merupakan salah satu transportasi massal yang memenuhi standar kelayakan. Kereta api merupakan moda transportasi darat berbasis jalan rel yang efisien dan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan daya angkut baik berupa manusia ataupun barang yang lebih besar dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Begitu juga dengan konsumsi bahan bakar kereta api yang relatif lebih hemat.
Stasiun Jatinegara-Bogor
Sumber: dokumentasi pribadi

Bagaimana Wajah Kereta Api Indonesia?
PT KAI adalah perusahan satu-satunya milik pemerintah yang menyediakan jasa transportasi kereta api. Perkeretaapian di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif solusi dalam menyelesaikan permasalahan kemacetan. Melihat dari wajah Kereta Api Indonesia saat ini, harapan tersebut tampaknya belum dapat terealisasi. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik, jumlah penumpang kereta api di Jawa dan Sumatera pada Juni 2016 menjapai 29,2 juta orang. Kondisi ini menyebabkan jumlah kereta tidak sesuai dengan kapasitas penumpang karena kurangnya armada. Hal tersebut saya rasakan saat mengggunakan KRL di daerah Jabodetabek dengan pembludakan penumpang setiap harinya. Padahal, commuter line kini sudah menjadi pilihan moda transportasi masyarakat, karena selain cepat, penggunaan kereta lebih murah jika dibandingkan dengan transportasi lain. Selain itu, realita yang ada ditunjukkan dari pelayanan PT. KAI yang terdiri dari dua aspek, yaitu pelayanan internal dan pelayanan eksternal.

Pelayanan Internal
Baik atau buruknya kualitas pelayanan dapat dilihat dari fasilitas di dalam kereta. Meskipun kereta memiliki kelasnya masing-masing (ekonomi, bisnis, eksekutif), namun ketiga kelas tersebut seyogyanya memenuhi standar kenyamanan penumpang terutama kereta api yang memiliki jarak tempuh jauh. Kondisi pelayanan internal KAI dilihat dari perawatan fasilitas kereta yang belum optimal, seperti AC yang mati atau tidak dingin, jumlah kursi yang belum mencukupi, hingga tidak adanya pemecah kaca untuk keselamatan. 

Pelayanan Eksternal
Salah satu fasilitas yang disediakan berkaitan dengan perkeretaapian adalah stasiun kereta untuk tempat naik dan turunnya penumpang. Kondisi Kereta Api Indonesia ini mengalami suatu siklus penurunan. Walaupun beberapa lokomotif kereta sudah dikatakan modern, namun sistem manajerisasi dan pengelolaan kereta api masih belum maksimal. Ini terlihat dari banyaknya lokomotif yang tidak terawat, gerbong kereta yang begitu kotor dan tidak layak pakai, hingga kondisi rel yang tidak memadai. Prasarana jalan rel yang ada saat ini pada umumnya masih jalur tunggal. Jalur ganda baru tersedia di jalur Jakarta-Cikampek, Jakarta-Bogor, Padalarang-Bandung, dan Surabaya kota-Wonokromo.
“Dalam penyelenggaraan pengangkutan orang dengan kereta api, penyelenggara sarana perkeretaapian wajib mengutamakan keselamatan dan keamanan orang, pelayanan kepentingan umum, sampai mematuhi jadwal keberangkatan kereta api”- Menurut UU No. 23/2007 Perkeretaapian stasiun kereta api pasal 133 Ayat (1)
Pasal 137 menyebutkan pelayanan angkutan orang dengan kereta api harus memenuhi standar pelayanan minimum mulai dari pelayanan di stasiun keberangkatan, dalam perjalanan, hingga sampai di stasiun tujuan. Namun dalam implementasinya, masih banyak keluhan dari para penumpang. Menurunnya kualitas pelayanan KAI dapat dilihat dari pelayanan jual beli tiket, keamanan, kenyamanan, ketertiban dan sikap dari petugas stasiun. Pelayanan di stasiun dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kurangnya kedisiplinan baik petugas maupun penumpang, faktor alam atau bencana, dan perilaku perorangan yang meliputi keamanan. Selain faktor kriminalitas, bentuk dan luas peron turut menjadi faktor penyumbang turunnya tingkat keamanan di stasiun. Luas peron yang kurang memadai menyebabkan penumpang dan pedagang asongan berdesakan saat menunggu datangnya kereta.

