Jumat, 28 Februari 2014

Masa Depan dalam Genggaman



" It's not about ideas, it's about making ideas happen"


Merasa tertantang dengan masa depan? Ya, tentu saja!
Mengapa demikian? Karena saya bukan sekedar memperhitungkan “apa yang negara ini bisa berikan untuk saya”  melainkan “apa yang saya bisa berikan untuk negara ini”.

Bagaimana mungkin komitmen tersebut bisa terlaksana apabila perubahan saja belum dilakukan? Terlebih jika belum sepenuhnya memahami apa saja tantangan masa depan yang harus ditempuh. Pemahaman mengenai tantangan masa depan perlu ditelusuri agar dalam menyusun konsep kedepan tidak salah sasaran.

Lalu apa saja tantangan-tantangan masa depan yang selalu menjadi kendala anak bangsa dalam membangun negara? Berikut beberapa tantangan masa depan yang harus dihadapi :

Globalisasi Ekonomi

Masalah diberbagai negara dibelahan dunia yang sampai saat ini belum terselesaikan adalah kemiskinan. Akibat perubahan waktu, beberapa negara seperti Indonesia mengalami keterlambatan dalam mengikuti arus globalisasi. Pendapatan perkapita yang dicapai selama ini belum menunjukkan bahwa Indonesia bisa bersaing dengan negara berkembang dan maju lainnya. Dengan kata lain, globalisasi menyaratkan bentuk persaingan yang kompetitif dan ini merupakan tantangan yang harus diwaspadai.

Pengaruh Budaya Asing
Perkembangan teknologi saat ini dibarengi dengan masuknya berbagai budaya asing. Tanpa disadari, budaya tersebut masuk ke negeri kita secara bebas tanpa ada filterisasi. Pada umumnya masyarakat Indonesia terbuka dengan inovasi-inovasi yang hadir dalam kehidupannya, tetapi belum bisa memilah mana yang sesuai dengan aturan dan norma yang berlaku dan mana yang tidak sesuai. Tidak menutup kemungkinan, pengaruh budaya asing tersebut dapat merusak citra budaya Indonesia. Akibatnya keanekaragaman budaya di negara ini tidak diwariskan lagi.

Kesejahteraan sosial
Keadaan yang memprihatinkan kerap saya lihat diberbagai media masa. Kesejahteraan sosial yang rendah selalu menjadi masalah yang terus dipertontonkan. Taraf hidup masyarakat yang semakin menurun tampak dari kehidupan masyarakat yang semakin tidak terarah. Jaminan hidup masyarakat saat ini layaknya perahu ditengah ombak besar, terus diombang-ambing, tidak jelas tujuan dan arahnya.

Pelestarian Lingkungan
Saat ini Indonesia sedang giat-giatnya mewujudkan pembangunan ekonomi yang tentu saja bermakna industrialisasi yang berarti memiliki konsekuensi terhadap kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup. Pemanfaatan sumber daya alam untuk industri yang tidak terencana (eksploitasi) tentu akan mengurangi daya dukung alam dan lingkungan sebagai rumah hidup. Keruntuhan ekosistem pun terjadi dibeberapa tempat dan dampaknya mulai dirasakan. Memang terlihat sepele, tapi hal seperti ini justru mempersulit rencana-rencana dalam menata masa depan.  Oleh karena itu, dalam pembangunan, aspek lingkungan hidup menjadi hal mutlak yang harus mendapat perhatian lebih.

Terlepas dari semua itu, negara Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam, warisan sejarah, keindahan pariwisata, perbedaan suku adat istiadat, serta keanekaragaman budaya. Tetapi yang tak kalah pentingnya, Indonesia juga memiliki potensi sumber daya manusia yang saat ini menjadi aset terpendam. Alangkah sayangnya jika potensi tersebut tidak dibarengi dengan perluasan dan pendalaman pengetahuan guna membangun serta memberikan perubahan menuju negeri nan elok yang jauh lebih baik. Tetapi itu saja tidak cukup! Persiapan-persiapan yang matang juga harus dilakukan!