Solusi Cerdas Mewujudkan “Good Corporate Governance”
Salah satu faktor penyebab menurunnya kualitas pelayanan Kereta Api Indonesia adalah penggunaan teknologi di bidang perkeretaapian yang belum optimal dibandingkan dengan moda transportasi darat lainnya. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah menyebutkan bahwa pengelolaan BUMD harus memenuhi beberapa unsur, diantaranya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance/GCG). Mindset yang tadinya product oriented diubah menjadi customer oriented yang artinya kebutuhan pengguna jasa yang harus diwujudkan. Pelayanan prima menjadi kata kunci yang harus selalu dijunjung dalam setiap lini kerja KAI, sehingga dapat mengubah wajah perkeretaapian negeri ini.
Teknologi informasi telah menjadi sumber daya yang harus dikuasai perseroan untuk memberikan gebrakan pelayanan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. KAI saat ini telah melahirkan berbagai layanan berbasis TI seperti Mobile Ticketing, E-Ticketing, E-Gate, E-Parking, boarding pass, Pre Order Meals, dan Railpay.

Sistem Informasi Terintegrasi: Kereta Api Indonesia di Masa Mendatang
Inovasi-inovasi dari PT.KAI yang ada menjadi landasan solusi cerdas untuk memperbaiki sistem kereta api saat ini, yaitu Sistem Informasi Terintegrasi. Dikatakan terintegrasi karena semua laporan yang diberikan masyarakat terpusat pada PT. KAI sehingga memudahkan perseroan untuk menindaklanjuti permasalahan yang terjadi di lapangan.
Sistem ini merupakan sistem berbasis teknologi yang melibatkan peran publik atau pengguna kereta api untuk ikut serta melaporkan kondisi armada kereta saat menggunakannya, seperti fasilitas dalam kereta yang belum memadai, keterlambatan kereta, atau kinerja kereta api lainnya. Laporan yang berisi narasi, foto, dan lokasi stasiun dapat dikirimkan melalui berbagai media termasuk website, SMS dan juga aplikasi mobile untuk IOS serta Android. Setelah itu, harus diverifikasi oleh administrator untuk kejelasan dan kelengkapan paling lambat 3 hari kerja setelah pelaporan dilakukan. Aplikasi ini tidak akan mengungkap identitas pelapor karena akan berfokus pada materi informasi yang dilaporkan.  
SI-KAI (Aplikasi berbasis teknologi untuk mewujudkan Kereta Api Indonesia di masa mendatang)
Pelayanan adalah hal yang menentukan kenyamanan masyarakat sehingga dapat mempengaruhi pilihan moda transportasi masyarakat. Pelayanan yang buruk dapat menurunkan minat masyarakat untuk menggunakan transportasi tersebut. Sebaliknya, jika pelayanan yang diberikan baik, maka dapat meningkatkan minat masyarakat. 
Sistem Informasi Terintegrasi ini bersifat dua arah, sehingga masyarakat dapat berinteraksi dengan pemerintah secara interaktif dengan prinsip mudah dan terpadu untuk pengawasan pembangunan dan pelayanan transportasi publik. Dengan demikian, fungsi perkeretaapian untuk pelayanan umum kepada masyarakat dapat senantiasa mewujudkan 4 pilar utama yaitu keselamatan, ketepatan waktu, pelayanan dan kenyamanan.
“Pemeliharaan rel, pemeliharaan sinyal, pemeliharaan fasilitas kereta, semuanya itu menjadi bukan hanya menjadi tanggung jawab PT KAI saja, tetapi juga menjadi tanggung jawab seluruh bersama” – Dharmaningtyas, pengamat transportasi