Penerapan ilmu pengetahuan pada berbagai profesi yang mendukung pembangunan negara harus dibarengi dengan tanggung jawab sosial sepenuhnya. Sebagai generasi bangsa, sudah waktunya kita memulai gebrakan baru. Tanggung jawab sosial dapat diwujudkan dengan cara melibatkan diri dalam berbagai aktivitas sosial yang berlangsung dikehidupan masyarakat. Selain itu, kita juga bisa  mengambil bagian dan turut berperan aktif dalam membangun lingkungan yang mandiri.

Inovatif dan kreatif! Hal tersebut dibutuhkan dalam meningkatkan mutu hidup. Bagaimana mungkin bisa menjadi pemimpin masa depan jika kualitas hidup saja masih dibawah standar? Peningkatan mutu hidup sendiri lebih berorientasi pada manusia sebagai insan sosial yang memiliki jati diri yang khas. Ini bisa dilakukan dengan penguasaan dan pemanfaatan IPTEK secara keseluruhan. Namun penerapan norma-norma dan etika jangan pernah ditinggalkan! Pembangunan memang akan membawa dampak perubahan, tidak hanya dalam bidang ekonomi, tetapi juga dapat menyebabkan pergeseran nilai moral dan etika.

Namun yang tak kalah penting, tidak meremehkan hal-hal kecil dan jangan menganggap diri tahu segalanya. Selain itu, jangan ragu atau takut tampil beda dan tekun atau fokus dalam mencapai tujuan. Menjaga integritas dan menjadi diri sendiri juga hal yang tak boleh dipinggirkan.

Semua hal tersebut perlu dilakukan dalam menjawab tantangan masa depan agar nantinya tercipta pembangunan yang bersih dan sesuai dengan tujuan pembangunan itu sendiri. Mari bersama-sama membangun tanah air tercinta, tanah air Indonesia. 


Referensi:



Read more : Mengenal Dino Patti Djalal lebih dekat

Mengenal sosok Dino lebih dekat




"Sometimes not getting what you want is a wonderful stroke of luck"

S

osok Dino Patti Djalal patut diacungi jempol. Pria kelahiran Beograd, Yugoslavia, 10 September 1965 ini bukan hanya seorang penulis pidato, aktivis pemuda, akademisi, penulis buku best seller nasional, tetapi beliau juga pernah menjabat sebagai Duta Besar RI untuk Amerika serikatTak hanya itu, menjadi Juru Bicara Presiden terlama dalam sejarah modern Indonesia pun sudah dilakoni. Kariernya dimulai di Departemen Luar Negeri tahun 1987. Berbagai penugasan penting pernah diemban, antara lain sebagai Jubir Satgas P3TT (Pelaksana Penentuan Pendapat di Timor Timur), Kepala Departemen Politik KBRI Washington dan Direktur Amerika Utara dan Tengah Departemen Luar Negeri. Ia sempat menjabat sebagai Direktur Urusan Amerika Utara dan Amerika Tengah di Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, sebelum akhirnya bersama Andi Mallarangeng kemudian ditunjuk sebagai juru bicara Presiden masa Susilo Bambang Yudhoyono. Beliau pun terlibat dalam penyelesaian konflik Kamboja, konflik Moro di Filipina, sengketa Laut Cina Selatan, dan konflik Timor Timur.

Dino Patti Djalal mengecap pendidikan di SD Pendiri Muhammadiyah 1912 Muhammadiyah dan SMP Al Azhar. Kemudian melanjutkan pendidikannya ke McLean High School di Virginia Amerika Serikat (1981), pada usia 15 tahun. Lalu memperoleh gelar Bachelor’s Degree in Political Science dari Carleton University (Ottawa, Kanada) dan gelar Master in Political Science dari Simon Fraser University (British Columbia, Kanada). Hingga kemudian meraih gelar doktor bidang hubungan internasional di London School for Economic and Political Science, Inggris pada 2000.