Referensi:
http://news.liputan6.com
https://swa.co.id

Artikel ini diikutkan dalam lomba Kereta Api Indonesia di Masa Mendatang

Kamis, 28 September 2017

Mahasiswa Manfaatkan Geospasial di Lingkungan Kampus

Ada Apa dengan Kampusmu Saat Ini?
Kampus adalah sarana yang dibangun untuk menunjang suatu proses belajar mengajar yang lebih tinggi setelah mengikuti tingkatan pendidikan dasar, menengah pertama dan menengah atas maupun kejuruan. Sebagai mahasiswa yang sering bolak balik dari kos-kampus, tentu saya menyadari apa saja hal-hal yang pernah terjadi di lingkungan Universitas. Baru saja setelah penerimaan mahasiswa baru tahun 2017, linimasa di media sosial sedang viral dengan publikasi Formasi Mozaik ODM Universitas Diponegoro 2017 di salah satu stasiun swasta Indonesia. Selain sebagai bagian dari penutupan Orientasi Diponegoro Muda, formasi peta Indonesia dan bendera merah putih ini dilakukan untuk merayakan ulang tahun Republik Indonesia ke 72. Ribuan mahasiswa baru Universitas Diponegoro membuat konfigurasi peta Indonesia dan membentuk bendera merah putih raksasa (Kompas Tv, 2017). 
Formasi Bendera Merah Putih oleh Mahasiswa Baru Undip 2017
Sumber: ODM UNDIP 2017

Formasi Peta Indonesia oleh Mahasiswa Baru Undip 2017
Sumber: ODM UNDIP 2017
Sebenarnya sebelum formasi seperti ini mencuat ke publik, pihak panitia penerimaan mahasiswa baru juga melakukan hal yang hampir sama saat saya menginjakkan kaki di Universitas Diponegoro pertama kali pada tahun 2014. Bedanya adalah bentuk formasi dan tingkat kesulitannya saja. Dengan memanfaatkan tanah (Lapangan Stadion Undip) sebagai ruang permukaan bumi sebagai sarana pembentukan formasi mozaik tersebut, secara langsung hal tersebut berkaitan erat dengan geospasial.  
Kenapa? Karena pada dasarnya Informasi Geospasial atau yang sering dikenal dengan data spasial adalah data yang yang memiliki referensi ruang kebumian (georeference) dengan data atribut terletak dalam berbagai unit spasial.

Mengapa Harus Informasi Geospasial?
Informasi Geospasial dapat meliputi lokasi geografis, dimensi atau ukuran, karakteristik objek baik alam maupun manusia yang berada di permukaan bumi yang dinyatakan dengan sistem koordinat tertentu. Sebagai mahasiswa perencanaan wilayah dan kota, tentu hal ini sudah tidak asing bagi saya. Saat ini, data spasial menjadi media penting untuk perencanaan pembangunan dan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah continental, nasional, regional maupun lokal. Informasi Geospasial diperlukan oleh instansi pemerintah dan masyarakat di semua tingkatan/level untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dalam semua aspek pembangunan nasional agar dapat menentukan arah kebijakan yang sesuai.

Faktanya, untuk mendukung segala aktivitas yang berhubungan dengan ketersediaan data spasial, DPR RI telah mengesahkan Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Undang-Undang Informasi Geospasial (UUIG). Pasal 2 huruf (c) dan pasal 2 huruf (f) menyebutkan bahwa Informasi Geospasial diselenggarakan berdasarkan asas keterbukaan dan kemanfaatan.
Lahirnya UU Informasi Geospasial membawa konsekuensi perubahan Bakosurtanal menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG), dengan tugas dan fungsi yang lebih besar dari pada Bakosurtanal. BIG menjadi lembaga yang tidak hanya mengkoordinasikan kegiatan survei dan pemetaan untuk menghasilkan peta, namun lebih dituntut pula kepada hasilnya sebagai sumber Informasi Geospasial, yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian program pembangunan nasional dapat direncanakan dan dilaksanakan secara tepat lokasi dan tepat sasaran (Badan Informasi Geospasial, 2012). 

Apa Saja Manfaat Informasi Geospasial?
Pemanfaatan Informasi Geospasial oleh berbagai sektor semakin meningkat seiring kemudahan dan kecepatan teknologi berbasis spasial. Perencanaan berbasis spasial lebih efektif dan efisien apabila dibandingkan dengan perencanaan secara kualititatif. Tidak hanya dalam dunia akademik atau media penting dalam pembangunan saja, kini geospasial dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, kampus misalnya. Persiapan Formasi Mozaik ODM 2017 ini dilakukan oleh tim Fakultas Teknik Geodesi Universitas Diponegoro yang berjumlah 15 orang selama 2 hari dengan berbagai kendala yang dihadapi. Formasi tersebut dibentuk dengan cara kerja sebagai berikut:  
1. Menggunakan peta rupa bumi Indonesia sebagai acuan untuk menentukan titik koordinat dan frame di lapangan.
2. Mengolah data yang sudah diperoleh atau memperkecil skala bentuk pulau Indonesia dan dipindahkan ke titik koordinatnya.
3. Menentukan tempat peletakan alat yang digunakan untuk membentuk formasi dan posisi 0 derajat.
4. Menghitung sudut pusat tempat peletakan alat tersebut menggunakan Ms.Excel yang bertujuan untuk menentukan jarak dan sudut lainnya.  
5. Mengaplikasikan hasil dari tabel Ms.Excel pada frame yang sudah dibuat sebelumnya di lapangan.

Sumber: Kompas Tv 
Menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 2011 tentang Undang-Undang Informasi Geospasial, geospasial adalah sifat keruangan yang menunjukkan posisi atau lokasi suatu objek atau kejadian yang berada di bawah, pada, atau di atas permukaan bumi yang dinyatakan dalam sistem koordinat tertentu. Informasi Geospasial yang mencakup peta, merupakan informasi yang sering digunakan oleh masyarakat, mulai dari siswa-siswa tingkat SD hingga Mahasiswa. Bahkan penggunaan Informasi Geospasial ini sudah menjadi gaya hidup yang dibarengi dengan adanya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 


Sumber pendukung:
http://www.bakosurtanal.go.id
http://tv.kompas.com
ODM UNDIP 2017 (Resi Yuliani, tim Geodesi Undip)


Artikel ini diikutkan dalam lomba Kompetisi Blog #Geospasial untuk Kita dengan tema Gaya hidup memanfaatkan #geospasial

Senin, 25 September 2017

Tidak Hanya Sebatas Halaman Rumah

“Dunia tidak hanya sebatas halaman rumah, jalanan macet, sepetak kubikel kantor yang sempit. Dunia juga kaya rasa, jauh lebih bercitarasa jika dibandingkan dengan sekotak nasi sayur bekal makan siang. Ada banyak cara untuk menjelajahinya selagi masih bisa.” – Fahmi Anhar


Dari kiri: Nadia, Aswad, Bogel, Onix, Siti, Agas

Menjadi ‘anak rumahan’ rupanya telah lama merayap diam-diam dalam diri saya. Konsisten pada sepetak meja dan layar laptop tampaknya menjadi alasan untuk enggan beranjak. Mengklaim kalau itu adalah sebuah nyaman, saya pernah merasa cukup untuk tidak kemana-mana, karena ada begitu banyak hal yang memberi batas pada langkah tanpa sengaja.