Tapi siapa sangka, dari sekian banyak prestasi yang pernah beliau raih, ternyata pernah menjadi tukang cuci piring saat berusia 14 tahun. Kisah tersebut termuat dalam buku “Life Stories: Resep Sukses dan Etos Hidup Diaspora Indonesia di Negeri Orang”. Bosnya (almarhum Pak Ngkon) kerap memberi tip $10 usai bekerja. Basement KBRI Washington dulu sangat diakrabi oleh Dino. Namun kini tukang cuci piring itu itu adalah orang nomor satu di kantor tersebut. Bukan hanya pernah menjadi tukang cuci piring, tetapi juga pernah menjadi pekerja di gudang KBRI dan bekerja bersama Angky Kadarisman yang bertahun. Saat itu beliau menemukan 'harta karun' berupa buku berjudul “Di Bawah Bendera Revolusi” yang merupakan kumpulan pidato dan tulisan Bung Karno. Buku itulah yang semakin membuat Dino tertarik pada ilmu politik dan diplomasi. Pengalaman kerja membuatnya lebih bertanggung jawab, menghargai aturan, disiplin, dan kalkulatif. Itulah yang membuat sosok Dino kemudian dipercaya sebagai Duta Besar. Gagasan-gagasannya turut membangun diri dan menunjukkan sosok Dino yang sebenarnya : "Define yourself; don't let others define you, and shine through your achievement.  

Semua kemampuan itu diasah dengan susah payah, bukan datang secara alami sejak awal. Dalam perjalanan kariernya, Dino merangkum hal-hal yang perlu diperhatikan, yakni tekun dan berjuang. Hal lain yang tak kalah penting adalah menjadi diri sendiri.



Sabtu, 22 Februari 2014

“What can I do for Jambi?”



Jauh sebelum pelangi menghilang, sebelum kembali pulang untuk merapikan warna-warna indahnya, bahkan sebelum mengucapkan selamat tinggal kepada alam, aku sudah terlahir dalam kondisi yang berbeda dari warga kebangsaan berkulit putih. Selama 17 tahun berkiprah di negeri yang sampai saat ini masih jauh tertinggal dari peradaban, aku bertekad untuk meletakkan mimpi-mimpi yang masih tersimpan rapi ini 3cm dihadapanku. Jauh lebih dekat dari apa yang orang lain bisa genggam dengan mudahnya.  Bahkan hingga awan-awan kecil diatas sana tersenyum bangga ketika melirik negeri ini atau mungkin tak ada lagi yang menganggap bahwa Jambi adalah kota kelingking, kecil dan hampir tidak diperhatikan.

Lalu sampai kapan negeri ini terus tenggelam dimasa modernisasi, sementara potensi-potensi anak muda masih banyak yang bisa digali? Sampai kapan kota beradat ini terus kehilangan warnanya? Terus diambil alih oleh ras kaukasoid yang jauh lebih dipercaya dibanding anak daerah?

Warisan sejarah dan budaya yang tak dikenali masyarakat cukup menjadi modal utama untuk menjadikan ranah melayu ini menjadi negeri yang berpotensi. Selain menambah pendapatan daerah, warga Jambi yang merantau dibeberapa tempat di Indonesia akan selalu merindukan kota kelahirannya yang ternyata memiliki aset. Setidaknya untuk berkunjung atau sekedar menghabiskan waktu liburan. Apalagi jika didukung dengan sarana atau prasarana yang memadai, seperti  halnya di beberapa negara kerajaan atau republik lainnya.  

Kemajuan pendidikan atau persamaan hak juga tak boleh dilewatkan. Apalagi  untuk saat ini sangat diperlukan sumber daya yang mampu menaungi beberapa profesi berpotensi besar. Bahkan bisa kubayangkan ketika nanti daerah ini sudah menjadi kota besar, disegani banyak pihak.

Tak perlu seperti di cerita dongeng majalah bobo, negeri khayalan dengan penuh imajinasi tinggi. Bahkan jika ada kesempatan untuk menghirup kembali kesejukan udara dipagi hari itu sudah lebih dari cukup. Karena ketika asap kendaraan mulai menguasai atmosfer, aku tahu, aku sulit merasakannya lagi.