Dulu, saya bermimpi bisa memupuk kebanggaan pada suatu pencapaian. Dulu, saat saya belum mengenal ruang di luar rumah. Lantas sejak satu-dua-kali perjalanan yang mengajari saya untuk mendengar alam lebih jernih dan menjajal rasa takut pada hal-hal tak terduga, perlahan ironi monoton dalam keseharian saya berangsur hilang, walau belum tuntas sepenuhnya.
Dulu, saya mengira kalau menenggak tawa butuh waktu lama. Pernah saya mengira hal tersulit adalah keluar dari suatu zona. Nyatanya dengan mencipta memori perjalanan bisa mencakup semuanya.
-**-
Aswad yang iseng kami ajak main saat itu mengaku punya jadwal lain. Sekitar pukul 8 malam, ia malah menawarkan di chat room yang saya dan Nadia sebut MPC terselubung “Jogja atau Wonosobo? Silakan dipilih”. Antusias? Jelas! Wonosobo adalah wish list saya tahun ini, entah Aswad sedang bercanda atau tidak, spontan saya balas “Wonosobo gas”.

Kadang sebuah perjalanan tidak perlu itinerary, entah kemana tujuannya dan bagaimana bisa sampai di sana. Hanya butuh beberapa jam untuk ‘mencari massa’ walaupun dengan sedikit drama. Dengan meeting point di kontrakan Bogel, kami gegas meluncur ke Wonosobo kira-kira pukul 2 dini hari. 

Jarus. Itulah sebutan bagi pejalan yang tidak perlu pikir panjang untuk menyiapkan babebubibo perjalanan. Setelah kurang lebih 3,5 jam melewati rute Sumowono-Temanggung, kami berenam tiba di gardu pandang Dieng. Ya, setelah berbagai umpatan mahasiswa-mahasiwa semester 7 yang sudah sedikit jam terbang ini akibat suhu 15 derajat. Rupanya menggigil karena dingin tidak sebercanda kala bernyanyi Sembilan, Sepuluh, biarlah berlalu~~~ HAHA LOL.

Sejenak Aswad, Agas, Bogel, dan Siti menunaikan shalat subuh di sana. Sementara saya, Nadia, dan sekelumit ­kebodohan, tertawa menggigil sambil menyeruput secangkir popmie. Jangan heran jika saya lebih menggunakan kata ‘seruput’ di sini, karena ketika suhu tidak bisa diajak kompromi, maka semua adalah mungkin.
“Orang-orang di sini kok bisa tahan banget ya,” cetus Nadia saat kami melahap popmie.
“Kalo nggak dingin bukan Dieng namanya, mba.” Suara bapak paruh baya yang sedang menyalakan tungku terdengar samar.
“Ya kan udah biasa, Nad,” jawab saya sekenanya.

Namun, sekatrok-katroknya saya dengan suhu yang kontras dari Semarang ini, lebih katrok lagi saat saya menyaksikan fajar-dengan-warna-keemasannya yang ingin menampakkan diri. Percaya atau tidak, saya ingin menangis melihatnya. Maaf katrok, karena selama 20 tahun, saya menyadari kalau ada begitu banyak hal yang ternyata sudah saya lewatkan. Hamburan cahayanya, perpaduan gunung yang menghimpitnya, warna langitnya antara biru dan kelabu, lampu-lampu rumah penduduk yang tersebar berantakan dari kejauhan, dingin menggigil yang menusuk, adalah satu paket yang bisa saya nikmati karena baru saja keluar dari zona nyaman.


“Ayo selfie!” Ajakan mainstream untuk mengabadikan momen menjadi pelengkap di pagi itu.
“Satu, dua, ti...”


Ke hadapan kami berenam dan sekian banyaknya wisatawan di gardu pandang, terima kasih Dieng karena telah membuat saya jatuh hati dan ingin ke sana lagi.
-**-
Dengan alasan ‘tidak keburu’ melihat Golden Sunrise di Sikunir, kami baru beranjak sekitar pukul 6 pagi.
Akibat ulah Agas yang tidak terkendali seperti pertumbuhan Eceng Gondok di Rawa Pening-_- alhasil sarung tangan sebelah kanan saya sudah berpindah kepemilikan ke mas-mas-di pinggir jembatan. Jangan tanya kenapa bisa zz
Menyusuri jalan menuju Sikunir, lagi-lagi kami gagal menahan keluhan.
“Mulih, mulih!”
Saya yang tadinya kesal dengan suhu dingin tertawa mendengar Agas berdalih demikian. Entah berapa banyak gerakan tambahan yang kami ciptakan untuk berhadapan dengan lingkungan.  
“Eh aku tadi sama Akbar malah balas-balasan kentut,” gumam Nadia dengan wajah polosnya.
Sontak kami tertawa.
“Iya tau, tadi dia bilang, aku angkat dulu ya mau kentut,” tambahnya.
“Hahaha. Iya kan dingin, Nadia sampe hapal suaranya lagi,” jelas Akbar.

Untuk waktu yang sebentar, kami menepi ke pinggir jalan menyepakati sesuatu. Baru saja berhenti, Bogel a.k.a Akbar menginstruksikan untuk melihat ke belakang.
“Liat tuh bapaknya nyetir pake handuk,” ujar Bogel usil.
“Tadi aku kira handuknya buat di kepala, ternyata di tangan hahaha,” tambahnya.
“HAHAHA,” tawa kami meledak bercampur gigil.

Melihat banyaknya orang-orang yang turun, mungkin mereka menerka ‘kenapa baru jam segini naik ke Sikunir’. Seperti bisa membaca pikiran, seorang bapak menanyakan hal tersebut.
“Mau liat Sunpride, pak,” jawab Agas spontan. Si bapak berangsur pergi, tidak lagi membalas sahutannya.
Kami hanya nyengir, lantas Siti bergumam, “Ayo ah, nenek kakek aja kuat.”
Diantara kami, ia yang paling bersemangat menapaki anak tangga. Berbeda dengan saya yang kerap kali tertinggal di belakang.
“Nafasku pendek,” alibi saya saat dicemooh haha. 

Setibanya di atas, semua momen yang diabadikan menjadi kewajiban tersendiri bagi juru foto, Aswad dan Bogel. Mulai dari siluet, lansekap, selfie, sampai video-video tak berfaedah bisa diciptakan dengan baik. 






Dari ketinggian, saya bisa merasakan kedamaian yang tidak ada dalam setumpuk tugas, sederet deadline, dan sepanjang koridor kos-kampus. Tidak pernah ada. Saya bisa melihat rumah penduduk lokal, danau, gunung, terasering ada dalam satu lansekap, ditambah dengan keramahan khas alamnya.





“Lari ya ke sana, nanti aku rekam,” Bogel mengawali.
“Ih kan, nggak ada yang lari,” protes Siti karena tidak ada yang mengikutinya.
“Iya beneran divideoin ini,” Aswad mempertegas.
“Satu, dua...” pandu Bogel memberi aba-aba.

Baru sekitar 2 meter berlari, Nadia berhenti dan menoleh “Heh pembodohan kan ini, nggak direkam kan? Aku nggak mau ikutan ah udah,” gerutu Nadia karena tidak percaya.
“Zz beneran direkam loh ini Nad, ya udah kamu nggak usah ikut. Ayo ulang lagi,”
Mendengar Bogel mulai mengomel, saya jadi teringat dengan logatnya yang khas saat mengatakan “Iya di sana ada Stoberi.”
S-T-O-B-E-R-I. HAHAHA!
Sama halnya dengan Nadia yang sebelumnya bergumam, “Kayak Raksaksa itu lho.”
R-A-K-S-A-K-S-A. HAHAHA!
Belum lagi saat Aswad bertingkah konyol layaknya Koala, atau Nadia dan Bogel bersahut-sahutan menirukan suara monyet, dan Agas yang merasa mirip Kuda (aku doang yang normal haha).


Tak peduli seberapa terlihat bodohnya kami, karena yang saya tahu bahagia bukan dicari, tapi diciptakan. Nyatanya kami juga punya sekelumit problematika, tapi tetap bisa menciptakan tawa.