What can I do for you, Jambi?
Negeri ini tak akan menjadi kebanggaan jika bukan kita sendiri yang membanggakannya. Lalu bagaimana cara membanggakannya jika tak ada yang patut untuk dibanggakan?

“Talk less do more”. Ini bisa diawali dengan hal-hal kecil. Mengikuti event-event yang mengarah pada pesan untuk calon pemimpin Jambi. Setidaknya mengemukakan suara dan pendapat untuk perubahan Jambi lebih baik.  

“Learning the past, managing the present, shaping the future”. Aku tahu tak mungkin komitmen seperti ini bisa dilakukan dengan instan atau cepat saji, semua perlu proses yang tidak cepat. Untuk bakat atau minat sendiri juga perlu diasah dan dikembangkan secara bertahap, agar matang ketika dituang lewat profesi yang nantinya menunjang kemajuan daerah. Terlebih ketika sudah lulus Sekolah Menengah Atas, dengan tekad yang besar persiapkan diri memasuki jenjang perguruan tinggi.

“Don’t wait till tomorrow, what can you do today”-John FK. Ini seperti benahi diri sebelum ayam berkokok. Tak perlu menunggu hari esok jika memang ingin melakukan gerakan perubahann dan pastinya diawali dari kehidupan diri sendiri dulu. Menjadikan impian-impian sebagai motivasi untuk terus memiliki semangat seperti perjuangan pahlawan gagah berani tempo dulu .

Aku hanya ingin melompat setinggi menara-menara yang ada, melihat bahwa Jambi pantas untuk setara dengan daerah tetangga.
Ini bukan persoalan “apa yang negeri ini bisa berikan untukku”
Tapi yang terpenting “apa yang bisa aku lakukan untuk negeri ini”

Dan aku berharap akan ada hamparan bunga-bunga kemenangan di sudut Negeri Sepucuk Jambi Sembilan Lurah nantinya. Kelak ketika generasi berikutnya bisa turut serta membangun negeri ini menjadi lebih baik. 

Kamis, 13 Februari 2014

Pengantar tidur





"Thank you for giving me a wonderful life, for all the happiness and things that you gave me, God"

Handwriting pertama yang saya posting ditahun 14 ini mungkin hanya menilik segelintir kisah-kisah sederhana yang pernah terjadi di tahun 13.  Bahkan kejadian-kejadian tak terduga seringkali terjadi. Jujur saya belum lihai menyusun plot-plot cerita sehingga menarik saat dibaca tapi secara tidak langsung alur kehidupan saya disepanjang tahun sungguh menarik untuk diingat.

Apa saja? mungkin hanya inti cerita~~
Ditahun itulah saya mengucapkan janji kudus kepada Tuhan, mengikrarkannya di hadapan jemaat-jemaat : "Ya, dengan segenap hatiku". Hari bersejarah yang tidak akan pernah saya lupakan. Terlepas dari itu kompetisi yang saya ikuti (baca: OSK) dengan cuma-cuma ternyata mengejutkan banyak pihak, terutama saya... hehe. Mungkin disini tak perlu saya beberkan secara detail, intinya banyak pengalaman baru terjadi ditahun itu. Apalagi ditambah sedikit bumbu-bumbu pedas manis lainnya dan mungkin akan selalu saya ingat, walaupun yang tersisa hanya keping-keping kenangan.#halah. --Jadi keinget kak Hans yang menginspirasi saya lewat tulisannya''kisah sebentar''(bener-bener cuman bentar :p)... sama satu lagi yang datang tanpa ketok pintu dan pamit tanpa permisi #namadisamarkan--

Bahkan ditahun itulah untuk yang pertama kalinya kami merayakan Natal tanpa ayah.

Serentetan pelajaran berharga yang mungkin akan menjadikan kami lebih baik lagi di tahun yang baru.  Tapi biarlah sejuta kenangan yang terjadi hanya sekedar pengantar tidur, agar esok pagi bangun dengan mimpi yang lebih pasti :)

"Good bye my best year, hope u'll always keep in mind, thanks for so much good lessons, for every tears and every smile.Welcome the new year!"



Diberdayakan oleh Blogger.