Selepasnya dari Sikunir dan merehatkan diri, kami gegas menuju Menjer. Butuh waktu sekitar 30 menit dari lokasi sebelumnya. Dengan alibi kelelahan, kami berlima terlelap bebas beratapkan langit, beralas rumput dan kain.
Kenapa berlima? Karena Siti udah nggak dianggap. HAHA.   





Merebahkan diri di pinggir telaga adalah hal pertama kali yang saya lakukan. Dari sekian banyak kesempatan untuk bisa tidur di atas kasur kosan yang nyaman, saya memilih untuk berada di sana. Seperti lagu favorit Bogel, saya memilih untuk keluar dari zona nyaman. Daripada pagi ke pagi, ku terjebak di dalam ambisi, mending sembilan, sepuluh, biarlah berlalu~~
Karena percayalah, dunia tidak hanya sebatas halaman rumah, jalanan macet, atau sepetak kubikel kampus yang sempit. Ada banyak cara untuk menjelajahinya selagi masih bisa.



Salam hangat,
dari yang baru pertama kali ke dataran tinggi Dieng, dan kemudian jatuh hati.
OS,


-Semarang-

Thanks to Aswad dan Bogel untuk dokumentasi yang bikin semuanya terlihat nyata. Terima kasih sudah menjadikan perjalanan ini terjadi eaaaa~~

Mengetahui Potensi Tak Terduga di Laut Indonesia Melalui Geospasial

Ada Apa dengan Laut Indonesia?
Indonesia merupakan negara maritim, dengan luas wilayah perairan 6.315.222 km2 dengan panjang garis pantai 99.093 km2. Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, terdapat 16.056 pulau di Indonesia yang terpisahkan oleh lautan. Melalui Geospasial diketahui bahwa lautan yang membentang tersebut ternyata memiliki potensi energi yang besar. Pemetaan potensi sumberdaya laut juga perlu dilakukan sebagai awal dalam pengelolaan sumberdaya dalam tahapan eksplorasi pendahuluan. Penginderaan jauh (Inderaja) merupakan alat bantu yang merekam rona lingkungan bumi yang mampu menginterpretasi potensi eksplorasi kelautan. Dengan menggunakan data citra satelit, biaya eksplorasi akan lebih rendah, termasuk efisiensi dalam mendukung pemanfaatan energi. 
Crystal Bye, Nusa Penida Bali
Photo by: Aswad

Nusa Penida, Bali
Photo by: Aswad

Setangi Lombok
Photo by: Aswad
Saat ini data spasial menjadi media penting untuk pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan pada cakupan wilayah continental, nasional, regional maupun lokal. Mengingat wilayah Indonesia dua per tiga bagiannya adalah laut, Informasi Geospasial diperlukan untuk perencanaan pembangunan pada wilayah pesisir, kelautan dan perikanan. Hal ini bertujuan untuk mendukung penataan ruang laut nasional.
Pulau-Pulau Indonesia
Sumber: NASA via Goodnews from Indonesia
Undang-Undang No. 4 Tahun 2011 tentang Informasi Geospasial (UU IG) merupakan undang-undang pertama yang mengatur tentang penyelenggaraan Informasi Geospasial di Indonesia. Undang-undang ini bertujuan untuk menjamin ketersediaan dan kemudahan akses Informasi Geospasial yang dapat dipertangungjawabkan.
Lahirnya undang-undang ini membawa konsekuensi perubahan Bakosurtanal menjadi Badan Informasi Geospasial (BIG), dengan tugas dan fungsi yang lebih besar dari pada Bakosurtanal. BIG menjadi lembaga yang tidak hanya mengkoordinasikan kegiatan survei dan pemetaan untuk menghasilkan peta, namun lebih dituntut pula kepada hasilnya sebagai sumber Informasi Geospasial yang dapat dimanfaatkan secara optimal. Dengan demikian program pembangunan nasional dapat direncanakan dan dilaksanakan secara tepat lokasi dan tepat sasaran (Badan Informasi Geospasial, diakses 2017). 

Potensi Tak Terduga di Laut Indonesia
Dalam mendukung pembangunan wilayah kelautan, pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh Indonesia, BIG telah melakukan Pemetaan Karakteristik Laut. Selain itu, BIG juga menyediakan data dan informasi geospasial berupa Peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) berbagai skala, Peta Lingkungan Laut Nasional (LLN), Peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) dengan berbagai skala.
Peta Energi OTEC di Seluruh Dunia
Sumber: Lockheed Martin via Goodnews from Indonesia 
Berdasarkan pemetaan sumberdaya kelautan, diketahui bahwa Indonesia memiliki cadangan panas laut atau yang disebut dengan Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC. Angka potensinya diklaim bisa mencapai 41 gigawatt dan total ada 17 lokasi yang dapat dimanfaatkan (Goodnews from Indonesia, 2017).
Teknologi energi alternatif OTEC merupakan energi terbarukan yang memanfaatkan panas air laut sebagai sumber energi yang mudah ditemukan pada perairan laut tropis. Panas air laut tersebut didapatkan dari sorotan sinar matahari yang memanaskan air laut. 
"Potensi OTEC di Indonesia merupakan yang terbesar di dunia, tersebar di pantai barat Sumatera, Selatan Jawa, Sulawesi, Maluku Utara. Bali dan Lembata NTT. PPPGL telah mengkaji dan meneliti potensi OTEC pada 17 lokasi sebesar 41 GW” -Ediar Usman, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan (PPPGL)
Indonesia bagian timur memiliki suhu yang lebih besar dibandingkan lautan di Indonesia bagian barat. Potensi energi panas laut di perairan Indonesia diprediksi menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Potensi ini menjadi sumber energi alternatif yang menjanjikan di masa mendatang. Pihak PPPGL melakukan Sea Trial  untuk menghitung potensi dari OTEC. Sea trial merupakan persiapan pelaksanaan penelitian identifikasi cekungan sedimenter untuk mendukung penyiapan wilayah kerja (WK) minyak dan gas bumi (Migas). Percobaan ini telah dilakukan di Perairan Arafura, Papua dan OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion) di perairan Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

PPPGL telah merancang langkah strategis dalam riset OTEC, terutama menentukan lokasi prospek seluruh Indonesia sebagai dasar investasi OTEC. Langkah tersebut meliputi survei potensi regional dan rinci, teknis dan ekonomis, survei potensi di Bali Utara dan Lembata menggunakan Geomarin III pada tahun 2017, dan dilanjutkan pra-studi kelayakan dan studi kelayakan pada tahun 2018. Selain itu, kajian aspek teknis dan ilmiah lainnya termasuk sosial, budaya dan ekonomi, pemilihan lokasi pilot project di Indonesia serta dukungan pemerintah pada pengembangan OTEC.

Pentingnya Informasi Geospasial untuk Mengembangkan Potensi Laut Indonesia
Pemanfaatan OTEC akan berdampak positif bagi perekonomian masyarakat. Energi ini bernilai ekonomi lebih tinggi dibanding sumber energi lainnya karena menghasilkan listrik dan air murni akibat penguapan air laut. Geospasial memudahkan pihak pemerintah untuk mengetahui pemetaan sumber energi baru di Laut Indonesia. Informasi geospasial menjadi penting sebagai sarana untuk merencanakan pembangunan di segala sektor, termasuk ruang perairan. Karena pada hakikatnya Informasi Geospasial adalah informasi ruang kebumian, yang menyangkut aspek lokasi, letak suatu objek atau peristiwa (pada, di atas dan di bawah) muka bumi.


Referensi:
http://www.bakosurtanal.go.id/berita-surta/show/pentingnya-informasi-geospasial-untuk-menata-laut-indonesia
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/09/26/menakjubkan-potensi-energi-panas-laut-indonesia-terbesar-di-dunia-ini-jumlahnya

Artikel ini diikutkan dalam lomba Kompetisi Blog #Geospasial untuk Kita dengan tema Gaya hidup memanfaatkan #geospasial
Diberdayakan oleh Blogger.